Elbara : Melts The Coldest Heart

Priska And The Genk : Rencana



Priska And The Genk : Rencana

0"Nanti gimana kalau kita masuk penjara ya? Yah gue gak mau masa muda gue masa masuk penjara sih."     
0

"Iya tuh, Ka. Gue setuju sama Nika, masa masih muda masuk penjara. Malu-maluin banget!"     

"Pasti di keluarin dari sekolah, parahnya lagi dikucilkan masyarakat."     

"Gak, gue gak bisa kalau dikucilkan masyarakat. Mau ditaruh mana muka gue yang cantik jelita?"     

"Fix, ini ide lo kan Priska, kita berdua kan cuma jalanin perintah lo."     

Mendengar Disty dan Nika yang protes mengenai keadaan ini membuat Priska memijat pangkal hidungnya dengan perlahan, terasa berdenyut karena pusing yang tiba-tiba melanda.     

"Lo berdua bisa diem gak sih? Gue kan juga lagi cari solusi, bukannya di bantuin malah ngeluh doang bisanya lo." Tanggapan Priska jelas saja kesal, ia sedaritadi tengah memutar otak malah kedua anteknya itu sibuk menyalahkan dirinya.     

Oke, sebagai ketua genk, Priska-lah dalang terbesar dari semua kejadian ini. Tapi kan kedua sahabatnya itu juga ikut membantu, benar kan? Jadi, sepenuhnya ini bukan lagi salah dirinya, lainlan Disty dan Nika yang ikut terseret ke dalamnya.     

Nika menurunkan senyuman, ia menatap Priska dengan kedua alis yang ikut menurun juga. "Nanti kalau di penjara kita di siksa, gimana?" tanyanya dengan wajah memelas khas seorang Nika yang memang terkadang menjadi cewek lemot.     

Mendengar itu, tatapan Priska menajam setelah itu menghembuskan napasnya. "Plis ya kita gak akan ada yang masuk penjara! Makanya mikir, di suruh mikir malah ngeluh terus kerjaan lo berdua tau gak sih? Pusing gue juga," balasnya.     

Disty menatap Priska dengan serius, lalu mencoba untuk lebih menenangkan diri jika dibandingkan dengan Nika yang seperti terlihat panik daripada dirinya. "Oke, gue yakin sih lo punya rencana. Lo gak pernah keilangan otak, sepusing-pusingnya lo pasti lo selalu punya jalan." ucapnya.     

Semua orang juga tau kalau Priska berani berbuat, berani mencari jalan keluar. Tipikal cewek yang tidak ingin terjerumus ke dalam permasalahan yang diciptakan oleh dirinya sendiri.     

Priska yang seperti dipuji(?) itu oleh Disty pun menaikkan sebelah senyumannya. Ia beranjak dari duduk ditepi kasur, lalu melangkahkan kaki untuk mendekati jendela yang langsung memberikan pemandangan perumahan yang terlihat kecil dari atas sini.     

Ingin tau mereka dimana? Ya, apartemen. Tidak mungkin seorang Priska yang menyombongkan kekayaan tidak memiliki tempat untuk mereka berkumpul, iya kan? Sebenarnya yang tau lokasi ini hanya mereka bertiga dan orang tua Priska, selebihnya tidak ada yang tau bahkan kedua orang tua Disty dan Nika.     

Kalau ingin izin bermain ya tinggal bilang saja ingin ke rumah Priska, menginap, atau sebagainya. Mereka bisa tidak sekolah dengan mulus ini pun karena kompromi dengan Mommy-nya Priska bahwa mereka katanya ingin pergi ke sebuah konser dan mengharuskan bolos sekolah. Jadi saat nantinya pihak sekolah bertanya sudah memiliki jawaban sesuai dengan alasan para ortu mereka masing-masing.     

"Gue ada rencana, tapi sih gue gak tau bakalan berhasil atau gak." jawab Priska. Wajahnya terpantul di kaca jendela walaupun samar-samar, memperlihatkan wajah cantik namun penuh dengan segala pemikiran buruk. Seharusnya, cewek sepertinya ini tidak bertingkah keterlaluan hanya karena cinta.     

Namun sepertinya sudah terlambat, cintanya terhadap El tidak pernah terbalas. Dan disaat melihat cowok yang merespon cewek lain, ia merasa marah dengan hal itu karena menurutnya sangat teramat tidak adil.     

Tidak membiarkan El mencintai orang lain, atau orang lain merebut posisi yang seharusnya menjadi miliknya.     

Ya, tau. Priska sudah kehilangan akal sampai melupakan suatu hal, kalau cinta sama sekali tidak bisa dipaksakan.     

Nila menatap Priska, apapun rencana cewek itu pasti sangatlah hebat. "Kasih tau aja sumpah, apapun rencana lo pasti selalu berhasil, gak mungkin gak berhasil." ucapnya dengan semangat, dalam diam bersyukur karena tidak jadi masuk penjara.     

Disty sebenarnya sih agak was-was dengan segala rencana Priska yang selalu memiliki resiko, namun apa salahnya mencoba, iya kan? "Iya bilang aja coba sama kita apa rencananya? Apapun itu, kan gak mungkin juga langsung kita iyain." balasnya yang lebih cemerlang karena tidak seperti Nika yang tampak oke-oke saja.     

Tadinya kan Priska sedang menatap ke luar jendela ya, mendengar teman-temannya yang berkata seperti itu langsung saja membuat dirinya membalikkan tubuh untuk menatap ke arah mereka. "Kita manipulasi Nusa aja." ucapnya.     

Terdengar bukan seperti rencana sih sebenarnya, malah meminta saran namun dalam bentuk pernyataan.     

Nika dan Disty dengan kompak menaikkan sebelah alisnya. Tidak munafik, mereka berdua bingung."     

"Maksud lo manipulasi itu gimana dah?" tanya Disty, tangannya terjulur untuk meraih minuman soda yang tadi mereka pesan bersama-sama.     

Nika menatap Disty. "Di cuci otaknya, oneng." ucapnya yang merasa yakin dengan apa yang dirinya ucapkan barusan.     

Disty memutar kedua bola matanya, lalu menatap Nika dan meninggalkan pandangannya dengan Priska. "Kalau itu gue tau, oneng kok ngatain oneng." ucapnya. "Maksud gua tuh, rencana manipulasi ini itu kayak gimana?" sambungnya, lalu mengembalikan tatapan ke arah Priska yang tengah menyimak pertanyaannya.     

Priska menjentikkan jemari, lalu menarik senyumannya. "Kita bilanh aja kalau antagonis yanh sebenernya itu El and the genk, kan nanti pastinya Nusa kehilangan kepercayaan tuh sama mereka. Menjauh juga, dan disitu gue punya kesempatan lagi buat deket-deket El, iya kan? Cemerlang gak sih ide gue?" ucapnya yang memperjelas sambil mengibaskan rambutnya yang memang dapat diakui sangat badai.     

Mendegar itu, pribadi Nika mah langsung saja mengangguk-anggukkan kepala dengan senyuman yang mengembang. "Oke tuh ide bagus, nanti kan dia benci sama doinya Priska abis itu dia sendirian tuh jalanin hari-hari. Nanti dia di bawah, kita mah seneng-seneng lagi di atas gausah peduli kalau ada dia di lingkup sekolah." ucapnya yang membalas perkataan Priska, tuhkan walaupun polos, pikirannya tak kalah jahat dari sang ketua.     

Tapi tunggu, ada Disty yang belum menanggapi ucapan Priska. Ia menatap cewek yang berdiri di dekat jendela, terbesit kilatan tidak setuju dengan apa yang dikatakan sang ketua.     

"Gue gak setuju sama rencana lo, Priska."     

Priska menganggukkan kepala, ia selalu menerima kritikan Disty dan Nika, tapi tidak dengan kritikan orang lain. "Kenapa lo? Tumben banget," balasnya sambil balik menatap Disty.     

"Gimana ya, gue pikir rencana lo gak worth it sama sekali, Ka."     

"Terus mau gimana? Lo punya masukan gak? Tadi gue tanyain lo berdua malah sibuk nyalahin gue bukannya mikir, pas gini baru deh lo ngeluarin suara lo."     

"Iya sorry, gue ada rencana yang lebih baik daripada punya lo, Ka."     

"Oke kasih tau kita."     

Tak dapat dipungkiri kalau Priska dan juga Nika penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Disty, pasalnya biasanya cewek tersebut lebih suka memilih untuk bungkam daripada bersua, namun ternyata pagi ini berbeda.     

"Sini lo pada deketan, gue kasih tau rencananya."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.