Elbara : Melts The Coldest Heart

Bodyguard Ece-ece



Bodyguard Ece-ece

0Tok     
0

Tok     

Tok     

Nusa setengah tertidur, dalam artian belum benar-benar pulas. Selama di dalam kamar setelah bertelponan dengan Rehan, ia memilih untuk marathon drama Korea dan akhirnya mungkin baru 10 menit yang lalu memutuskan untuk tertidur.     

"Nusa, ini Kakak." ucap seseorang dari seberang sana yang sudah dapat diketahui kalau itu adalah Rehan, ya memang siapa lagi yang menyebutkan dirinya sendiri sebagai 'kakak'?     

Nusa mengulet dalam tidurnya, dan mau tidak mau harus membuka kedua bola matanya yang terpejam. "Iya iya.." balasnya dengan lesu. Mengubah posisi tiduran menjadi duduk dengan gerakan malas, setelah itu merenggangkan otot-otot tangannya ke udara.     

Setelah merasa cukup bangun dan arwahnya kembali, Nusa mulai beranjak dari atas kasur, lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar. Memutar kuncinya, setelah itu…     

Ceklek     

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Rehan yang sudah berganti pakaiannya menjadi lebih casual.     

"Kenapa?" tanya Nusa dengan lesu. Ia belum bisa menanggapi lawan bicaranya dengan semangat, ya karena dirinya tengah di ambang ngantuk yang belum berhasil tertidur pulas.     

Rehan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?" ulangnya, merasa aneh dengan perkataan Nusa. "Gak ada acara peluk-pelukan gitu? Kakak khawatir banget loh sama kaku dari kemarin, eh pas udah ketemu malah begini doang? Percuma dong Kakak khawatir sama kamu." ucapnya dengan nada bicara yang seperti tersakiti.     

Nusa terkekeh kecil, walaupun lesu, ia tetap mengangkat senyuman ceria-nya. Lalu, menubruk dada bidang Rehan dan masuk ke dalam dekapan cowok tersebut yang selalu menjaganya.     

"Nusa kangen sama Kakak, sehari rasa satu minggu." ucapnya dengan nada bicara lembut. Manja, selalu saja seperti itu.     

Rehan tersenyum, lalu balik memeluk tubuh mungil Nusa dengan erat. "Jangankan satu minggu, karena kejadian ini rasanya Kakak gak mau ninggalin kamu, Sa. Katanya kamu janji mau jaga diri, ini buktinya apa? Kekunci di loker? Siapa yang perlakuin kamu kayak gitu, huh?"     

Bukannya menenangkan sang adik, Rehan malah marah-marah walaupun bukan tipe marah yang keras dan bentakan, tapi tetap saja marah.     

Nusa mengerucutkan bibir, walaupun Rehan tidak bisa melihatnya. "Ya jangan dimarahin juga sih akunya, Kak. Ya aku mana tau bakalan kekunci di loker, huft…"     

Dengan begitu, Rehan melepaskan pelukan mereka karena sudah cukup. Lalu, membawa Nusa untuk duduk ditepi kasur dengan pintu kamar yang terbuka sangat lebar. "Cerita sama Kakak apa yang terjadi? Kakak benar-benar ingin tau, dan siapa yang sudah mengunci kamu di loker?" ucapnya, kembali bertanya hal yang sama.     

Nusa diam, ia memutar otak untuk menjawab pertanyaan Rehan. Dirinya tidak ingin berbohong, namun apa daya bagian dari rasa takut di tubuh mendorong untuk tetap tidak menceritakannya.     

"Ya Nusa lagi iseng aja gitu penasaran sama ruang renang, kan niatnya hari ini kelas aku renang. Terus aku juga kan belum tau apa aja yang ada di sana, jadi bisa deh aku kan anaknya sok tau." ucap Nusa yang mulai menjelaskan. Mengatur siasat cerita sebaik mungkin, bahkan sampai tidak terdengar nada gugup dari bicaranya.     

Rehan menelusuri raut wajah Nusa, secara menyeluruh karena dari ceritanya saja ia tau kalau itu adalah sebuah karangan yang berusaha dijadikan kenyataan.     

"Jangan bohong loh sama Kakak." ucapnya dengan tatapan intimidasi. Wajah Nusa masih terlihat puncat, dan itu berarti dirinya besok harus mengambil cuti. "Besok kamu jangan sekolah, istirahat dulu sampai kembali pulih." sambungnya yang langsung mengambil kesimpulan.     

Nusa menghindari kalimat intimidasi Rehan dengan ucapan kedua cowok tersebut. Ia menganggukkan kepala dengan gerakan perlahan. "Iya, Nusa juga pikir begitu. Masih agak lemes juga sih, Nusa mau makan banyak masakan Kak Bara nanti."     

Mendengar itu, Rehan menganggukkan kepala sambil tersenyum hangat. Ia memilih untuk tidak menyenggol kembali pembicaraan tentang hilangnya Nusa kemarin, mungkin benar kata Reza dan Mario serta El kalau sang adiknya itu masih belum ingin angkat suara.     

"Tapi kamu makannya bareng yang lain, ya? Gak apa-apa kan? Kakak udah beli bahan-bahan, agak dilebihkan untuk stok di rumah." ucapnya. Nada bicara yang tadinya marah pun musnah begitu saja, tergantikan nada bicara yang penuh dengan perhatian.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung. "Yang lainnya siapa, Kak?" tanyanya.     

"Itu lah si El, Reza, sama Mario. Memangnya siapa lagi selain mereka?" balas Rehan.     

Nusa tidak habis pikir, kenapa ketiga cowok itu belum kembali ke asalnya masing-masing? Kok mereka masih ada di sini sih, Kak? Gak di usir aja gitu suruh pulang."     

"Hust, gak baik tau ngusir tamu." balas Rehan. "Ya tadi sih Kakak udah nanya kenapa belum pulang, kata mereka tanggung belum malam. Jadi, ya udah sekalian aja Kakak tawarin makan malam di rumah." sambungnya yang kembali menjelaskan.     

Nusa mengangguk-anggukkan kepalanya, paham dengan apa yang dikatakan oleh Rehan. "Emangnya gak pada di cariin sama keluarganya?" tanyanya, habisnya ia sangat heran dengan para cowok-cowok yang tanpa izin pergi kemana bisa seenaknya keluar rumah dan kalau sudah pulang pun tidak akan di introgasi.     

"Yah.. namanya juga anak cowok. Belum lagi kan mereka bertiga orang kaya, udah jelas kehidupannya bebas. Tapi sebebas-bebasnya mereka, Kakak tau kalau pergaulan mereka itu masih baik-baik aja kok, kamu tenang."     

Rehan kenal ketiganya cukup baik, tapi tidak dengan El. Bahkan sampai keluarganya El saja menganggap cowok tersebut sebagai sebuah misteri yang sangat sulit untuk dipercahkan. Tidak ada yang bisa mencairkan sebuah es, tidak ada. Kecuali sosok dihadapannya saat ini.     

"Nanti kalau Nusa jadi orang kaya, Nusa bakalan ngelakuin banyak hal positif. Bukannya maen gak jelas kayak gitu,"     

"Kamu kan anak cewek, yang kamu jelajah itu cuma apa yang kamu pikirin. Kita, anak cowok, sebenernya lebih banyak loh rasa penasarannya."     

"Tapi kata Bara aku yang paling kepo, padahal diri dia sendiri juga lebih kepo daripada aku?"     

Rehan meringis, kalau urusan El mah dirinya tidak tau menau. Tau cowok tersebut bahagia atau menangis saja pun tidak, tidak ada yang tau. Mungkin hanya sosok terdekat saja seperti sang Mommy dan beberapa anggota keluarga, selebihnya juga tidak ada yang tau. Ah jangan lupakan Reza dan Mario yang selama berteman dengan El juga memiliki profesi sebagai cenayang.     

"Kalau itu mah Kakak gak pernah tau deh."     

Setelah menjawab seperti itu, tatapan Rehan sangat dalam melihat masuk ke dalam manik mata Nusa. Ia menghembuskan napasnya, setelah itu tersenyum kecil. Nusa sudah besar, dan artinya harus lebih ekstra lagi menjaganya.     

"Kamu selalu menjadi kesayangan Kakak, loh. Jaga diri dengan baik adalah imbalan dari kerja keras Kakak supaya kerjanya lebih semangat lagi. Kakak udah nyuruh El, Reza, sama Mario. Anggap aja mereka sebagai bodyguard ece-ece kamu."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.