Elbara : Melts The Coldest Heart

Prasangka Buruk atau Baik?



Prasangka Buruk atau Baik?

0"Kak Rehan gak mau makan masakan Nusa?"     
0

Rehan menolehkan kepalanya ke arah Nusa, ini memang sudah lewat hampir dua jam dari makan siang, dan dirinya belum makan sama sekali karena asyik bermain PS. Biasa anak cowok, bermain bola menjadi kegemaran.     

Apalagi saat dulu sewaktu kecil gemar ke rental dan menyewa satu jam tiga ribu rupiah, ah masa-masa kecil yang sangat berharga untuk dilupakan.     

Lalu mengembalikan pandangan lagi ke arah televisi karena takut kalah. "Ya gak mau lah, lagian kamu ngapain turun ke sini bukannya istirahat aja di kamar. Susah di bilanginnya," ucapnya dengan nada bicara bisa saja.     

Rehan tau bagaimana masa-masa remaja, dan apa yang dilakukan Nusa adalah hal yang wajar karena mungkin meraha bosan.     

Nusa menghembuskan napasnya, ia memakai sandal rumah berbulu yang mirip dengan karakter Garfield si kucing oren yang menggemaskan. "Ya habisnya bosen Kak malah suruh istirahat terus di rumah, mendingan Nusa sekolah kalau begini jadinya." ucapnya sambil mendaratkan bokong di sofa tepat disamping sang kakak.     

Mendengar itu, Rehan tidak menolehkan kepala karena terlalu fokus dengan permainan dan tim virtualnya. Namun jangan salah, telinganya cekatan dan menangkap segala hal yang dikatakan oleh Nusa. "Kalau kamu mikir gitu, sama aja dong cuti yang Kakak ambil sia-sia?" tanyanya yang membalikkan perkataan Nusa.     

Bagaimana ya, yang dirinya inginkan adalah keselamatan fisik dan mental Nusa. Entah bagaimana caranya, adiknya ini kenal dan langsung dekat dengan El yang semua orang tau kalau cowok itu adalah incaran para cewek. Yang dalam artian, 'incaran tak tersentuh'. Sudah pasti akan ada banyak cewek yang iri dengan posisi Nusa.     

Sejauh ini, Nusa tidak pernah di bully. Pertemanannya dari dulu oke-oke saja walaupun tidak pernah punya teman dekat, namun semua itu berjalan lancar tanpa terkena bully-an. Namun perpindahan SMA ini berbeda, seperti ada yang tengah cemburu pada adiknya.     

"Siapa yang suka sama El?" tanya Rehan tiba-tiba. Kedua bola mata yang cekatan melihat televisi dan pemain pilihannya saat ini, juga jemari yang lihai menggerakkan stik PS, tidak dapat dipungkiri kalau dirinya bisa serius juga.     

Mendapatkan pertanyaan yang seperti tak ada angin dan tak ada badai itu pun membuat dahi Nusa mengernyit, ia menatap Rehan karena kebingungan. "Deket sama siapa, siapa?"     

"Iya, kamu tau gak kalau El lagi deket sama siapa selain kamu?"     

"Alvira lah, itu udah jelas dong. Kakak juga tau gak perlu nanya lagi, sangat amat jelas."     

Rehan merasa bersalah deh karena telah membuat Nusa berpikir kalau Alvira adalah cewek terdekat El, padahal kenyataannya sih benar, namun status mereka yang adik kakak belum di ketahui oleh Nusa. Itu yang membuat dirinya menjadi merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya.     

"Bukan itu, jelek." ucapnya sambil melirik geli ke arah Nusa. Habisnya ia gemas sekali dengan cewek di sampingnya ini, kelewat lugu.     

Nusa cemberut di katain jelek, hal itu sudah terbiasa saat Rehan mulai sebal dengan tingkahnya. Tapi siapa sangka memang? Kalau dikatain seperti itu yang jelas bercanda, jauh lebih baik jika di marahin karena hal sepele mengenai keluguan dirinya.     

"Terusnya apa? Perasaan omongan Nusa bener deh, gak ada unsur bohongannya. Kan aku juga jujur, sesuai kenyataan."     

"Ya oke kalau gitu jawab langsung aja, ada gak?"     

Terlihat Nusa yang mengambil pose berpikir. Ia menunjuk kepalanya dengan jari telunjuk, apalagi bibirnya yang mengerucut itu sangat menggemaskan.     

"Gak ada sih, emangnya kenapa?" balasnya. Setelah menelusuri sejauh yang dirinya ingat, Nusa pun tidak pernah tau El dekat dengan cewek lain selain dirinya dan juga Alvira.     

Rehan menganggukkan kepala, kalau untuk hal itu, ia sangat percaya. Ya karena El tidak kan merespon banyak cewek layaknya Mario yang tiada insyaf, bening dikit di deketin, manis dikit di pepet, tapi hebatnya sih Mario terkadang juga tidak memandang fisik asalkan hatinya srek dengan orang tersebut.     

"Kakak mau tanya lagi deh," ucapnya.     

Nusa berdecak, setelah itu mengambil stik PS yang berada di genggaman sang Kakak. "Kalau mau ngobrol sama orang tuh ya face to face, bukan face to TV." ucapnya dengan sebal. Mem-pause game yang tengah dimainkan oleh Rehan, lalu mengamankan stik PS tersebut di belakang tubuhnya. "Dah kalau begini baru deh bisa ngobrol." sambungnya penuh kemenangan.     

"Iya iya nih udah, gitu aja ngambek."     

"Bukannya ngambek, Kakak gak menghargai adanya aku dong, alias gak sopan!"     

Rehan menyerongkan tubuhnya supaya bisa lebih leluasa menatap Nusa, dan lehernya juga menjadi tidak terlalu sakit. "Ya udah jawab, boleh gak Kakak nanya lagi nih?" tanyanya yang meminta perizinan lebih dulu karena tipe cewek seperti Nusa sangat malas menjawab pertanyaan kalau tidak begitu terasa penting.     

Nusa menganggukkan kepala, jujur karena dirinya juga penasaran. "Nanya apaan Kak?"     

Rehan sedikit berdehem, tidak ada minum ya karena tenggorokkannya terasa sedikit serak. Namun tetap saja ia ingin mengatakan apa yang kenungkinan bisa menjadi petunjuk.     

"Kan El udah jelas banget nih ya jadi idaman cewek-cewek di sekolah, bahkan dari luar sekolah pun ada. Nah tapi Kakak tau nih kalau semua cewek-cewek itu malah seakan-akan jadi penggemar rahasia karena El risih kalau terlalu di deketin sama mereka."     

Mendengar perawalan Rehan pun membuat Nusa menganggukkan kepala, setuju dengan penuturan sang kakak. "Iya terus." ucapnya yang seolah-olah menyuruh cowok disampingnya untuk meneruskan perkataannya.     

"Dari pengalaman sih, biasanya ada cewek batu akut, alias gak peduli apa yang dia lakuin dan bisa aja buat El ilfil tapi tetep dia lakuin. Menurut Kakak, pasti ada cewek yang deketin El banget, kayak terobsesi gitu."     

Mendengarkan kelanjutan ucapan Rehan, membuat Nusa langsung terpaku dengan sebuah nama di otaknya. Yaitu, Priska. Tidak perlu bersusah payah berpikir dan mengira-ngira siapa orangnya, karena tanpa perlu mengeluarkan isi kepala pun satu nama cewek itu sudah fasih teringat di memorinya.     

"Ada, tentu aja ada, Kak." jawabnya dengan sorot mata yang menerawang.     

Melihat perubahan raut wajah Nusa, Rehan bisa menyimpulkan kalau sang adik memiliki masalah dengan seseorang itu. Ia hanya mengambil dari sudut pandang realistis mengenai beberapa hal yang pernah dirinya lihat mengenai permasalahan percintaan yang negatif maupun positif.     

"Siapa? Kakak yakin sih ada sangkut pautnya sama dia, soalnya kan biasanya orang paling cemburu itu ya orang yang mencintai secara berlebihan."     

"Masa sih?"     

"Iya, takut kehilangan. Padahal mah tidak pernah menjalin hubungan apapun, tapi perasaan dengki muncul karena kamu dekat sama El."     

Kalau begitu, Nusa bukannya ingin berprasangka buruk dengan seseorang yang dimaksud. Namun apa yang dikatakan oleh Rehan ada benarnya juga.     

"Namanya Priska."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.