Elbara : Melts The Coldest Heart

Goodbye, Barang Bukti!



Goodbye, Barang Bukti!

0Beberapa menit sebelumnya …     
0

"Cepetan anjir buka pintunya, mumpung CCTV-nya mati." ucap Disty yang menyuruh Nika untuk buru-buru membuka pintu ruangan yang sebenarnya hanya boleh di masuki oleh karyawan itu.     

Nika berdecak, lalu memutar kedua bola matanya. "Ih bentar kek, butuh effort nih buka kunci." balasnya dengan panik karena mendengar nada panik dari nada bicara Disty, memang cewek satu itu paling bisa menularkan perasaan.     

Ceklek     

Pintu sudah terbuka, dan langsung tertampil layar lebar yang memperlihatkan semua sudut sekolah yang ditaruh CCTV —kecuali koridor ini karena mungkin sedang rusak atau terjadi korslet, ini merupakan keberuntungan bagi mereka—.     

"Yuk masuk, kita harus bergegas." ucap Priska yang masuk lebih dulu.     

Padahal kan yang membuka pintu adalah Nika, tapi cewek ini masuk ke ruangan tersebut paling akhir.     

"Lo jaga pintu, Ka. Ngapain malah ikut masuk," ucap Priska sambil mendorong pelan tubuh Nika supaya tetap berada di tempat sebelumnya, yaitu di depan pintu. "Lo, Disty, bantuin gue nyari rekaman CCTV yang kemarin." sambungnya lagi, kali ini berbicara pada Disty.     

Nika yang mendengar itu menghembuskan napas dengan perlahan. "Tapi Ka, kan gue juga mau ik—"     

Hendak protes, namun perkataan Nika segera di potong begitu saja oleh Priska. "Gak ada tapi-tapian, lo kerjain cepetan perintah gue, atau kita bakalan gagal gara-gara lo." ucapnya dengan nada bicara penuh dengan penekanan, ia menekankan kepada sahabatnya yang satu itu kalau tidak ada bantahan apapun dari perintah yang dirinya katakan.     

"Iya iya…" balass Nika dengan lesu sambil menggenggam tali tasnya pada masing-masing tangan. Setelah itu, ia kembali pada pijakannya di depan pintu dan bertugas sebagai pengawas supaya dapat melihat jika ada seseorang yang mendekat.     

Sedangkan di dalam sana, Disty dan Priska langsung bekerja tanpa mulut. Sebenarnya sih apa yang dilakukan Priska dengan Nika yang menyuruh cewek tersebut tetap di luar tuh, ya karena ini alasannya. Ia tidak ingin pekerjaan terhambat karena Nika yang terus-terusan mengoceh tanpa henti, yang sudah dapat dipastikan kalau waktu mereka akan terbuang sia-sia.     

"Lo nyesel gak sih sama apa yang udah kita lakuin ke Nusa? Kalau aja kemarinan kita gak kunciin dia di loker ruangan renang, pasti kita gak bakal nih ngelakuin hal gak penting kayak gini." ucap Disty yang mengeluarkan uneg-uneg yang sebenarnya sudah tercipta semenjak pulang ke rumah tepat pada hari itu juga, saat dirinya mengunci Nusa bersama dengan 2 orang sahabatnya.     

Sambil mencari, sambil mengeluarkan apa yang dirasakan. Kan kalau ada Nika, pasti bukannya mereka mengobrol sambil mencari, malah mengobrol sambil diam dan duduk-duduk layaknya sedang bergibah.     

Priska menggelengkan kepala, tidak pernah ada kata menyesal di kamusnya. "Menyesal? Enggak dong. Ya kali gue nyesel udah bully orang yang kelewatan, lo pasti ngerasa gue tergila-gila banget ya sampe kayak gini?" ucapnya yang melihat-lihat file dari layar komputer.     

Kalau bagian Disty tengah mencari rekaman yang disimpan di DVD, hard copy. "Iya sih gue prinadi juga ngerasa begitu, sebagai sahabat lo sorry banget nih ya kalau gue malah ngomong kayak gini." ucapnya yang merasa tidak enak. "Tapi lo gak capek ngejar apa yang bukan milik lo? El gak pernah ngakuin lo, tapi lo ambis banget. Gue mah jujur selalu dukung, selalu bantu. Tapi gue sadar pas tadi El bilang sendiri kalau Nusa udah jadi ratunya dia." sambungnya.     

Priska menaikkan sebelah alis, masih mencari celah dimana kira-kira rekaman kemarin saat dirinya membawa Nusa ke ruangan renang sampai mengunci cewek tersebut di sana.     

"Gue gak pernah capek. Gue sadar kalau El gak pernah ditakdirin buat gue, tapi gue gak pernah bisa ilangin perasaan itu. Gue buta, gue udah naruh kalimat kalau El harusnya buat gue dan bukan buat orang lain, apalagi Nusa."     

Disty bergeming. Ia tau kalau Priska bukan cewek yang keras seperti yang terlihat, namun sebenarnya ia hanyalah cewek biasa yang jatuh cinta namun malah bertepuk sebelah tangan.     

"Woy cepetan kali, malah ngobrol. Giliran gue yang di dalem gak boleh,"     

Tiba-tina saja terdengar suara Nika yang menegur, memang dasar cewek satu itu selalu saja gelisah jika tidak di ajak dalam percakapan.     

Mendengar itu, Disty langsung menemukan CD yang bertuliskan tanggal kemarin dan bagian CCTV yang terekam di sana. Ia tersenyum lebar, setelah itu mengangkat tinggi-tinggi ke udara. "Yes ketemu! Setiap sudut CCTV yang rekam kita kemarin, gue udah berhasil nemuin." serunya. Walaupun berseru, namun ia memperkecil rasa bahagianya. Ia langsung mengamankan hard copy tersebut, dan memasukkannnya ke dalam tas supaya tidak tertinggal atau kelupaan membawa.     

"Ya udah GC, feeling gue gak enak. Kayaknya ada yang mau ke sini," ucap Nika dengan was-was sambil terus menerus melihat ke arah satu-satunya jalanan yang bisa membawa orang ke sini. Karena jalanan di belakangnya sudah buntu alias ruangan CCTV menjadi ruangan yang berada di paling pojok.     

"Iya nih bentar, berkasnya sengaja banget di tenggelemin. Gue harus periksa satu-satu pertanggal kemarinan," ucap Priska. Kedua matanya dengan cekatan langsung mengarah kesana-sini untuk melihat dan memeriksa apa yang tersaji di layar komputer sana.     

"Emang susah sih ya bobol keamanan Adalard. Ya walaupun gak susah-susah banget, tapi ribet."     

"Ya gitu deh, namanya juga nama besar. Mana mungkin bikin sekolah yang keamanannya lemah,"     

"Ya udah GC deh, gue takut apa yang di bilang sama Nika itu bener. Nanti kalau kita ketahuan, bukan cuma di tuduh nyuri rekaman CCTV doang, tapi pasti mereka bakalan tau langsung kalau kita pelakunya."     

Priska berdecak kecil, keringat dingin sudah memenuhi pelipisnya. Tiap detail dirinya lihat, dan kalau bukan yang di maksud pun langsung kembali ke berkas berikutnya.     

"Bawel lo ah." ucapnya yang merasa deg-degan kalau dibilang seperti itu.     

Beberapa detik kemudian …     

"Sial, ketemu! Akhirnya…"     

Dengan cepat, Priska langsung menghapus berkas tersebut dari penyimpanan komputer. Ia menampilkan senyuman miring, merasa menang. "Goodbye, barang bukti." ucapnya dengan nada bicara senang. Jelas saja senang, toh kan dirinya ini bisa berhasil menghapus barang bukti yang dapat menjerat mereka bertiga dari masalah selanjutnya.     

Mereka semua tertawa, bahkan Nika pun yang tadinya kebagian menjaga pintu langsung saja masuk untuk ber-tos-ria satu sama lain.     

Setelah itu mereka berkemas, mengembalikan posisi semua peralatan seperti awal sebelum mereka datang agar tidak ada yang mencurigai.     

"Ayo keluar sebelum ada orang lain yang datang." ucap Priska sambil keluar dari ruangan terlebih dulu. "Jangan lupa tutup pintunya."     

"Oke."     

Mereka bertiga langsung melesat menjauhi ruangan CCTV dengan hati yang bersorak, misi mereka berjalan dengan mulus atas saran dari seorang Nika yang tadinya tidak bisa dipercayai.     

Tapi tanpa mereka sadari, ternyata Nika lupa mengunci pintu yang menjadikan pintu CCTV hanya tertutup tanpa terkunci seperti awal kedatangan mereka.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.