Elbara : Melts The Coldest Heart

Bolos Atau Pacaran?



Bolos Atau Pacaran?

0"Apes banget gila hari-hari kita."     
0

Mario mengatakan ucapannya dengan lesu, ia berjalan keluar kelas sambil berjalan bersisian dengan Reza yang berada disampingnya.     

Tidak dapat dipungkiri lagi kalau mereka berdua akhirnya menurut dan mengikuti pelajaran sampai selesai, pergantian jam pun mereka berdua langsung cabut dari kelas tanpa basa-basi lagi. Pasalnya juga El dan Nusa tak kunjung kembali setelah di hukum, entah kemana mereka.     

"Tadi kan di suruh buat hormat bendera, ya jelas-jelas di lapangan lah. Lo ngapain ini bawa gue ke arah kantin?" tanya Reza dengan sebelah alis yang terangkat, merasa kebingungan saat Mario ternyata mengambil lain arah.     

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Mario menatap Reza dengan gemas, lalu geraklah tangan yang mengetuk kepala cowok di sebelahnya dengan pelan. "Lo ganteng-ganteng agak bodoh ya, Za. Mana mungkin El tahan di bawah cahaya matahari lama-lama, mukanya aja sensitif banget. Lo lupa, pikun, apa amnesia sih?"     

"Ya elah timbang jawab aja gak usah ngegas, udah ngegas getok-getok kepala gue lagi sial." balas Reza sambil melakukan kembali apa yang dilakukan oleh Mario terhadap dirinya, ia mengetuk kepala cowok tersebut gantian.     

Mario menekuk senyumnya, setelah itu membuang napas. "Ya udah sih gak usah bales-balesan." ucapnya sambil menjulurkan lidah. "Lama lo ah jalannya kayak primadona." sambungnya, lalu menarik tangan kiri Reza dan membawanya supaya berjalan dengan cepat.     

"Sabar kek, ini lewat kelasnya Alvira." ucap Reza sambil menarik kembali tangannya yang masuk ke dalam genggaman Mario, ia menolehkan kepala berkali-kali ke arah kelas cewek yang dimaksud dengan sorot mata yang berbinar penuh.     

Mario mendengar perkataan Reza dengan jelas, setelah itu memutar kedua bola matanya. "Sejak kapan lo yang sarap jadi bucin kek gini sialan?" tanyanya sambil kembali menarik tangan Reza, memilih untuk menuntun cowok tersebut lagi untuk berjalan lebih cepat.     

Akhirnya, Reza memilih untuk menuruti Mario, terpaksa meninggalkan begitu saja angan-angan bertemu Alvira yang sepertinya tengah ada kelas.     

Akhirnya, mereka sudah sampai di kantin. Dan ya, sesuai dugaan Mario, benar-benar ada seorang El dan juga Nusa yang terlihat di pojok ruangan kantin sedang tatap-tatapan.     

"Tuh kan bener dugaan gue, gue mau gak pernah gagal inget apapun tentang sahabat. Emangnya lo, cepet lupa alias cepet tua."     

"Pengen gue pukul lo ya jadi orang, ngatain terus kerjaannya tapi gak pernah bener."     

"Gak pernah bener gimana? Jelas-jelas di genk kita, gue banget yang paling kece."     

Reza membiarkan saja Mario untuk berhalusinasi yang kelewatan. Memilih untuk berjalan duluan ke arah El yang memang masih sama setia dengan terpasangnya wajah dingin tersebut, terlihat sangat ciri khas.     

"Dih tungguin gue, kampret." ucap Mario sambil berlari kecil menghampiri Reza yang lebih dulu berjalan daripada dirinya, padahal tadi kan ia yang mengajak kesini, tapi malah ia yang ditinggal.     

Akhirnya, mereka berdua kembali berjalan beriringan dengan Mario yang merangkul Reza dengan sangat akrab.     

"Jangan ngerangkul, keliatan homo." gumam Reza sambil menepis tangan Mario dari bahunya, lalu mengambil jarak di antara mereka.     

Akibat dari ide Mario yang tiba-tiba ingin mengambil rencana untuk pergi ke toilet berdua, kalau kondisinya hanya mereka berdua yang mengobrol sih gak masalah ya, ini kondisinya ramai plus ada guru.     

Mereka berdua sudah berhasil menghampiri El dan juga Nusa, dengan Mario yang mendaratkan bokong di samping Nusa, sedangkan Reza yang mengambil tempat tepat di samping El.     

"Woy berduaan aja bolos gak ngajak-ngajak." ucap Mario sambil merebut es teh manis yang berada di hadapan Nusa. "Udah di minum belum? Kalau belum, gue mau minta jadi hak milik." sambungnya yang meminta perizinan kepada cewek yang duduk disebelahnya.     

Tersenyum, lalu menggelengkan kepala dengan pelan. "Gak kok, aku belum minum sama sekali karna itu baru di pesan tadi sama El. Minum aja," balas Nusa dengan lembut.     

Mario mah sudah pasti langsung tersenyum sumringah, tanpa banyak bicara pun langsung menyeruput es teh manis yang memang selalu menyegarkan membasahi dinding tenggorokkannya.     

El berdehem kecil, dirinya yang tadi tengah menatap Nusa dengan sangat dalam pun langsung mengerjapkan kedua bola matanya sebanyak tiga kali. "Siapa yang tau kita bakal di hukum?" jawabnya yang malah kembali bertanya. Tangannya terjulur untuk mengambil minuman yang berada di hadapannya, lemon tea menjadi pilihan tepat yang sangat menyegarkan.     

Reza mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya iya juga sih… siapa juga yang bakal ngeduga lo sama Nusa bakalan di hukum? Gue aja kaget anjir tuh guru kupingnya kayak kuping gajah, alias saking besarnya terdengar sampai jarak jauh." balasnya.     

"Hahaha gua ngebayangin anjir kalau manusia punya kuping gajah, penampilannya bakalan kayak gimana ya gila." sambung Mario yang tertawa menggelikan. Ia menaruh gelas di hadapannya, setelah itu berhenti untuk menyeruput.     

Nusa menggelengkan kepala, namun kekehan kecil pun terdengar tepat di telinganya. "Ya mana mungkin manusia punya kuping gajah, itu sangat mustahil, Rio, Za." ucapnya.     

"Ya kan kali aja biar keren." balas Mario sambil menampilkan senyuman, membingkai di permukaan wajahnya dengan sangat jelas.     

"Oh ya tadi percobaan gue gagal anjir buat dikeluarin dari kelas, malah di suruh ngerjain seratus soal. Abis itu terpaksa banget dengerin penjelasan yang gak ada abisnya kayak cerita gitu. Ya oke enak sih dengerin cerita, tapi gak sepanjang dua jam mata pelajaran juga. Yang dengerin aja kayaknya pegel, gimana yang bacain terus?"     

"Ya beda, dia mah gak ada pegelnya kali." balas Reza sambil bergidik bahu, setelah itu meraih gelas es teh yang sudah menjadi hak milik Mario lalu menyeruputnya. Ah segar, minum es teh dimana pun dan apapun kondisinya tentu selalu terasa nikmat dan tiada dua.     

Mario menghembuskan napas, setelah itu menganggukkan kepala membenarkan juga apa yang dikatakan oleh Reza. "Iya juga ya, susah sih ya kalau emang pribadi cara mengajarnya kayak gitu mah pasti bakalan terus menerus dilakuin."     

Sedangkan Nusa? Ia menolehkan kembali kepalanya pada El, dan apa yang langsung dirinya lihat? Ya, selamat, jawaban kalian benar! Wajah tampan seorang El yang ternyata daritadi juga memusatkan perhatian ke arahnya. Tiba-tiba, semburat merah jambu membingkai di kedua permukaan wajahnya.     

"Ekhem, cie!" seru Mario sambil menyenggol lengan Nusa dengan lengannya, ia menangkap basah cewek di sampingnya yang tersipu malu.     

"Piwwit!" seru Reza sambil menaik turunkan alis, menatap Nusa dengan menggoda ekspresi cewek tersebut yang blushing. Ia terkekeh kecil, merasa menang meledek cewek tersebut.     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, lalu memilih untuk berpaling ke dinding supaya tidak bisa ekspresinya di lihat begitu saja oleh para cowok-cowok yang memang hobi sekali menggoda. "Apaan sih nih kalian?"     

"Ekhem, ternyata ini mah bukan bolos, tapi pacaran, iya kan?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.