Elbara : Melts The Coldest Heart

Permohonan Priska Kepada Nusa



Permohonan Priska Kepada Nusa

0Selesai makan di kantin bersama dengan para tiga cowok, kini Nusa berada di toilet cewek. Dengan El, Reza, dan Mario yang berjaga di depan pintu kamar mandi saja sudah menjadikan dirinya merasa aman dan damai di saat takutnya Priska and the genk masuk ke dalam sini juga.     
0

"Sttt.."     

Mendengar desisan tersebut membuat Nusa terkejut kecil sambil menolehkan kepala ke arah sumber suara, ia menatap seseorang dari bilik pintu toilet, dan betapa terkejutnya dirinya lagi begitu terlihat kalau Priska alias cewek yang sedang di waspadainya berada di sana.     

Ia mundur beberapa langkah, sampai punggungnya menyentuh dinding.     

Nusa menggelengkan kepala, lalu merambat untuk kelaut dari toilet supaya sosok di dalam bilik toilet tersebut tidak melakukan hal apapun pada dirinya yang tentu membuat trauma.     

"Jangan teriak." ucap Priska dengan perlahan, mungkin hanya bisa sampai terdengar oleh Nusa namun tidak mungkin terdengar sampai luar.     

Nusa diam di tempat, tidak melanjutkan langkah untuk mengikuti kata hati supaya cepat-cepat pergi dari sini.     

Pikirannya bertanya-tanya mengapa Priska ada di kamar mandi, bahkan mungkin pikirannya lebih banyak daripada apa yang menjadi keresahan di dalam hatinya.     

"Kenapa?" tanyanya yang berusaha untuk tenang walaupun dalam hati, kalau dirinya lemah pun bisa menangis tersedu-sedu.     

Priska menghembuskan napasnya, ia melongokkan kepala ke arah luar untuk melihat ke arah pintu toilet. Ia menghembuskan napasnya begitu tidak melihat orang yang dimaksud, siapa lagi kalau bukan El and the genk, iya kan?     

"Lo kesini, gue janji gak bakalan ngapa-ngapain lo. Lagipula kalau gue bertindak, bisa-bisa gue yang mati di toilet." bisiknya dengan nada pasrah, padahal mah kalau boleh dibilang pun dirinya tentu memiliki dendam tersendiri.     

Nusa menggelengkan kepala dengan perlahan, mencengkram erat ujung rok yang menjadi bawahan seragamnya. "Enggak." balasnya dengan senyuman pahit. Terakhir kali percaya pada sosok di hadapannya, ia langsung masuk ke dalam lubang hitam yang membuat tubuhnya merasakan berkali-kali lipat rasa sakit sekaligus perasaan sesak yang mengakibatkan trauma.     

"Lo gak percaya sama gue?"     

"Siapa yang bakalan percaya sama orang kayak kamu, Ka?"     

"Lo, lo percaya sama gue."     

"Cepetan mau ngomong apa? Atau gue panggil El biarin dia marah-marahin kamu,"     

Nusa menatap Priska dengan berani, pandangannya jatuh pada kedua manik mata cewek tersebut yang berkilat penuh kepercayaan diri. Ia menghembuskan napas, setelah itu meyakinkan diri sendiri supaya tidak meneteskan apapun dari kelopak matanya.     

"Oke oke, tapi gue gak yakin lo bakal denger, Sa."     

"Ya ngomong tinggal ngomong."     

Priska kini tau kalau Nusa menjadi pembangkang dengan dirinya, ya hal itu sih wajar mengingat apa yang sudah ia lakukan pada cewek satu itu, di akui kalau memang dirinya ini menyebalkan sih. Namun tetap saja, ia menjadi tau kalau Nusa bisa melawan segala tindakannya, apalagi kini memiliki penjaga seperti layaknya seorang El.     

"Gue mau bilang, jangan bocorin apapun tentang gue yang nyakitin lo." ucap Priska dengan nada memohon. Sialnya, ia malah mengikuti rencana selanjutnya dari Nika yang berlagak seolah-olah memohon kepada Nusa yang memang tidak pernah speak up dengan kejadian sesungguhnya yang lebih detail lagi.     

Nusa menatap Priska dengan sorot mata yang lekat, setelah itu tersenyum simpul. "Enggak." balasnya. Ia menjadi bisa merasakan bagaimana menjadi El yang suka sekali merespon dengan perkataan yang singkat, jadi, ini rasanya? Ia tidak perlu capek-capek berekspresi, apalagi dengan seseorang yang sudah menyakitinya dengan dalam. Apa dulu ada seseorang yang menyakiti El sebegitu parahnya sampai cowok tersebut bersikap seperti itu? Ah iya, tidak akan ada orang yang tau.     

"Gue mohon banget, plis. Kita udah mau lulus, gue gak mau dikeluarin dari sekolah plus gue juga gak mau nama naik gue dan keluarga tercoreng gitu aja cuma gara-gara hal ini." ucap Priska kembali, memang sih sebenarnya ia adalah ratu drama nomor satu setelah pemeran cowoknya itu adalah si Mario.     

Nusa mendengus, lalu menggelengkan kepala seperti meratapi apa yang terjadi. "Kamu sendiri yang berbuat hal tercela, sekarang menyesal, memang sifat manusia seperti itu ya?"     

Sebenarnya sih ogah banget seorang Priska melakukan hal yang menurutnya sangat rendahan ini, namun apa boleh buat? Kalau tidak, tau sendiri kalau mereka —dirinya dan termasuk genk-nya— akan selamanya dicurigai oleh banyak orang.     

Priska menekuk senyuman, lalu meminta kepastian kembali kepada Nusa dan menghiraukan apa yang dikatakan oleh cewek tersebut barusan. "Lo bener gak akan ngebocorin apapun, kan? Gue bakalan kasih apa aja yang lo mau," ucapnya sambil menempelkan kedua tangan di depak dada selayknya benar-benar memohon.     

Nusa menaikkan sebelah alisnya, setelah itu terkekeh gamblang saat memori di kepalanya kembali berputar di bagian saat dengan teganya Priska dan kedua temannya mengunci dirinya di toilet loker seperti layaknya kaset rusak.     

"Kasih apa aja yang lo mau?" ulang Nusa dengan mada bicara yang penuh dengan keanehan, setelah itu menatap Priska dengan sorot mata yang tidak dapat diartikan sebagai sorot mata yang penuh dengan kedamaian.     

Priska menganggukkan kepala, yakin dengan apa yang dirinya katakan sebagai jaminan. "Ya, apapun yang lo mau lah. Mau apa? Sepatu? Tas? Make-up? Skincare? Atau apa?"     

Walaupun mereka mengobrol dengan berbisik dan memastikan kalau pengawal di depan toilet sana tak mendengar percakapan mereka, sejauh ini juga terasa aman-aman saja kok.     

"Kamu bisa kembaliin sama SMA aku sebagai anak baru yang tenang gak? Kamu bisa kecilin ego biar gak seenaknya sama orang baru gak? Kamu bisa seolah-olah gak terlalu berharap sama El yang udah jelas banget kalian bukan siapa-siapa, bisa gak nurutin semua itu, hah?"     

Tes     

Oke ini bukan perihal lemah, tapi ini perihal siapa yang sudah disakiti paling dalam dan hanya dibahas begitu saja dan si pelaku hanya bisa memohon pada akhirnya.     

Air mata membanjiri kedua pipi Nusa, membuat dirinya merasa kalau kini dadanya naik turun karena merasakan sesak.     

"Aku gak punya permintaan apa-apa, gak janji juga sama apa yang kamu minta. Jadi, permisi."     

Nusa tanpa banyak omong lagi langsung kabur keluar dari toilet, takut kalau Priska akan mengejar dirinya dan melakukan hal yang menyakitkan.     

Napasnya memburu dengan kedua mata yang basah bahkan air mata pun masih terus menerus meluruh dari kelopak mata, setelah itu dirinya langsung berhadapan dengan Reza dan Mario yang tengah bercanda tawa yang entahlah tidak tau tengah membicarakan hal apa.     

Dan ya, satu-satunya yang menunggu dirinya dengan serius adalah seorang El yang langsung berhadapan dengannya.     

Dengan cepat, Nusa yang menangis itu langsung menubruk tubuh El, mengatakan kalau dirinya tidak baik-baik saja secara tersirat sambil memeluk tubuh cowok tersebut dengan sangat erat. Dan ya, tangisannya semakin meluruh.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.