Elbara : Melts The Coldest Heart

Memuji ‘El Ganteng’



Memuji ‘El Ganteng’

0"Harusnya tadi Bara jangan pakai tas Nusa, tas Nusa biarin aja tuh di bawa sama Mario."     
0

Nusa menatap El yang sejak dari sekolah sampai di tempat buku ini pun masih setia menggendong tas sekolah miliknya, terlebih lagi kini benar-benar dipakai di punggungnya.     

Bahkan, yang menjadi daya tarik bagi orang-orang pun bukan hanya wajah El yang tampan. Mereka pasti berpikir, kalau wajah se-dingin es itu tengah berjalan-jalan menelusuri rak buku bersampingan dengan Nusa, memakai tas bercorak anak-anak yang terlihay menggemaskan.     

El menaikkan kedua bahu, merasa tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Nusa. "Bodo ah." balasnya dengan acuh. Lagipula sih memang tas Nusa terasa berat, namun dirinya merasa tidak masalah akan hal itu. Kalau ia membawa mobil, pasti bisa saja tas ini ditinggal di sana, namun kan dirinya membawa motor yang tak memungkinkan meninggalkan barang di atas kendaraan yang terbuka seperti itu.     

"Kalau berat, sini aku aja yang gendong tasnya. Kasian tuh Bara capek, keliatan banget kalau ada keringat di dahinya yang bercucuran." ucapnya sambil menjulurkan tangan hendak memegang dahi El, namun segera di tepis oleh cowok tersebut dengan gerakan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan dirinya.     

El menatap Nusa dengan sangar, mereka lebih dulu berhenti di sudut toko buku karena kejadian barusan ini. "Lo tau peraturannya." ucapnya.     

Ya, peraturan. Setiap orang memiliki peraturan tersendiri, termasuk El. Bahkan, peraturannya sudah tersebar luar di seluruh sekolah, hanya ada satu peraturan utama kok. Apa kalian masih mengingatnya?     

Mendengar itu, Nusa menepuk keningnya, merasa ceroboh kalau sampai jemarinya yang sudah pasti belum bersih dari kuman ini sudah memegang wajah tampan tersebut. "Astaga lupa, maaf!" serunya dengan pelan, kedua alisnya menurun pertanda penuh penyesalan dengan apa yang dirinya lakukan.     

El menghembuskan napas. Kalau sampai tangan Nusa tadi jadi menyentuh wajahnya, jangan di sangka-sangka lagi kalau jerawat akan timbul. "Oke-oke gak masalah," ucapnya dengan mada bicara yang biasa saja, tidak dingin seperti yang barusan terdengar.     

Setelah itu, mereka melanjutkan mencari-cari buku yang sekiranya ingin di beli oleh Nusa. Mungkin mereka baru 5 menit berada di toko buku ini? Jadi Nusa masih memiliki banyak waktu sebagai pertimbangan sebelum membeli pilihannya nanti.     

"Kok Bara tiba-tiba ngajak aku jalan-jalan, sih?" tanya Nusa sambil meraih satu buku dengan salah satu penulis ternama di Indonesia yang karyanya selalu menyentuh hati dan tepat sasaran di pasaran para pembaca dan pecinta buku.     

El pun tidak tau ingin menjawab apa dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Nusa barusan, namun ia berusaha untuk tidak terlalu mengarang dalam merangkai kata-kata. "Karna gue mau." balansya. Ah ternyata seperti biasa, hanya jawaban klasik tanpa penjunjung kalimat penjelas yang terdengar lebih perinci lagi.     

"Ya gak sih, aneh aja gitu kalau Bara tiba-tiba ngajak aku jalan. Ya dalam artian kan Bara gak pernah keliatan jalan sama siapa-siapa, mungkin?"     

"Iya."     

"Apaan, kok balesnya gitu doang sih?"     

Nusa memutuskan untuk mengambil buku yang tadi di lihatnya dan memasukkan ke dalam pelukannya karena ia tidak mengambil keranjang belanja yang di sediakan dan kalau ingin mengambilnya lagi sama aja mereka harus ke dekat kasir yang dalam artian akan membuat dua kali bekerja lebih.     

"Terus mau gimana?" tanya El dengan nada bicara yang malas. Ia lelah menanggapi orang bawel, namu lebih lelah lagi tidak menanggapi karena telinganya akan disuguhkan berbagai macam kalimat yang tiada henti diucapkan oleh sang lawan bicaranya.     

Menggelengkan kepala, Nusa hanya nyengir saja. Lalu mengambil buku selanjutnya yang ternyata berkisah tentang friendzone. Muncul ide percakapan baru yang hadir begitu saja di kepala Nusa. "Bara pernah gak terjebak di friendzone?" tanyanya tiba-tiba sambil mendongakkan kepala untuk menatap wajah El dari bawah sini, ya tau sendiri karena tinggi tubuhnya sudah pasti kalah jika dibandingkan dengan cowok satu itu.     

El menurunkan pandangannya yang tadinya tengah melihat rak buku paling atas, lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban untuk Nusa. "Gak pernah, gue gak pernah deket sama siapa-siapa." balasnya yang memang penuh kejujuran 100%. Dirinya adalah cowok remaja yang belum mengenal cinta dari semenjak berada di dunia ini, sampai dengan sekarang.     

Sepertinya Nusa juga melupakan mengenai Alvira yang dianggapnya sebagai cewek yang terdekat oleh El, ia tidak membawa-bawa cewek satu ini.     

Nusa menaruh kembali buku tentang friendzone tersebut ke rak pada tempatnya tadi. "Masa sih? Kan Bara tuh ganteng, apalagi emangnya yang dibutuhin buat modal memikat cinta selain itu?" Yang tadinya posisinya membelakangi El, sekarang ia sudah membalikkan tubuh agar berhadap-hadapan langsung dengan cowok tersebut.     

Mendengus kecil, ucapan Nusa hanyalah kalimat basi yang masuk ke dalam indra pendengarannya. "Ganteng bisa jadi modal cinta?" tanyanya, mengulang inti dari apa yang dimaksud oleh Nusa ya walaupun banyak orang juga yang tidak akan mengartikan seperti ini.     

Nusa menggelengkan kepala, menyalahkan apa yang dianggap oleh El. "Bukan, bukan itu kok maksud dari apa yang aku bilang." balasnya. "Maksud aku tuh gini, kan Bara ganteng, yang secara harfiah dan jangan munafik kalau semua orang itu memandang fisik untuk kesan pertama. Nah ada juga manusia yang gak memandang fisik, tapi kita lagi gak bahas dari sudut yang ini. Nah untuk orang yang memang suka mandang fisik ini, pasti asik-asik aja tuh kalau liat yang modelan kayak kamu." ucapnya panjang kali lebar kali tinggi, yang sudah tau konsekuensinya pasti akan di balas dengan kalimat seadanya saja oleh cowok yang berada di hadapannya ini.     

El menyatukan kedua alisnya, merasa kalau penuturan Nusa terasa aneh namun mengandung kebenaran. "Jadi ini ceritanya lo muji gue ganteng?" tanyanya dengan mada bicara yang datar, namun tetap saja malah terdengar seperti godaan saat masuk ke dalam indra pendengaran sang lawan bicara.     

Mendengar apa yang dikatakan oleh El membuat mulut Nusa langsung melongo dibuatnya, setelah itu menatap cowok tersebut dengan sangat intens. "Hah? E-enggak gitu! Aku gak muji Bara kok, cuma bilang kebenaran aja sama kamu." balasnya sambil cemberut karena merasa dirinya dipermainkan oleh cowok satu itu, oh ayolah …     

El mendengus ringan, setelah itu kembali melangkahkan kakinya untuk berjalan selangkah lebih maju daripada Nusa. "Ayo, lama banget lo milih buku."     

Nusa yang belum sepenuhnya sadar pun masih berpijak pada tempatnya, setelah beberapa detik kemuadian.. perhatiannya kembali normal dan langsung melihat dan memyampar El yang sudah tiba-tiba berada beberapa langkah dihadapannya.     

"Bara tungguin ih, rese banget masa aku di tinggal."     

"Habis lo gak jujur."     

"Jujur apaannya lagi sih?" Nusa sudah kembali berada bersampingan dengan El, menatap cowok tersebut dengan sorot mata yang penuh dengan keheranan.     

"Lupain aja."     

"Dih ngambek."     

Tidak ada jawaban dari El, membuat Nusa yang kini bergantian mendengus. "Iya, aku muji El ganteng."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.