Elbara : Melts The Coldest Heart

Jangan Kasih Harapan Palsu



Jangan Kasih Harapan Palsu

0"Mario.. Itu siapa yang ada di samping kamu? Cantik banget ih, Tante lihatnya jadi ngerasa muda lagi. Kenalin dong sama Tante,"     
0

Mira menatap sosok cewek yang berada di samping cowok yang merupakan teman anaknya. Perawakan cewek tersebut sangatlah cantik, sungguh. Bola mata yang bulat dengan warna hitam legam, terlihat begitu sempurna di padukan dengan hidung yang mancung namun mungil serta bibirnya yang tipis. Belum lagi dagu yang tirus itu, menambahkan kesan mempesona.     

Ia menghampiri mereka dengan senyuman yang mengembang. Ya niat awal sih ingin ke kamar El untuk menanyakan Mario ingin minum apa, biar nanti dirinya siapkan. Tapi ternyata, di ruang tamunya sudah terisi seseorang yang tidak pernah di bawa ke rumahnya.     

Mario terlihat cengengesan, menanggapi ucapan Mira dengan penuh keantusiasan. "Tebak hayo Tante, ini siapa?" Bukannya menjawab, ia justru memberikan tebak-tebakan kepada wanita paruh baya yang sudah sangat dikenal olehnya, tentu saja. Makan, minum, istirahat, kadang semua dan segala aktivitas pun dirinya lakukan di rumah megah seorang Elbara.     

Mira terkekeh kecil, sosok Mario memang gemar sekali bercanda. Dirinya sudah sampai di dekat mereka, lalu mulai mendaratkan bokong di sofa yang bersebrangan. "Gimana Tante mau tebak? Toh kan gak mungkin dia punya kamu, iya kan? Yang secara, tante tau banget kalau kamu gak akan bertahan sama satu cewek." balasnya dengan nada bicara guyonan namun apa yang dikatakannya memang adalah sebuah fakta yang tentu saja jelas kebenarannya.     

Nusa mengusap lengannya dengan canggung, entah bagaimana caranya untuk merasa biasa saja apalagi dengan Nyonya Adalard ini. "Hai, Tante." sapanya dengan ceria, lalu beranjak dari duduk dan langsung menghampiri wanita setengah paruh baya tersebut. "Salam kenal Tante, aku Nusa." sambungnya sambil menyalimi tangan Mira dengan sifat yang memang penuh akan kesopanan.     

Mira tersenyum, terlihat sangat manis. Entahlah, mungkin bisa dikatakan kalau dirinya ini awet muda. "Halo sayang, namanya bagus ih, cantik kayak pemiliknya." sapa balik dengan keramahan yang tentu saja keluar dari dalam tubuhnya. "Sini duduk deket Tante, jangan deket Mario, nanti malah ketularan gak jelasnya." sambungnya sambil terkekeh kecil.     

Mario yang mendengar itu pun ikut terkekeh, pandangannya melihat ke arah Nusa yang sudah mendaratkan bokongnya tepat di samping Mira. "Gitu-gitu Nusa gak cocok sama Mario, Tan. Pawangnya galak banget, ngalahin pawang binatang buas." balasnya sambil bergidik ngeri. Membayangkan bagaimana kalau ia memiliki Niat untuk mengambil Nusa dari El, mungkin bukan lagi wajahnya yang tak terbentuk, melainkan seluruh tubuhnya yang hancur remuk berkeping-keping.     

Mira menatap Nusa, ia menelusuri wajah cantik tersebut, lalu berhenti pada tatapan bola matanya. "Benarkah? Memangnya kamu udah punya pacar, Nusa?" tanyanya dengan nada bicara yang lembut, senyuman pun tidak pernah luput dari permukaan wajahnya. Bukannya terlihat aneh, justru terlihat menawan dan juga berkharisma.     

Nusa melirik ke arah Mario, yang ternyata cowok satu itu pura-pura bersiul sambil menatap langit-langit ruangan tamu ini. Memang menyebalkan, masa dirinya ditempatkan di dalam situasi yang seperti ini sih?     

"Gak tau, Tante. Nusa juga bingung udah pacaran atau belum, katanya orang-orang sih kita udah pacaran, tapi aku belum ngerasa kalau dia pernah ngungkapin cinta ke aku." balasnya yang kelewat jujur, padahal yang tengah dirinya deskripsikan ini adalah sang anak dari wanita yang berada di sampingnya.     

Tadi giliran Nusa ingin meminta bantuan supaya di bantu jawab, Mario malah melengos. Kini giliran Nusa berkata seperti ini pada Mira, barulah cowok tersebut memusatkan perhatian untuk menyimak pembicaraan supaya tidak tertinggal pembahasan.     

Mira menaikkan sebelah alis, tatapannya keheranan. "Kok bisa begitu? Jangan mau loh jalin hubungan yang gak jelas, harus pastiin kalau cowok itu bener-bener sayang sama kamu." ucapnya yang mulai menasehati.     

Walaupun baru saja kenap beberapa menit yang lalu, Mira merasa kalau Nusa adalah sosok yang sangat mudah untuk di ajak berbicara. Selain itu, tidak ada anak remaja yang begitu polos dan begitu peduli sekali dan menyimak percakapan dengan sangat teramat baik.     

Nusa tersenyum miris. Jangankan memastikan El cinta dengan dirinya, dekat-dekat dengan cowok itu saja sudah membuat jantungnya berpacu cepat, bagaimana kalau bertanya mengenai perasaan?     

"Iya Tante, tapi gimana ya… dia dingin banget kayak es di kutub selatan, aku aja bingung."     

"Gak bisa cairin emangnya? Beku banget?"     

"Banget banget banget banget banget! Bener-bener kayak kulkas berjalan, Tante!"     

Nusa mendengus, ia agak kesal dengan cowok satu itu yang suka sekali mengubah sikapnya. Kadang hangat, dingin, kadang hangat lagi.     

"Siapa yang lo bilang kayak kulkas berjalan?"     

Tiba-tiba saja terdengar suara bariton yang terdengar jelas memasuki indra pendengaran mereka bertiga, dan menolehkan kepala, lalu terlihat El yang sedang berjalan mendekati ruang tamu dengan pakaian yang sudah berganti. Simpel dengan hodie dan celana jeans berwarna hitam, jangan lupakan sneakers kece bersimbol ceklis satu yang dapat memberitahu tanpa berbicara betapa mahalnya barang tersebut untuk sekedar sepatu saja.     

Nusa membungkam mulutnya, namun Mario mengembangkan senyuman yang merasa pasti setelah ini akan ada perbedaan dari seorang El yang tampak secara jelas.     

"E-eh? Gak ada kok, orang, ah iya, lagi ngomongin orang." balas Nusa dengan gelagapan, senyumannya pun terlihat sangat aneh.     

Mira menatap El. "Ini loh, Nusa tadi lagi cerita, katanya deket sama cowok yang dingin terus saking dinginnya mungkin kayak kulkas dua puluh lima pintu kali ya alias dingin banget." balasnya.     

Nusa diam saja, ia mana mungkin memarahi Mira karena berkata jujur dengan percakapan mereka? Itu sangat tidak mungkin. Karena selain tidak sopan, itu sangat durhaka.     

El menaikkan sebelah alisnya, menatap Nusa dengan sorot mata yang datar. "Dia ngatain El, Mom." ucapnya sambil mendengus kecil.     

Mira menatap mereka berdua secara bersamaan, kini di otaknya seperti ada sesuatu yang tengah di sambung menjadi satu bagian.     

Sedangkan Nusa? Ia mati-matian menggigit bibir dalamnya, saking merasa ketangkap basah oleh El. "Enggak, enak aja! Aku gak ngatain kamu sama sekali, Bara, sungguh. Emangnya yang kayak kulkas berjalan itu kamu doang?" ucapnya yang mencoba untuk menutupi kecanggungan.     

El memganggukkan kepala. "Iya, gue doang. Kulkas berjalan kan panggilan lo buat gue, bodoh." balasnya dengan tajam.     

Mira menjentikkan jemari, dan ber-oh-ria. "Oh astaga! Ternyata ini nih cowok yang gantungin hubungan Nusa? Oh… oke." Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri El yang sudah berhenti tak jauh dari pijakannya. Lalu dengan cepat langsung saja menjewer telinga El. "Kamu nih ya kalau gak mau kasih kepastian ke Nusa, jangan kasih harapan palsu. Sekarang, buatin minuman dulu sebelum keluar lagi, cepet! Sebagai hukuman,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.