Elbara : Melts The Coldest Heart

Murka Seorang Reza dan Mario



Murka Seorang Reza dan Mario

0"SUASANA MEMANAS, DAN FARIO MENINGGALKAN BEBERAPA MOTOR DI DEPANNYA DENGAN SECEPAT KILAT!"     
0

"Mc-nya heboh banget gila."     

Reza dan Mario baru sampai di lokasi, dan benar saja mereka tidak keburu saat kesini. Tadi, semasa perjalanan, mereka berdua malah di introgasi oleh 2 orang bertubuh kekar dengan jaket kulit dan kepala tanpa rambut alias botak yang dapat di simpulkan memang terlihat menyeramkan.     

Mendengar komentar Mario yang seperti itu, Reza menganggukkan kepalanya dengan setuju.     

Mereka masing-masing turun dari motor, dan melepaskan helm. Lalu, berjalan ke arah seorang cowok yang diketahui kalau dia adalah pemegang kendali acara.     

"Do!"     

Mario mah diam saja, orang dirinya tidak kenal. Itu barusan yang memanggil seseorang adalah si Reza, kalau ia mah takjub saja melihat ke layar besar yang menampilkan cuplikan seperti siaran langsung balapan. Ini bukan arena balap main-main walaupun liar dan tanpa persetujuan.     

Orang yang di panggil pun mulai menolehkan kepala, tanpa perlu berkenalan pun dia sudah kenal dengan Reza dan juga Mario. "Eh bro, dateng juga lo berdua akhirnya. Tapi sayang, balapan udah di mulai baru aja." balasnya sambil ber-high-five dengan kedua cowok tersebut.     

Mario menganggukkan kepala. "Tempat lo keren juga." ucapnya yang memang kagum.     

Ricardo, sebelumnya kalian sudah mengenal orang ini kan? Ya, dia terkekeh kecil mendengar ucapan Mario. Semua orang yang baru datang kesini pertama kali, pasti mengatakan hal yang serupa dengan cowok tersebut. "Iya semua orang bilang gitu kok!" balasnya dengan bangga. Ya tentu saja bangga, tempat ini, murni dirinya yang buat dengan bantuan para sahabat yang satu genk dengannya. Makanya, ia adalah tuan rumah terbaik untuk acara balapan.     

Reza menatap Ricardo dengan serius. "El ikut serta?" tanyanya, ini yang daritadi ingin ia katakan karena jujur lidahnya sudah gatal.     

Ricardo yang tadinya menatap Mario pun langsung menatap ke arah Reza, ia menganggukkan kepala dengan tegas. "Iya, Za. Dia dateng tanpa konfismasi, tiba-tiba dateng gitu aja. Tapi sih gue gak berani nerapin peraturan di dia, jadi ya gue boleh-bolehin aja ikut balapan." ucapnya yang menjelaskan secara detail.     

Mario sudah memilih untuk pergi, mengambil minuman kaleng yang berada di kotak yang juga berisikan batu es agar tetap dingin.     

Jadi, tersisa lah Reza dan Ricardo.     

Mata Reza memicing, lalu herdehem kecil. "Balapan lo terkenal sama balapan gak sehat, lo bisa ngejamin keselamatan El, kan?" tanyanya dengan serius. "Bukannya El manusia cupu yang takut terluka, tapi kalau konsekuensinya besar gimana?" sambungnya.     

Ricardo menelan saliva dengan susah payah. El and the genk memang terkenal dengan intimidasi-nya yang sangat menyeramkan bahkan bisa membuat sang lawan bicara tiba-tiba memiliki hati yang ciut.     

"Gue janji, beneran ngejamin kalau—"     

BRAK     

"WOY ITU ADA YANG TUMBANG!!"     

"EL ANJIR ITU, GILA MATI KITA."     

"BERHANTIIN BALAPANNYA, BATALIN. BISA-BISA KASUS KALAU DIA KENAPA-NAPA!"     

"ITU SIAPA YANG SENGGOL EL?, LIAT DI DAFTAR!! BUKANNYA UDAH NERAPIN KALAU GAK BOLEH ADA KECURANGAN YA?!"     

"CEPET, TELFON AMBULANCE!"     

Mendengar tiba-tiba suasana yang ricuh, Reza dan Ricardo langsung melihat ke keadaan sekitar. Dan benar saja, para cowok-cowok anggota motor langsung turun ke arena dan terlihat di layar besar kalau tidak ada yang meneruskan balapan sampai garis finish.     

"Sialan lo, tempat balapan lo sialan!" maki Reza, lalu memberikan Ricardo pukulan keras tepat di rahang cowok itu.     

Setelah puas walaupun baru satu pukulan, Reza berlari kencang ke arah motornya, lalu terlihat Mario yang juga sudah stand by di atas motor dengan helm yang sudah terpasang.     

"Jangan lama, ayo samperin El." ucap Mario yang sudah melajukan motornya lebih dulu daripada Reza, ia sudah berancang-ancang duluan.     

Reza pun sudah memakai helm, lalu meng-gas motornya dan ia mulai masuk ke dalam arena, langsung saja mengikuti jalur sampai nanti bertemu dengan lokasi kecelakaan El yang sudah pasti langsung diberikan pertolongan pertama.     

Sedangkan Ricardo…     

"Shit." ucapnya sambil mengelap sedikit darah yang keluar dari ujung bibirnya. Ia melihat lagi ke layar besar yang kini menyorot El yang tak sadarkan diri sudah terlempar bersama motornya yang berdekatan dengan tubuh atletis dan kekar itu, sedikit keluar dari jalur arena.     

"Sialan nih yang gak ngikutin peraturan, mati gue."     

Tidak ada yang berani untuk bermain-main dengan Elbara karena perkataan cowok itu mengandung keseriusan yang kuat, dalam artian, tidak ada guyonan dari setiap apa yang dikatakan oleh cowok tersebut. Karena nanti kalau El kenapa-kenapa, bayangkan siapa yang turun tangan? Si petinggi Adalard yang berkuasa.     

Reza dan Mario sudah sampai di tempat, buru-buru menurunkan standar motor lalu melepaskan helm. Kedua mata mereka sudah memerah, merasa takut kalau terjadi apa-apa dengan El.     

"Woy sialan lo semua minggir, minggir!" seru Reza kalut sambil mendorong-dorong tubuh orang yang menghalangi lari-nya.     

Mario pun demikian. Dia adalah orang yang paling humoris dan lagi juga memiliki tingkat serius yang rendah, tapi untuk kali ini.. wajahnya terlihat menegang dan seperti akan mematahkan tulang siapapun sebagai pelampiasan.     

Reza dan Mario bersimpuh di samping El yang tergeletak. Mungkin helm menyelamatkan benturan kepala sahabatnya dengan aspal, namun lihat luka-luka dengan celana yang sobek milik El juga telapak tangan kirinya yang mencium aspal sehingga robek.     

"LO SEMUA SAMPAH! MANA NIH YANG NYENGGOL EL DI ARENA? SIAPA ORANGNYA GC KASIH TAU GUE!" teriak Mario yang menatap mereka semua dengan bringas, keluarlah sisi menyeramkan yang jarang sekali ia tunjukkan.     

Takut, walaupun di sini berisikan dominan para cowok, mereka takut dengan Reza dan Mario yang memang terkenal ganas jika sang ketua a.k.a Elbara kenapa-napa.     

"Gua gak tau, Rio. Dia datang tiba-tiba pas mau mulai start, belum ada yang data dia. Sekarang pun pas di cari ternyata udah pergi."     

Mendengar itu, Mario menatap bringas orang yang menjawab pertanyaannya. "GAK BECUS PERATURAN LO SEMUA DI SINI!!"     

Bugh!     

Bugh!     

Bugh!     

Tidak ada yang berani maju, padahal jumlah mereka tentu saja lebih banyak daripada Reza dan Mario yang hanya dua orang. Ya, mereka takut, mereka takut terjerat ke suatu hal yang merugikan diri mereka sendiri.     

"Bangun lo sialan!"     

Mario belum puas memberikan pukulan, namun lawannya sudah tersungkur di aspal.     

Reza sudah menyuruh orang untuk mengangkat El dengan tandu, dan memasukkan sahabatnya ke dalam ambulance. Ia mendekati Mario yang bersiap memukul cowok itu lagi, lalu menahan bahu sang sahabat supaya tidak kelewatan memukul.     

"Udah ayo cabut, kita harus menemin El juga, ikutin ambulance dari belakang."     

Mendengar itu, Mario berdecih namun menurut dengan apa yang dikatakan oleh Reza. "DENGER YA LO SEMUA GAK AMAN, BAJINGAN NIH TEMPAT INI GAK BISA DI AJAK DAMAI! LO LIAT YA ADALARD BAKAL APAIN TEMPAT INI!"     

….     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.