Elbara : Melts The Coldest Heart

Usaha Reza Untuk Alvira



Usaha Reza Untuk Alvira

0"Aku kan mau masuk, mau liat Kak Bara, malah di bawa ke taman gini sih."     
0

Alvira mengeluh dengan raut wajah yang ditekuk. Saat ini, dirinya duduk di sebelan kiri Reza dengan Mario yang berada di sebelah lainnya Reza.     

Entah mengapa, mereka malah menikmati hembusan angin di pagi hari dengan masing-masing roti di tangan mereka yang di bawakan oleh Mario untuk mengganjal perut.     

Mario mencodongkan tubuh agar bisa melihat Alvira karena pandangannya tertutupi oleh Reza yang berada di tengah-tengah mereka. "Ya lo kan udah sering sama El, Ra. Kan ini pertama kalinya ada cewek yang nungguin El siuman setelah berkali-kali tuh cowok masuk ke rumah sakit." balasnya, sambil menggigit roti dengan taburan sosis dan keju serta ada sausnya juga sebagai toping yang mengguncang lidah.     

Mendengar itu, Alvira mendengus. Jika Reza dan Mario yang kini tengah asyik menikmati sarapan roti, namun lain halnya dengan ia yang memilih untuk mengomel terlebih dulu jika di bandingkan dengan mengganjal perut.     

"Tapi ini kecelakaan terparah Kak Bara, loh. Dan masa aku gak ada di samping dia? Sumpah?"     

"Sumpah sumpah, lo kira apaan si, hah?"     

Reza hanya menyimak mendengar perkataan mereka berdua, roti miliknya rasa srikaya yang memiliki rasa tiada dua. "Udah deh, Rio. Lo bukannya tenangin Vira malah begitu," ucapnya sambil mendoronga wajah Mario yang nongol dari sisi kanannya.     

Mario mengumpat kasar sambil menatap Reza dengan jengkel. "Sialan lo dorong-dorong muka yang ganteng dan kece badai kayak gue," tanggapannya kesal, serius. Namun mulutnya masih tidak melupakan untuk menggigit bagian roti dengan ganas seolah kelaparan.     

Sekarang, sepertinya akan timbul adu mulut Reza dengan Mario yang memang sudah menjadi keseharian mereka untuk berdebat sesuatu yang kecil dan sepele.     

"Muka lo ngalangin pemandangan gue, noh liat taneman taman rumah sakit seger-seger. Pas gue ngeliat muka lo, malah jadi kusut gue."     

"Kusat kusut, kusat kusut. Lo aja ngalangin gue dari bidadari, gimana gue bisa liat muka Vira kalau lo gede banget di tengah gitu."     

"Gak ah gak boleh, nanti lo modus."     

"Lo cemburu ya sama gue? Ya kan? Takut nanti kalau nyatanya gue lebih bisa ngidupin suasana daripada lo,"     

Melihat Mario yang menaik turunkan kedua alisnya, pertanda menggoda cowok yang berada di sampingnya ini membuat Alvira tak ayal terkekeh geli dengan tingkah mereka berdua. Lalu, ia memilih untuk beranjak dari duduknya, setelah itu berada di hadapan kedua cowok tersebut.     

"Kalian berdua duduknya geser, atau Vira bakalan duduk di tanah?" ucap Alvira yang mengancam dengan raut wajah yang sok galak, padahal dirinya tengah mengulum senyuman geli.     

Reza menghembuskan napas, walaupun tidak rela tapi dirinya tetap menggeser tubuh supaya Alvita tidak melakukan apa yang dia katakan untuk duduk di tanah yang walaupun terlihat bersih namun sudah pasti banyak bakterinya.     

Sedangkan Mario? Ia diam saja di posisinya, tidak bergeser atau melakukan apapun.     

Alvira menatap Mario sambil berdehem. "Ekhem, hello Tuan Mario!" serunya dengan nada bicara yang naik satu oktaf, seolah-olah menegur cowok tersebut karena tidak bergeser seperti apa yang dirinya pinta barusan.     

Mario terkekeh kecil, setelah itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sorry, sorry, sengaja kok gue mau liat lo ngomel." balasnya, lalu menggeser tubuh ke sisi lengan kursi taman.     

Melihat yang keduanya bekerja dengan baik menuruti apa yang dirinya katakan, membuat Alvira akhirnya bisa menampilkan senyuman lebar yang membingkai di permukaan wajahnya denhan sangat jelas, terlebih lagi terlihat menawan.     

Alvira kini mendaratkan tubuhnya di antara mereka, sekarang dirinya di tengah seperti apa yang dikatakan oleh Mario agar mereka berdua juga tidak bertengkar mengenai hal yang sama sekali kemungkinan tidak ada ujungnya.     

"Nah kan ini Vira udah duduk di tengah-tengah kalian, jadi jangan ribut lagi ya."     

Setelah sekian menit tidak napsu memasukkam roti ke dalam mulut, akhirnya Alvira memakan gigitan pertama roti yang di berikan Mario untuknya. "Kak Mario, ini rasa apa?" tanyanya sambil menolehkan kepala ke samping kanan, ia bertanya karena isian roti berada di tengah sedangkan dirinya kan baru sampai di pinggiran roti.     

Mario yang sudah menelan roti yang tadi dirinya gigit pun menolehkan kepala ke arah Alvira setelah memberikan tatapan kemenangan kepada Reza, benar kalau cowok satu ini hanya menggoda sanh sahabat saja. "Oh itu gue beliin lo rasa stroberi. Gue gak yakin soalnya kalau beliin lo yang rasa keju, apalagi yang kacang hijau, takut gak suka." jawabnya, lalu meraih air mineral botol yang tadi juga di beli, yang masing-masing pun mereka berdua punya.     

Alvira menganggukkan kepala. "Oke gak apa kok, enak. Lagipula bener, Vira juga gak terlalu suka sama rasa yang Kak Rio bilang tadi." balasnya.     

Dalam diam, Reza mencatat informasi tersebut. Tanpa bertanya langsung pada Alvira, tanpa cewek itu sadari, ia sudah tau hampir 85% apapun tentang Alvira tanpa di ketahui.     

Reza menatap Alvira dari samping, ia begitu terpesona dengan penampilan cewek di sampingnya yang di ketahui tentu saja belum berpenampilan seperti saat sekolah —yang dalam artian, penampilan cewek tersebut saat ini terlihat jauh lebih menawan karena terlihat lebih dewasa—.     

Mario sadar kok kalau Reza begitu mengagung-agungkan Alvira, karena memang kinerja sebuah cinta memang begitu adanya. Ia langsung saja menyenggol lengan cewek yang berada di sampingnya, seolah-olah memberikan kode kepada Alvira untuk menolehkan kepala ke arah seseorang yang di maksud. Dirinya berani jamin kalau Reza saat ini sedang melamun.     

Alvira untung saja peka, cewek satu ini tidak banyak bertingkah lemot yang dapat menggagalkan. Langsung saja ia memutar tubuh ke arah Reza meninggalkan pandangannya terhadap Mario yang kini sudah beranjak dari duduknya.     

"Kayaknya gue mau ke kamar mandi deh, pagi-pagi belum nabung jadinya agak mules." ucapnya sambil menepuk-nepuk perut, padahal mah ini hanyalah alasan semata saja kok.     

Mendengar itu, Reza menjadi kembali masuk ke dalam dunia nyata dengan mengerjapkan kedua bola mata sebanyak tiga kali. "Oh ya udah gih, nanti kalau tiba-tiba nabung disini, jadi berabe juga urusannya. Soalnya jadi ranjau," balasnya sambil tertawa.     

"Yeh sialan lo." umpat Mario, namun dirinya juga tertawa dengan apa yang ditakan oleh Reza.     

Akhirnya, Mario melenggangkan kaki meninggalkan mereka berdua dengan kemungkinan persamaan perasaan yang hampir setara.     

Reza dan Alvira saling mengunci tatapan satu sama lain, keduanya mengukir senyuman di permukaan wajah dengan sangat jelas.     

"Tenang ya, lo udah paham kan kenapa kita ada di sini? Bukannya gue sama Mario mau jauhin lo dari El yang kemungkinan udah siuman,"     

"Iya Kak, Vira tau. Kakak mau berduaan kan sama aku, disini?"     

Mendengar itu, Reza tentu menggelengkan kepala. "Serius, Ra. Tadinya bukan itu kok rencananya. Gue sama Mario ngajak lo kesini biar Nusa sama El ada waktu berdua, bukannya kita yang juga ikutan berduaan begini. Sorry kalau menurut lo—"     

"Enggak kok, Alvira suka sama cara Kak Reza yang mau berusaha deketin aku."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.