Elbara : Melts The Coldest Heart

Ketakutan Reza dan Mario



Ketakutan Reza dan Mario

0Reza dan Mario saling tatap satu sama lain, mereka menjentikkan jemari secara bersamaan.     
0

"Wah gila, kayaknya bakalan ada perang dunia." Ini yang berbicara adalah Mario, ya dirinya lebih dulu daripada Reza yang mengungkapkan jalan pikiran mereka yang selalu searah.     

Melihat Nusa yang menghampiri Alvira karena tadi Alvira tiba-tiba keluar begitu saja dari ruangan karena yang di dengar dengan jelas kalau El lebih menurut dengan Nusa bahkan meminta untuk tidurnya di temani. Sudah jelas, pasti ada apa-apa dengan Alvira.     

Reza menganggukkan kepala, lalu beranjak dari duduk dan langsung keluar dari game tanpa banyak basa basi. Mereka bermain game, tidak takut kalah rank karena hanya untuk seru-seruan saja kok. "Ya udah ayo samperin," ucapnya yang memang langsung gerak cepat.     

"Yeh lo pikun apa ya? Nusa nyuruh jangan ninggalin El, dan gue juga gak mau kali ninggalin dia sendirian." balas Mario yang masih bertahan pada posisi duduknya di atas sofa.     

Reza menganggukkan kepala, membenarkan apa yang dikatakan oleh Mario karena ada benarnya juga. "Shit, iya gue emang lupa anjir." ucapnya sambil menepuk kening. "Terus gimana solusinya, jangan nerusin main game dulu." sambungnya sambil menarik ponsel yang berada di tangan Mario, cowok itu ternyata masih menggerakkan jemari di layar ponselnya.     

Mario cengengesan, setelah itu merebut kembali ponselnya dari tangan Reza. "Oke oke damai, nih gue matiin." Lalu menaruh benda pipih yang layarnya sudah menggelap itu di saku celana. Ia menatap Reza, ingin memberikan saran. "Oke gini aja, kita kesana berdua. Tapi nanti lo tetep di kantin, terus gue langsung bawa Nusa ke sini." sambungnya.     

Reza merasa kalau itu adalah ide yang bagus, ia menganggukkan kepala. "Oke siap-siap, bener juga lo. Jadinya kan kita gak perlu tuh ya ninggalin El lama-lama,"     

Akhirnya, mereka melesat untuk keluar dari ruangan. Pasalnya, mereka pernah sekali melihat Alvira mengamuk dan itu sangat menyeramkan. Belum lagi, alasan cewek itu mengamuk karena mereka selalu mengambil waktu El seolah-olah tidak membiarkan cowok itu main dengan sang adik. Padahal dari pengakuan El sendiri pun dia akan meluangkan waktu dengan Alvira lebih banyak, karena memang tidak ingin merasa adiknya tersaingi. Mereka hanya tidak ingin kejadian ini kembali terulang, apalagi kepada Nusa yang kelewat polos.     

Masuk lift, menekan tombol lantai dasar.     

Ting     

Di percepat, akhirnya pintu lift tersebut. Mereka mulai masuk ke dalam pintu yang dimana di sana langsung mengedarkan pandangan, lalu menemukan Alvira yang duduk seorang diri di sudut ruangan dengan tatapan mengunci layar ponsel dengan sangat fokus.     

"Oke sesuai rencana ya, sekali lagi lo hutang budi nih Za sama gue karena bisa bikin lo berduaan sama Alvira." ucap Mario, ia pun ternyata hitung-hitungan. Yang dimana sifat yang satu ini hanya di peruntukkan kepada Reza dan Mario saja kok, bukan sifat negatif karena dirinya dan Reza juga sudah biasa hitung-hitungan. Kalau El pribadi mah merasa bodo amat, temannya ingin di traktir olehnya, ya ia langsung men-traktir mereka.     

Reza mencibir, setelah itu tertawa kecil. "Bawel lo ah kayak cewek, mau cium kayak Nusa cium El sebagai tanda sayang, takut di kata homo." balasnya.     

Mario berpose seakan-akan mual dengan apa yang dikatakan oleh Reza, bisa-bisanya cowok satu itu berpikiran ingin menciumnya. "Idih najis lo minggat sana ke bulan, gue juga ogah lo cium-cium. Gue gak terima kata makasih karena rencana gue ini untungin lo, tapi kalau di traktir ya kata makasih itu bisa diomongin baik-baik." balasnya, menimpali.     

Reza menggelengkan kepala, setelah itu setengah berlari ke arah Alvira dan mendaratkan bokong di tempat dimana seharusnya itu di tempati oleh Nusa.     

Sedangkan Mario? Ia berjalan dengan senandung kecil menyanyikan lagu doraemon, lalu berhenti tepat di samping gadis yang tengah menunggu pesanan makanan, mungkin?     

"Ekhem, cepetan yuk balik ke ruangan El. Dia sendirian tuh di sana," bisiknya tepat di daun telinga Nusa membuat sang pemilik langsung saja tersentak.     

Nusa menolehkan kepala ke sumber suara, lalu menghembuskan napas kala melihat seseorang yang di kenal. "Ish Mario, ngagetin terus kerjaannya ya ampun. Emangnya kalau aku jantungan, mau beliin jantung yang baru?" tanyanya sambil mengusap dada. "Tadi apa kamu bilang, ninggalim Bara sendirian?"     

Tuk     

Nusa mengetuk kening Mario, pertanda sebal dengan cowok satu ini. "Tadi kan udah aku bilang, jangan ninggalin El apapun kondisinya. Udah ayo cepetan balik,"     

Mario menahan tangan Nusa yang memegang pergelengan tangannya. "Ntar dulu, Sa." ucapnya yang menahan cewek tersebut agar tidak melangkahkan kakinya.     

Nusa menaikkan sebelah alis, menatap Mario seolah-olah membutuhkan penjelasan karena cowok itu menahan dirinya. "Apaan lagi sih? Kenapa nahan aku? Nanti kalau Bara kenapa-napa, kamu ya Mario yang tanggung jawab." ucapnya sambil mendengus kecil.     

Mendengar itu, Mario pribadi sih hanya terkekeh kecil saja, lalu memberikan aba-aba dengan tatapannya. "Tuh pesenan lo dah jadi, main pergi-pergi aja." ucapnya.     

Nusa merutuki kebodohan dalam hati, lalu melepaskan tangan yang menggenggam erat pergelangan tangan Mario. Lalu meringis kecil, setelah itu berterimakasih pada wanita yang memeberikan pesanannya. Untung, dirinya sudah membayar.     

"Gara-gara kamu nih aku lupa, ya ampun malu banget." ucapnya.     

Nusa ternyata memesan sup jagung, asap yang mengepul pun membuat aroma jagung menyeruak keluar dari dalam tempat seperti bowl styrofoam, wangi sekali dan mengundang selera makan.     

"Haha masa gue." ucap Mario. Lalu ia mengikuti langkah kaki Nusa yang malah berjalan lebih dulu daripada dirinya, ia pun segera mengekori.     

Setelah mereka berdua berada di luar kantin, Nusa menolehkan kepala ke arah Mario dengan sebelah alis yang terangkat. "Emangnya kamu ngapain ke sini? Terus kamu bilang kalau Bara sendirian, emangnya Reza kemana?"     

"Lo gak liat kalau tadi Reza ke Alvira? Ini sebenernya sih siasat dari gue, gue sama Reza takut aja Alvira kenapa-napa terus lo yang bakalam jadi sasarannya."     

"Emangnya Alvira kenapa? Tadi dia baik-baik aja kok sama gue walaupun sempet aneh,"     

Mendengar itu, gantian lah Mario yang menaikkan sebelah alisnya. "Aneh gimana? Bisa kasih tau gue lebih jelas lagi gak?" tanyanya, timbul perasaan penasaran yang tiba-tiba muncul.     

"Ya kayak ada sesuatu yang mau dia bilang, tapi di tahan gitu aja. Dan sekarang aku juga masih kepikiran," jawabnya, bingung mendeskripsikan.     

Sambil mengobrol, tetap saja langkah kaki mereka di percepat karena Nusa benar-benar khawatir dengan El yang sendirian yang berada di ruangannya.     

Nusa tidak mendengar jawaban apapun dari Mario, membuat dirinya memilih untuk menghentikan langkah yang membuat cowok itu juga mengikutinya. "Emangnya ada apasih? Kasih tau aku sekarang, Mario."     

Mario menarik napas, lalu menghembuskan dengan perlahan. "Gue takutnya Alvira cemburu sama lo yang deket sama El selain dia,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.