Elbara : Melts The Coldest Heart

Reza Memberikan Perhatian



Reza Memberikan Perhatian

0Nusa menggelengkan kepala, merasa tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Mario yang menceritakan bagaimana perlakuan Nusa kepada cowok yang kini berada di sampingnya.     
0

Mereka bercerita setelah memastikan kalau El masih tertidur pulas, bahkan saat menceritakan pun Mario mengambil suara yang pelan dengan musik dari playlist ponselnya yang menyala supaya meredam suaranya. Takut kalau El mendengar, cowok itu akan marah karena dirinya —Mario— menceritakan hal itu kepada cewek yang baru datang di hidup El.     

"Masa sih, Rio? Aku sama sekali gak percaya," ucap Nusa yang memberikan tanggapan sambil menggelengkan kepala dengan perlahan-lahan.     

Mario terkekeh kecil, merasa wajar saja kalau Nusa sama sekali tidak percaya dengan apa yang dirinya ceritakan. "Gue sendiri sih kalau pribadi terus bandingin sama Alvira yang sekarang, gue juga gak percaya dia pernah begitu. Tapi gimana ya, dia cewek yang baik kok sampai saat ini. Jadi ya buat inget-inget terus ngerasa sakit hati sama perilakunya yang kemarin sih gua rasa gak perlu." ucapnya sambil menaruh kedua tangan di belakang kepala, setelah itu menyandarkan punggung di kepala sofa.     

Menganggukkan kepala karena merasa setuju dengan apa yang dikatakan Mario tentang kebaikan Alvira pun Nusa merasa sangat setuju. "Iya, aku paham kok. Kan selama ini yang kita tau kalau Bara sama Alvira itu deket banget, kalau ada yang masuk di antara mereka ya harus terima konsekuensi." ucapnya yang menanggapi dengan pemikiran yang dewasa.     

Mario menatap Nusa dengan sorot mata yang terbuka, seperti khawatir dengan sosok di sampingnya. Ia tidak ingin Alvira membentak Nusa dengan kasar, apalagi kalau nantinya sampai main tangan karena waktu itu mungkin Alvira tidak bakal main tangan dengan cowok karena tau kalah dalam segi tenaga.     

"Tapi bukan lo orang yang seharusnya kena amarah, gue takut lo kenapa-napa, Sa."     

"Sebelumnya makasih banget Rio udah ingetin aku, tapi aku juga yakin kok kalau aku bisa urus semuanya sendirian."     

"Sa, amukan Alvira yang pernah di tunjukin ke gue sama Mario itu bukan main-main. Gara-gara itu juga dia masih diemin kita satu pekan full, gak ada mau tegur sapa. Ini aja kita statusnya cuma sahabat lo, lo orang yang bakalan rebut posisi prioritas dia paling utama." ucap Mario menanggapi, memberikan kewaspadaan kepada Nusa yang tampaknya seperti ingin membawa santai mengenai hal ini.     

Untuk Nusa pribadi sih dirinya juga cemas dengan apa yang ia katakan sepanjang menentang ucapan Mario dengan pikiran yang positif. Namun mau bagaimana lagi, iya kan? Tidak ada yang perlu di khawatirkan selagi seseorang dapat berpikir positif dan itu adalah hal yang sudah seharusnya ia terapkan sejak awal.     

"Aku gak takut kok," balas Nusa sambil menjulurkan tangan ke bahu Mario dan menepuknya sebanyak dua kali sebagai bentuk meyakinkan cowok tersebut kalau dirinya tidak apa-apa.     

Menghembuskan sedikit napas, lalu Mario tampak menganggukkan kepala dengan perlahan. "Oke kalau itu tanggepan lo, gue sama sekali gak bakalan ngelarang apapun. Tapi kalau lo ngerasa gak baik-baik aja sama dia, cepet-cepet bilang ke gue biar di rundingin bareng El. Cuma dia yang bisa nenangin adiknya."     

Tersenyum, menampilkan senyuman yang paling menawan di permukaan wajah lalu Nusa menarik tangannya yang berada di bahu Mario setelah itu memberikan ibu jari ke arah cowok yang berada di sampingnya. "Oke, siap laksanakan!"     

Berharap, setelahnya tak terjadi apa-apa     

Sedangkan di sisi lain …     

Reza menatap Alvira dengan sorot mata yang lekat, seperti memberikan tatapan intimidasi pada cewek satu itu karena sedari tadi hanya bolak balik menatap dirinya dan piring berisikan dimsum secara bergantian.     

"Jadi…?" tanya Reza yang membutuhkan obrolan untuk membangkitkan suasana di antara mereka. Tidak enak kalau posisinya berdua, namun keduanya saling berdiam diri seperti bungkam.     

Menghembuskan napas secara perlahan, akhirnya Alvira mengunci tatapan mereka walaupun dengan raut wajah yang terlihat jutek. "Jadi apanya?" Bukannya menjawab dengan jawaban, namun dirinya malah kembali melontarkan pertanyaan yang membingungkan.     

Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu menghembuskan napas. "Gimana ya? Gue rasa lo ada masalah sama Nusa, kenapa? Gara-gara lo ngerasa punya saingan kayak waktu itu gue sama Mario apa gimana?" tanyanya dengan alis yang mengerut.     

Alvira yang mendengar itu pun merasakan tubuhnya yang tegang karena apa yang dikatakan oleh Reza adalah sebuah hal yang mencakup kebenaran. Namun ia tetap stay cool, ia menggelengkan kepala dengan perlahan. "Gak kok, kata siapa. Kakak sok tau banget," ucapnya.     

Memang sih apa yang dikatakan oleh Alvira itu terdengar seperti perkataan yang dikatakan dengan serius, namun Reza merasa tidak yakin.     

"Gak mungkin, Ra. Maaf sebelumnya, bukannya gue mau ungkin masalah. Tapi gue kenal gimana lo, Ra. Gue tau lo gak bakal rela—"     

"Diem, Kak. Kakak cuma bisa buat aku tambah pusing, tau gak? Yang aku sendiri aja bahkan gak tau apa yang lagi aku rasain sekarang."     

Reza terdiam, saat Alvira mengatakan hal seperti ini, di saat itu juga dirinya tau kalau cewek yang berada di hadapannya memang merasa cemburu dengan kehadiran Nusa.     

"Awalnya aku biasa aja, Kak. Kak Bara di kabarin deket sama Kak Nusa, ya aku pikir Kak Nusa juga sejenis Kak Priska yang bedanya itu mereka pribadi yang berkebalikan. Kak Priska buruk, dan Kak Nusa baik. Ya jadinya aku biasa aja. Tapi akhir-akhir ini, gak ada lagi berita tentang aku sama Kak Bara yang Kakak tau sendiri kalau dulu aku sering jadi topik pembicaraan satu sekolah."     

Tanpa di minta, Alvira langsung cerita begitu saja dengan apa yang dirinya rasakan. Reza pun menyimak dengan sangat baik, tentu ini adalah sebuah kesempatan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh cewek satu itu.     

"Anggep aja ya aku emang selalu egois buat Kak Bara, ya karena aku udah biasa ada di lindungan dia. Aku gak mau kalau ada orang lain yang bisa ngerasain posisi itu selain aku Kak, iya bener aku gak rela dan jawaban pertama yang aku bilang gak tadi itu kebohongan."     

Reza melihat dengan jelas kalau kedua bola mata Alvira memerah. Ia segera beranjak dari duduknya, setelah itu berjalan ke arah cewek tersebut dan memberikan pelukan yang hangat. Ia mengelus puncak kepala Alvira dengan penuh kasih sayang.     

"Gue kasih tau ya, Ra. Lo itu gak perlu ngerasa tersaingin sama Nusa. Walaupun nanti misalnya kenyataan emang hadirin kayak gitu, lo pasti tau rumah pulang El itu lo. Jadi, kalau nanti dia udah sibuk sama Nusa, ya biarin. Biarin El ngerasa bahagia sama Nusa,"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.