Elbara : Melts The Coldest Heart

Nusa Tanggung Jawab El



Nusa Tanggung Jawab El

0Hari sudah malam, dan tentu saja Nusa sudah kembali berada di rumah sakit. Duduk manis dengan senyuman yang tentunya juga manis, sama seperti orangnya.     

"Bara tau gak bedanya bada sama kompor?" tanyanya, membawa topik pembicaraan yang random karena sejak tadi El malah hanya menatap wajahnya seperti tanpa berkedip.     

Mendengar itu, El menaikkan sebelah alisnya. Ia menjadi tersadar kalau sedaritadi dirinya malah sibuk menatap wajah Nusa, kalau diingat-ingat sih memang malu. Namun, namanya juga cowok yang dalam artian bisa mengontrol emosi sehingga tidak terlihat semburat merah jambu yang keluar dari dalam tubuhnya, jangan sampai.     

Menggelengkan kepala dengan perlahan, tentu saja El tidak tau apa yang ditanyakan Nusa kepadanya. "Gak tau." balasnya, masih dengan nada bicara yang singkat. Tak menutup kemungkinan kalau sifat dinginnya ini belum sepenuhnya singgah dari dalam hati.     

Senyuman Nusa merekah. "Kalau kompor itu hangat, kalau Bara itu dingin." ucapnya sambil berpose seolah-oleh dirinya menggigil kedinginan. "Tapi gak masalah sih ya kalau dinginnya ke cewek-cewek lain, tapi kan kalau ke Nusa sewaktu-waktu bisa berubah jadi hangat." sambungnya yang tiba-tiba menentang jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan barusan.     

Mendengar itu, El mendengus kecil. "Lo gombal?" tanyanya dengan raut wajah yang menyelidik.     

Malam ini, hanya ada El dan Nusa berdua saja. Tanpa Reza dan Mario ataupun Alvira, mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua dengan hal positif karena El lebih dominan diam dengan menyimak segala cerita yang dikatakan oleh Nusa —cewek satu ini seperti tidak pernah kehilangan topik pembicaraan—.     

Nusa terkekeh kecil, setelah itu menyandarkan punggung yang terasa pegal pada kepala kursi. "Ya gimana ya, mau buat kemajuan aja bisa gak aku gombalin cowok kayak kamu?" balasnya.     

El menatap Nusa dengan sorot mata yang teduh, setelah itu mengarahkan tangan untuk memberikan aba-aba agar Nusa lebih mendekatinya. "Sini, deketan." ucapnya dengan nada melemah, malah terdengar sexy seperti di detik selanjutnya akan mengatakan hal yang serius dan romantis.     

Jujur, degup jantung Nusa berdetak dengan cukup cepat, bahkan terlihat kalau kedua pipinya yang memanas. Ia meneguk saliva dengan susah payah, merasa tenggorokkannya yang tiba-tina mengering. "K-kenapa, Bara?" tanyanya. Namun, tak ayal berjalan untuk mendekati El. Ia menggeser kursi agar lebih mendekati brankar, setelah itu mencodongkan tubuh sampai jarang pandang mereka terkikis dengan sempurna.     

El menampilkan senyuman. Mengenai perkataan Nusa yang mengatakan kalau dirinya hanya hangat dengan cewek itu, tentu saja merupakan suatu kebenaran. Namun, ia hanya ingin menggoda Nusa. Lalu dirinya mendekatkan mulut, mendekati telinga cewek tersebut. "Gue… gue bener-bener tersentuh pas lo gombalin gue," ucapnya dengan nada yang benar-benar rendah.     

Deg     

Baiklah. Nada bicara El saat ini sangat tidak wajar untuk hatinya yang kini menjadi berdebar-debar, ia bahkan tidak bisa mengatur suasana hatinya saat ini sehingga menyiskan rona merah di kedua pipi dengan warna yang cukup jelas terlihat.     

"S-serius?" tanya Nusa dengan kedua bola mata yang mengerjap sebanyak tiga kali yang menyisakan raut wajah menggemaskan tak tertahan, wajahnya terlihat sangat polos, benar-benar seperti sosok yang pertama kali jatuh cinta —karena hal ini adalah sebuah kebenaran—.     

El menampilkan senyuman miring, setelah itu mendengus dan menyentil pelan kening Nusa. "Ya gak lah, lo kurang beruntung." ucapnya yang kembali mengubah raut wajah dengan sorot yang datar, senyuman itu hilang apalagi nada suaranya yang memabukkan pun juga lenyap dengan sempurna.     

Mendengar itu, Nusa mengerucutkan bibirnya. Ia hampir saja jatuh hati dan terhipnotis dengan apa yang dikatakan oleh El, namun beberapa menit kemudian pun membuat dirinya seperti di lempar ke dalam lubang tak berdasar.     

"Ih nyebelin banget kamu jadi orang!"     

"Iya lah gue orang."     

"Tau gitu aku males temenin kamu di sini, harusnya aku bobo aja di rumah nonton drama Korea. Jagain kamu cuma bikin badan aku pegel-pegel, udah gitu yang di temenin juga kayak patung manekin di pusat perbelanjaan."     

"Jadi lo perhitungan nih sama gue?"     

"Iya! Tadinya gak mau perhitungan, kamunya aja yang mancing-mancing."     

Seakan-akan marah dengan apa yang dikatakan oleh El pun membuat Nusa langsung saja beranjak dari duduk dan langsung melangkahkan kaki menuju sofa yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempatnya duduk tadi tepat di samping brankar rumah sakit yang tengah di tempati oleh El saat ini.     

El ingin terkekeh dan menampilkan raut wajah geli, namun ia hanya diam dan mengurungkan niat karena benar-benar malas untuk berekspresi selain menunjukkam wajah datar. "Sorry." ucapnya.     

Memang terdengar seperti tidak ikhlas dengan permohonan maafnya, namun sebenarnya kok El ini mengatakan maaf dengan ikhlas. Hanya saja, nada bicaranya memang datar.     

Mendengar itu membuat Nusa mengabaikan El, tubuhnya membelakangi cowok tersebut tanpa mengatakan balasan ucapan dari apa yang dikatakan oleh El mengenai permintaan maaf.     

Sejak awal bertemu dengan Nusa, ini adalah kali pertama El melihat cewek itu yang merajuk padanya. Dan itu tenyata terlihat menggemaskan dan bukannya menjengkelkan. "Lo ceritanya ngambek?" tanyanya seolah-olah seperti cowok yang tidak peka dengan para tingkah para cewek.     

Nusa menaikkan kedua bahunya, ia menyilangkan tangan di depan dada dengan senyuman yang di tekuk. "Gak tau!" serunya sambil menghembuskan napas dengan perlahan-lahan.     

"Kalau ngambek mah bilang aja, biar gue bisa bujuk lo, kan gawat kalau—"     

"Halah boong, tadi aja niatnya cuma mau godain plus ngerjain Nusa doang kan?"     

Nada bicara Nusa terdengar sangat menggemaskan, bukan mirip seperti tikus terjepit seperti Priska yang dengan tidak tau malunya malah pura-pura merajuk dengan El yang padahal mereka berdua tidak pernah memiliki interaksi apapun.     

El tersenyum samar. "Kan gue udah minta maaf."     

"Gak cukup."     

"Terus cukupnya itu apa bagi lo, Sa?"     

Diam. Nusa memilih untuk tidak menjawab. Bukan karena ia ingin El peka dengan tidak mengatakan hal apapun, namun karena sejujurnya pun dirinya ini tidak tau apa yang memang dirinya inginkan.     

"Kok diem?" tegur El lagi.     

Sejak tadi, mereka berdua saling diam —tepatnya sih yang diam hanya El saja—. Namun sekarang keadaan mereka seperti berputar, dengan Nusa yang berubah cuek dan El yang malah terdengar tengah effort untuk membujuk cewek itu.     

"Maunya Bara sembuh, aku gak mau lagi liat kamu kayak gitu."     

Tiba-tiba, suara Nusa terdengar melirih. Jujur, El yang mendengarnya pun rasanya ingin memberikan pelukan terhangat yang ia miliki untuk Nusa. "Lo kenapa?"     

Oh benar, kali ini El yang tidak peka.     

"Khawatir sama kamu kalau kamu kayak gini, Bara. Aku mau liat kamu sembuh, bisa jagain aku lagi."     

"Lo tetep gue jagain."     

"Caranya?"     

"Gue bakalan kerahin semua kemampuan gue buat jagain lo, inget ya Sa omongan gue dari awal tentang lo tanggung jawab gue."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.