Elbara : Melts The Coldest Heart

Berkemas Pulang dari RS



Berkemas Pulang dari RS

0Pagi hari yang cerah dengan kicauan burung yang memasuki ruang inap milik El dengan terdengar sangat indah. Pagi ini, adalah pagi yang mungkin akan di kenang pleh El karena cowok tersebut sudah diperbolehkan pulang ke rumah.     
0

Kedua teman absurd-nya seperti Reza dan Mario sangat antusias membantu mengemasi seluruh barang-barang milik El, sambil mengemasi pun mulut mereka dengan sumbang menyanyikan salah satu lagu Ariana Grande yang terkenal memiliki suara yang ciri khas apalagi saat nada tinggi. Ya, nada tinggi mereka melengking bahkan terdengar fals di telinga.     

Alvira pun sama antusiasnya dengan Reza dan Mario walaupun tidak ikut-ikutan bertingkah konyol selayaknya mereka berdua. Namun, ia tetap ikut bergumam, nyanyian yang terputar dengan volume rendah dari ponsel milik Mario.     

Sedangkan El? Jangan di tanya, ia sudah memakai jaket yang tadinya di kenakkan oleh Nusa. Pandangannya kosong, namun tidak memungkiri raut wajahnya yang terlihat datar dengan tatapan yang terkesan seperti silet, sangat tajam.     

"El ngapa dah dia? Daritadi diem aja, gue sih takut kesambet dianya ketemplokan suster ngesot." ucap Mario yang berkata dengan pelan pada Reza, membuat cowok itu menolehkan suara ke sumber percakapan yang di maksud.     

Sudah tau apa yang di maksud oleh Mario pun Reza mengembalikan pandangan menatap ke arah koper kecil yang sudah tersusun beberapa barang. "Gak tau gue juga, pas kita dateng kan emang daritadi udah begitu. Ya kali kesambet? Serem amat," balasnya dengan akhir menggidikkan kepala.     

Mario membenarkan juga sih apa yang dikatakan Reza, ia lalu menaikkan kedua bahunya. "Nunggu Nusa dateng kali, Za. Soalnya tuh bocah gak keliatan, gue rasa sih tadi malem pulang."     

"Terus yang jagain El?" tanya Reza sambil menaikkan sebelah alisnya.     

Mario membawa arah mata Reza ke Alvira yang diam-diam memang tengah menguping pembicaraan mereka berdua. "Tuh." ucapnya, mengarahkan bibirnya yang moyong-moyong ke seorang cewek.     

"Oh…" terdengar samar nada bicara Reza yang seolah-olah keluar intonasi kecewa, tidak terdengar di telinga Mario yang memang terkadang bolot, namun Alvira itu sendiri pun dapat mendengar sedikit kekecewaan Reza. Yang jelas saja, dirinya tidak tau kabar Alvira karena malam tadi cewek itu bilang ingin tertidur dan chatan mereka pun kandas. Namun ternyata…?     

Alvira melirik ke arah mereka berdua, dan terkejut di saat Reza dan Mario ternyata sudah menolehkan kepala ke arahnya. Ia pura-pura tidak tau menahu, dan berjalan ke arah Reza untuk menutup resleting koper, lalu di angkat dan menurunkannya sampai menyentuh lantai.     

"Kak Bara, ayo pulang." ucapnya yang malah lebih asik mengajak El pulang jika di bandingkan dengan membalas tatapan Reza dan Mario yang seolah-olah meminta penjelasan, tentu dirinya tidak akan membahas hal itu lagi.     

Yang di ajak ngomong hanya bergeming, diam di tempat bahkan enggan menolehkan kepala. El menghembuskan napas dengan perlahan. Sudah menjadi sosok yang tak banyak bicara, sekarang malah benar-benar tak berbicara semenjak malam tadi dimana dirinya sedikit adu mulut dengan seorang Alvira.     

"Bener kan kata gue kalau El kesambet." bisik Mario sambil menyenggol pinggang Reza, merasa kalau dirinya benar dalam menerka.     

Reza menganggukkan kepala, ia menjadi bergidik ngeri kalau berpikir hal-hal yang berbau dengan rumah sakit. "Kayaknya iya deh, tatapannya kosong gitu. Apa perlu ya nih kita kabur? Biar kalau nanti El ngamuk, gak abis kita."     

"Helleh cemen lo, lo bukannya ustadz ya? Jadinya mah gak perlu takut ngadepin orang kerasukan."     

"Pala lo."     

Alvira lagi dan lagi menghiraukan Reza dan Mario, ia berjalan mendekati El, membiarkan koper berada di tempatnya tanpa ia bawa-bawa. Lalu, berhenti tepat di hadapan El yang memang duduk di tepi brankar.     

"Kak Bara…" panggil Alvira, ia berkata dengan perlahan dan penuh kelembutan.     

Barulah El mengubah arah pandangnya ke arah Alvira. "Hm?" Hanya gergumam sebagai balasan.     

Alvira menghemhuskan napas, mereka sudah membuat perjanjian agar tidak membicarakan tentang ini. Apalagi di hadapan Reza dan Mario yang pernah ia perlakukan cukup kasar, hanya tidak ingin di cap sebagai adik posesif LAGI.     

"Ayo pulang, kemarin ngebet banget mau pulang. Eh sekarang pas udah di bolehin malah diem aja di sini kayak patung," ucapnya yang mulai membujuk. "Nanti kalau kelamaan, gantengnya hilang lo." sambungnya sambil terkekeh.     

Tau sekali dengan El yang paling enggan di puji, apalagi bawa-bawa 'ganteng' untuk mendeskripsikan dirinya itu bukan hal yang pantas di banggakan. Biasanya, ia sangat kesal, namun untuk kali ini tidak.     

El terdiam beberapa saat, membuat Reza, Mario dan tentunya Alvira menunggu agar tau kelanjutan apa yang akan dikatakan oleh dirinya.     

"Nanti."     

"Kenapa, Kak? Emangnya ada yang harus di tunggu lagi? Kan Mom sama Dad udah bilang mau ke luar kota subuh tadi, lagipula juga udah video call kan tadi mastiin keadaan Kakak. Iya—"     

"Gue nunggu Nusa."     

BUM!     

Alvira terkejut dan merasa di khianati karena tadi malam, El berjanji untuk tidak mengungkit apapun tentang Nusa lagi karena dirinya… tidak suka?     

Reza terkekeh kecil. "Ya elah lo udah bucin aja jadian belom." celetuk-nya. Ia dan Mario yang belum mengetahui akar permasalahnnya pun hanya bisa menjadikan perkataan El sebagai candaan.     

"Helleh, kayak orang di sebelah gue aja gak jomblo! Toh lo juga bucin banget, padahal mah jadian enggak." sambar Mario.     

Alvira entah mengapa menjadi tidak begitu peduli dengan pembicaraan mereka yang membawa-bawa hubungannya dengan Reza. Ia sibuk menatap El dengan kode mata, seperti berkata 'Kakak serius bahas ini lagi?' Ya kira-kira seperti itu.     

El menganggukkan kepala walaupun hanya dengan gerakan yang singkat. "Gue mau sekolah."     

Mendengar ucapan El selanjutnya ini menjadikan mereka yang berada di ruangan terkejut.     

"Lo belum sembuh total gila!" sergah Reza.     

"Iya bener, nanti lo kenapa-napa apa ada rasa sakit. Lo pulihin dulu kali, El." sambung Mario.     

"Gue mau ketemu Vira." Yang dimana, El sangat tau kalau Nusa bukan tipe cewek yang bisa bolos karena mengambil kesempatan dari berbagai macam alasan.     

Reza dan Mario menganggukkan kepala.     

"Iya ketemu, paling nanti dia ke rumah lo. Kalau gak, nanti gue sama Mario yang jemput." ucap Reza sambil menyenggol Mario supaya cowok tersebut menyetujui apa yang dirinya katakan.     

Mario mengerti, untungnya. "Iya betul."     

Merasa ditenangkan seperti itu, menjadikan El menganggukkan kepala dengan perlahan. "Oke, kalau begitu." ucapnya.     

Baru saja El menginjakkan kedua kakinya di lantai, tentu saja di bantu oleh Alvira. Reza membawa koper kecil, sedangkan Mario membawa satu paper bag kecil yang berisikan baju kotor.     

Ceklek     

Terdengar suara pintu yang terbuka, dan menampilkan sosok Rehan di sana. "Eh El, gimana kabar lo?" tanyanya yang langsung masuk ke ruangan.     

El tidak menghiraukan pertanyaan Rehan, ia menaikkan sebelah alisnya. "Nusa mana?" langsung bertanya.     

Rehan tidak mengerti, ia menggelengkan kepala. "Kan dari kemarin siang dia ada di sini, bercanda aja lo mau bikin gue panik, kan?"     

Dan di saat itu juga, El tau kalau Nusa tidak sampai ke rumahnya.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.