Elbara : Melts The Coldest Heart

Pacaran, Pengakuan El



Pacaran, Pengakuan El

0"Eh, cewek centil."     
0

Mendengar seseorang yang menegur dengan gumpalan tisu yang mendarat di hadapannya, membuat Nusa mengalihkan pandangan dari ponsel ka seseorang yang melemparinya dengan benda tersebut.     

Terlihat Priska yang melambaikan tangan, mencoba menarik perhatiannya, dan secara tidak langsung mengatakan kalau dia-lah yang melempar tisu tersebut.     

"Apa?" balasnya dengan malas.     

Berurusan dengan Priska memanglah hal yang paling dan HARUS di hindari oleh semua orang, termasuk Nusa. Makanya, Nusa memilih untuk merespon malas cewek yang terkenal dengan tukang bully itu.     

Priska beranjak dari duduknya, lalu berjalan dan menempati kursi milik Reza yang belum berpenghuni. Ia kapok duduk di samping Nusa, yang dimana itu adalah kursi kebanggan El yang tidak boleh di sentuh oleh siapapun itu. Terakhir kali ia mendaratkan bokong disana, membuahkan hasil yang menyakiti hati.     

"Lo ada main belakang sama Bian, ya?" tanyanya dengan penasaran. Belum lagi, kedua anteknya kini juga sudah berada di dekatnya, ikutan kepo dengan berita panas pagi ini yang lagi-lagi datang dari sumber yang sama.     

Menaikkan sebelah alisnya, Nusa tidak terlalu paham dengan apa yang dikatakan oleh Priska. "Maksudnya kamu? Main belakang gimana?" tanyanya yang memang polos, menurutnya perkataan cewek yang ada di hadapannya ini terlalu tinggi jika di bandingkan dengan daya kepahaman yang dirinya miliki.     

Disty dan Nika terdiam karena tadi Priska mengatakan padanya untuk tidak bertanya apapun, hanya menjadi penyimak yang nantinya puas mendapatkan jawaban. Padahal mah mulut mereka gregetan dengan Nusa yang lemot-nya setengah mati, tapi nanti Priska marah.     

"Iya, gue denger-denger lo jadian sama El. Beritanya udah beredar kok satu sekolah, terusnya sekarang lo kayak cewek murahan banget deh nempel sana sini." balas Priska yang menjelaskan perkataannya dengan sorot mata intens, memperhatikan dengan jelas dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai.     

Nusa menggelengkan kepala. "Maafin, tapi aku sama sekali gak jadian sama El."     

Mendengar itu, Priska terkejut. Bukan, bukan karena Nusa yang mengakui kalau cewek itu tidak berpacaran dengan El. Namun kaget karena seorang Nusa memanggil El dengan panggilan semua orang, yang biasanya memanggil dengan nama 'Bara'.     

"Lo kenapa, Sa? Satu sekolah juga tau lo kemarin hilang, kayaknya kepala lo kebentur deh."     

"Emangnya kenapa? Kok kamu bisa nyimpulin kepala aku kebentur?"     

"Ya iya, lo jadi aneh. Udah aneh, ngaco pula."     

"Enggak, aku gak kenapa-kenapa, Ka."     

Nusa menatap Priska, Disty, dan Nika secara bergantian. Mungkin ketiga cewek itu ingin melakukan introgasi terhadapnya untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi ayolah, dirinya tidak bisa seperti ini.     

Sedangkan Priska? Ia tadinya sih memang ingin merendahkan Nusa, namun… sepertinya ia harus mengurungkan niat tersebut.     

"Jadi lo gak jadian sama El?" tanya Priska lagi untuk memastikan kalau apa yang dikatakan oleh Nusa bukanlah sebuah kebohongan.     

Menganggukkan kepala dengan perlahan, Nusa pun yakin dengan pernyataan tersebut. "Iya, aku gak jadian sama—"     

"Jadian, Nusa cewek gue."     

Seseorang memotong pembicaraan Nusa sebelum cewek tersebut berhasil mengeluarkan suara. Mereka semua —yang berada di dalam kelas— memang tengah menyaksikan obrolan antara Nusa dan Priska, menjadi terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh seseorang pujaan cewek satu sekolah.     

Tentu saja Nusa dan Priska juga menolehkan kepala ke arah sumber suara. Dan menemukan El beserta kedua sahabatnya yang berjalan ke arah mereka, terlebih lagi mereka semua tau kalau yang barusan memotong perkataan Nusa adalah El.     

Nusa bungkam, ia tidak mengerti dengan maksud El yang mengatakan hal itu di depan banyak orang. Bukannya ia sudah meminta waktu untuk menepi? Dan bukannya tadi pagi mengerti dengan penjelasannya? Namun, apa-apaan semua ini?     

Sedangkan Priska, refleks dirinya langsung beranjak dari tempat duduk karena sang pemilik sudah datang. Reza memang tidak sejahat El kalau marah, namun bukan berarti dirinya tidak takut dengan cowok tersebut.     

"Apa? Jelas-jelas tadi Nusa sendiri yang bilang kalau kalian gak ada hubungan apa-apa, kok lo malah bilang pacaran?" tanya Priska yang tidak terima. Apalagi saat ini El sudah berada di samping Nusa duduk, merangkul cewek tersebut dengan tangan kanannya.     

Semua orang jelas saja langsung mengarahkan pandangan ke tangan kiri El yang di perban, cowok tersebut walaupun cedera, tetap terlihat sangat tampan dan memabukkan. Siapapun pasti saat ini ingin ada di posisi Nusa, di rangkul oleh cowok idaman di pagi hari yang cerah ini.     

El mendengus. "Baby gue lagi marah, jangan percaya." ucapnya dengan nada bicara yang seperti jijik sendiri mengucapkannya. Namun ini semua demi menghalau pemikiran orang-orang yang men-cap Nusa dengan buruk dan lain sebagainya yang tak pantas. Percayalah, ia masih ingin menjadi seseorang yang bertanggung jawab dengan cewek yang berada di rangkulannya.     

Priska menggelengkan kepala, tidak terima. Ini adalah penyaksian dimana dirinya yang pernah membayangkan jika suatu saat nanti El memiliki kekasih, dan ternyata ini adalah waktunya? Astaga, ia benar-benar tidak rela panggilan 'baby' yang seharusnya untuknya malah di lontarkan untuk orang lain.     

"Lo berdua lagi sandiwara, iya kan?" tanya Priska dengan kedua mata yang mulai terlihat basah.     

Menggelengkan kepala dengan perlahan, El menampilkan smirk yang jarang sekali tampak, dan sekalinya terlihat pun mengerikan. "Lo kali yang sandiwara." balasnya, membalikkan ucapan Priska yang memang selalu bisa menimbulkan selisih paham.     

Nusa sendiri pun tidak mengerti dengan perilaku El, bahkan dirinya kini mengerjapkan kedua bola mata sebanyak tiga kali. "El?" panggilnya dengan wajah polos bak anak kecil yang belum tau apapun.     

Sedangkan Reza dan Mario? Jangan di tanya lagi, mereka berdua sudah duduk di tempatnya dengan tangan yang memegang telur gulung buatan Mario, bekel fresh yang di buat oleh tangannya sendiri. Ya… walaupun boleh jujur rasanya agak asin.     

El mengalihkan pandangan ke Nusa, meninggalkan tatapannya pada Priska yang sebentar lagi terlihat ingin mengamuk layaknya monster. "Apa, cinta?" balasnya, bahkan tidak melupakan senyuman simpul yang tau sendiri jarang dirinya tunjukkan pada siapapun.     

Membeku, ya tubuh Nusa membeku. Ia memang tengah marah pada El, namun perlakuan cowok satu ini memang terdengar sangat spesial bagi dirinya. Sungguh menghipnotis. "Gak jadi." ucapnya sambil menggelengkan kepala. Mulai mengontrol perasaan tak karuan yang menghadirkan perasaan seperti ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan di rongga dadanya.     

El menganggukkan kepala, setelah itu menoleh ke Priska lagi. "Lo denger kan kalau Nusa punya gue?" tanyanya yang mengulang, sekalian membuat cewek di hadapannya panas.     

Priska meneguk saliva dengan kasar, lalu menepis tangan Disty yang mencoba untuk menenangkan dirinya. "Tapi tadi diaberangkat sama Bian, lo di duain sama cewek murahan ini." ucapnya yang menyadarkan.     

"Kalau Nusa murahan, terusnya lo itu apa?"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.