Elbara : Melts The Coldest Heart

Menjadi Perbincangan Baru



Menjadi Perbincangan Baru

0Suara knalpot motor mulai memasuki area sekolah. Tidak, itu bukan orang yang di tunggu-tunggu karena body motor besarnya tidak terlihat seperti milik El dengan kedua sahabatnya.     
0

Mereka berderetan menunggu kedatangan El dkk pun mulai berbisik-bisik karena mengenal sosok si pengendara, apalagi sosok yang menjadi penumpang, mereka semua mengenalnya.     

Dia, Nusa.     

Di bonceng dengan cowom yang berbeda, terlebih juga cowok tersebut pernah menjadi idaman para cewek sebelum terkalahkan oleh pesona El, Reza, dan tentunya Mario.     

"Turun, Sa. Gimana gue mau turun kalau lo masih aja nangkring di atas motor gue?" ucap Bian yang sudah memarkirkan motor, serta sudah melepaskan helm.     

"TUH KAN ANJIR DIA ITU BIAN!"     

"GILA YA EMANG PELET-NYA NUSA KUAT BANGET, SEMUA COGAN DI ADALARD DIA AMBIL SEMUA YA AMPUN!"     

"YEEEE BUKAN PELET, KALI. ITU MAH NAMANYA PESONA, IRI AJA LO SAMA YANG GOOD LOOKING."     

"ENAK BANGET JADI NUSA, KEBAGIAN SEMUA WAKTU SAMA COGAN-COGAN."     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata kala Bian menegurnya, beserta dengan susulan sorakan yang mulai masuk ke dalam indra pendengarannya. "Takut." cicitnya dengan kedua alis yang terlihat menurun.     

Bian menghembuskan napas. Sebelumnya, para murid-murid comel itu saat dirinya memberikam tumpangan para cewek sekolah pun tidak ada yang menyoraki. Atau memang benar mereka —para murid cewek— hanya iri dengan Nusa yang seperti bisa mendapatkan segalanya dalam waktu singkat.     

"Lo takut sama mereka?" tanyanya sambil menolehkan kepala ke arah Nusa, ternyata raut wajah cewek satu itu terlihat sedikit pucat. "Padahal kita kan udah sarapan bubur loh tadi di jalan, muka lo pucet banget." sambungnya.     

Nusa mendengus saat mendengar apa yang dikatakan oleh Bian. Perasaannya sedang tidak karuan karena pasti akan menjadi bahan omongan, namun sosok cowok yang kini sudah berdiri di hadapannya sambil melepaskan helm dari kepalanya malah menjadikan bahan guyonan. "Nyebelin kamu, awas ah. Nusa mau ke kelas," ucapnya sambil menjulurkan lidah ke cowok tersebut.     

Bian terkekeh, kenaruh helm Nusa yang berwarna merah jambu di atas motornya. Lalu, menahan pergelangan cewek tersebut dengan erat. "Mau kemana lo sendirian? Mau tuh lo diliatin sama cewek-cewek insecure?" tanyanya sambil menunjuk perkumpulan cewek-cewek yang menunggu 3 orang cowok pujaan hati yang memang paling di tunggu-tunggu di sekolah.     

Menggelengkan kepala dengan singkat, perkataan Bian justru sangat terdengar menakutkan saat memasuki indra pendengarannya. "Engga mau sendirian, ayo barengan jalannya, Nusa takut." ucapnya sambil mengubah jemari kekar Bian untuk masuk ke dalam genggaman tangannya yang kecil.     

Dalam hati, Bian bertanya mengenai rongga dadanya yang terasa geli. Setelah sekian lama, ia kembali merasakan perasaan ini. Semenjak Alvira hilang dari kehidupannya, hati terasa sangat hampa dan mati, namun kini seperti ada sengatan yang membangkitkan.     

"Ya udah ayo, lagian juga mental lo kebal. Juga kam gak perlu dengerin kata orang lain, buat jadi diri lo sendiri."     

Mereka berdua mulai jalan bersisian dengan kedua tangan saling terpaut. Baru kemarinan heboh mengenai berita El yang jadian dengan Nusa, namun apa-apaan saat ini? Mereka semua adalah saksi kalau Nusa malah dekat dengan Bian.     

"Mereka masih liatin aku?" bisik Nusa, benar-benar mengatur volume suaranya agar tidak terdengar terlalu kencang.     

Bian menggelengkan kepalanya. "Enggak, tapi dia ngeliatin kita." ucapnya. Bukannya mengambil kesempatan dalam kesempitan, toh memang tadi niatnya kan hanya mencekal tangan Nusa. Dan cewek tersebut sendiri yang malah menarik tangannya dan masuk ke dalam genggaman satu sama lain.     

"Duh, mati deh aku jadi pembicaraan satu sekolah lagi." gumam Nusa sambil menundukkan kepala.     

Bian terkekeh, ia melihat sekelilingnya dan jarang sekali melintasi koridor yang mengarah ke kelas El, ya karena guna menghindari cowok satu itu yang selalu mencari permusuhan dengannya.     

"Ya udah lo jalan aja, biarin gue yang nuntun lo."     

Akhirnya, mereka sampai tepat di depan kelas. Menjadikan orang-orang yang sekelas dengan Nusa langsung saja menolehkan kepala ke arah cewek tersebut, terlihat wajah kebingungan para murid karena baru kali pertama melihat Nusa bersama dengan seorang Bian.     

"Dah nih lo dah sampai, gue gak mau masuk ke kelas lo." tegur Bian karena sedaritadi mendapati Nusa yang hanya menundukkan kepalanya.     

Nusa yang diajak berbicara pun mengangkat kepala, menatap Bian yang ternyata memang menaruh pandangan kepadanya. "Eh iya? Perasaan cepet banget ya, ya udah makasih." ucapnya dan langsung berbalik badan begitu saja.     

Untung, Bian sudah mengendurkan pegangan tangan di antara mereka, kalau tidak pasti jemari lentik milik Nusa masih menyangkut di jemari kekarnya. "Ya, belajar yang bener ya." ucapnya, padahal sosok cewek tersebut sudah berlalu dari hadapannya. Kabur begitu saja dengan langkah kaki yang di perbesar, terlihat menggemaskan.     

Setelah itu, ia melihat Nusa yang sudah duduk manis di kursinya. Cewek itu berpura-pura tidak melihat ke arahnya, sibuk dengan ponsel. Dan ya, bertepatan dengan itu, kedua matanya menangkap sosok Priska yang menatapnya dengan penuh arti namun dirinya memutuskan untuk tidak peduli.     

Ia berbalik badan.     

"Dor! Kena lo."     

Untung saja Bian tidak memiliki riwayat jantung, jadi walaupun di kagetkan hanya membuat jantungnya memompa cepat, tidak sampai pingsan.     

"Apaan?" tanyanya begitu melihat sosok Reza dan Mario yang berada tepat di hadapannya.     

"Ngapain lo berangkat sama Nusa? Itu jatah bos gue," ucap Mario sambil menatap Bian dari atas sampai bawah, lalu berhenti tepat di wajah cowok tersebut kembali. "Tampilan lo aja kalah."     

Reza menganggukkan kepala. "Lo mau abis dibikin El?" tanyanya yang menyahuti.     

Mendengar seperti kalimat ancaman dari dua orang di hadapannya menjadikan Bian terkekeh geli, lalu menghambil napas dan menghembuskannya dengan perlahan guna mengatur tingkat kegeliam tawanya. "Gak usah aneh-aneh, ketua lo itu lagi sekarat. Dia gak bisa hajar gue, lagipula kalau lo berdua tau nih ya, tadi Nusa sendiri yang pilih gue."     

"Gak usah sok tinggi lo—"     

"Sok tinggi? Yang ada kalian berdua yang sok tinggi, lo berdua cemen tanpa El, akuin aja." ucap Bian memotong perkataan Mario.     

Padahal mah apa yang dikatakan Bian itu tidak benar, Reza dan Mario tentu saja memiliki skill bertarung yang setara dengan El. Ya namanya modal nekat.     

Baru saja Reza ingin melayangkan pukulan, tiba-tiba ada yang menahan tangannya. "Main kalem bos, jangan pakai kekerasan begini." suara bariton ini, milik El.     

Mendengar itu, Reza dan Mario sebenarnya bertanya-tanya mengapa El menghentikan aksi mereka. Namun cowok tersebut mengisyaratkan untuk segera masuk ke kelas tanpa harus meladeni seorang Bian, yang dimana El sangat cerdas kalau cowok satu ini sedang berperan sebagai kompor, yaitu memanas-manasi.     

"Menurut lo, mungkin lo yang menang. Tapi gue tetep berada di depan lo, loser Bian." bisik El tepat di telinga Bian.     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.