Elbara : Melts The Coldest Heart

Gengsi Mengatakannya



Gengsi Mengatakannya

0"Duh jadi enak gue di kasih makanan walaupun mie instan tapi rasanya tetep juara alias gak pernah ngecewain." ucap Mario sambil menatap ceria ke arah semangkuk mie yang baru saja di buatkan oleh Nusa. Lengkap dengan potongan sosis, telur, dan juga saos yang sesuai selera.     
0

Reza mengikuti jejak Mario, mendaratkan bokong di atas kursi makan dan menatap makanan yang baru saja disediakan oleh Nusa dengan asap yang masih mengepul. "Wuih enak nih udah lama bertamu gak disediain mie instan kalau bertamu." ucapnya sambil menepuk-nepuk perut yang tanpak keroncongan.     

El pun ikut duduk, tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Ia duduk bersebelahan dengan Nusa, semua memiliki satu porsi mie instan di hadapannya, termasuk dirinya.     

"Maaf ya cuma bisa kasih ini." ucap Nusa dengan nada bicara yang terdengar tidak enak sambil mengelus lengannya dengan perlahan.     

Mario terkekeh kecil, menganggukkan kepala. "Gak masalah lah, Sa. Justru makanan ini yang paling di cari-cari kita, iya gak, Za?" balasnya dengan semangat yang tidak bisa disepelekan, masalahnya ia benar-benar tergoda dengan makanan yang berada di hadapannya.     

Reza menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario mengenai betapa lezatnya makanan yang berada di hadapan mereka. "Nih ya kita tuh kalau ke warkop pasti belinya ginian, udah kenyang banget deh sumpah. Selama SMA aja kita nongki di cafe terus sama di tempat Om-nya El, gak boleh munafik sih tapi mie enak banget sumpah." balasnya.     

Nusa tersenyum bahagia, walaupun kesederhanaan yang dirinya berikan ini, tetap bisa diterima sangat baik oleh mereka. "Ya udah sebelum makan, doa dulu yuk. Berdoa di mulai," ucapnya.     

Mereka mulai berdoa, lalu beberapa detik kemudia selesai.     

"Sikat!" seru Mario sambil meninju udara.     

Sepertinya, Mario dan Reza yang paling berselera. Nusa pun terkekeh kecil melihat mereka bertiga, sudah makannya sangat lahap, request dimasakkan 2 bungkus mie pula. Apa tidak kekenyangan?     

Ada cara makan yang heboh seperti Mario, ada juga yang cara makannya diam namun tidak ada hentinya bersyukur dengan makan mie yang enak tiada dua buatan Nusa ini, dan ada juga Nusa yang makan dengan anggun.     

Tunggu sebentar, ada yang kurang, iya kan?     

Merasa benar ada yang kurang, Nusa langsung saja menolehkan kepala ke sampingnya. Tepat dimana El berada, cowok tersebut terlihat masih memperhatikan semangkuk mie dihadapannya. Belum berniat menyentuh, atau bahkan mencicipi masakannya walaupun masakan instan.     

"Bara, kok belum disentuh makanannya? Tenang kok, Nusa gak ngasih racun ke makanan Bara walaupun orangnya menyebalkan." ucapnya sambil terkekeh kecil, mengambil kuah mie instan lalu menyeruputnya. Kuah hangat mulai menyapa dinding mulut, bahkan melewati dinding tenggorokkannya dengan nikmat.     

Mendengar itu, Reza dan Mario serempak menolehkan kepala ke arah El dengan tangan yang masih saja menyendok ke dalam mulut, tapi tanpa melihat ke mangkuknya.     

El mengerjapkan kedua bola matanya, ia menatap Nusa dengan sorot mata yang bingung. Entah apa yang dirinya rasakan saat ini, tapi.. tidak dapat diungkapkan karena tak enak hati.     

"Bara kenyang?" tanya Nusa lagi karena El tak kunjung membalas ucapannya.     

Mendengar itu, El akhirnya menghembuskan napas dengan perlahan-lahan. "G-gue.. ini sehat gak sih?" ucapnya dengan nada bicara yang terdengar agak tercekat, merasa sedikit malu namun daripada bimbang dan perutnya sudah lapar, jadi ia lebih memilih untuk bertanya.     

Nusa menolehkan kepala ke arah Reza dan Mario yang ternyata sama terkejutnya dengan dirinya, setelah itu ia mengembalikan pandangannya lagi ke arah El.     

Mario meringis kecil. "Susah sih ya gila, anak orang kaya gak pernah makan mie instan kali ya?" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala, suapan berikutnya masuk ke dalam mulut.     

Reza ingin menimpali ucapan Mario, ia lebih dulu menelan kunyahan mie yang ada di mulutnya. "El tuh kalau makan mie kayaknya gak mie kemasan yang kayak gini deh, mie kemasan yang sehat-sehat gitu loh, iya gak sih Rio? Kayak waktu itu yang Alvira makan." ucapnya menanggapi Mario.     

Mendengar nama Alvira membuat Nusa semakin menajamkan telinga, apalagi saat ini pandangannya lebih minat menatap mereka berdua daripada harus menatap ke arah El. Dalam diam, dirinya pun tak ayal masih penasaran dengan hubungan apa Alvira di dalam pertemanan mereka? Pasalnya seperti sangat erat, namun ia sama sekali tidak pernah melihat Alvira yang ikut nongkrong dengan mereka kalaupun memang sedekat itu.     

"El lo harus nyobain, jujur dimana-mana mah mie gak sehat kalau dikonsumsi berlebihan. Udah deh, cobain aja. Kalau gak enak, baru deh gak usah di makan." ucap Mario yang kali ini mencetuskan sesuatu yang benar, biasanya ia paling malas berkata-kata karena lebih suka bercanda.     

Reza menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Mario. Ayolah, mereka berdua memang selalu nyambung mengenai berbagai macam topik pembicaraan, selalu saja seperti itu.     

"Lo kalau gak nyobain mie instan sih nyesel, makanan gak sehat terenak sedunia sih kalau menurut gue."     

Mendengar kedua sahabatnya yang membujuk sekaligus seperti review jujur para artis dan selebgram, El menatap kembali mengkuk yanh berada dihadapannya.     

"Gue mau punya lo."     

Tiba-tiba, El menukar mangkuk miliknya dengan punya Nusa. Tenti saja membuat cewek tersebut sangat bingung.     

"Eh Bara, itu kan udah aku makan sedikit. Jorok tau," ucap Nusa yang sejujurnya takut El tidak nafsu makan karena ya makanan yang berada di mangkuk miliknya sudah dicicipi.     

El mengangkat bahunya dengan singkat. "Telur." ucapnya singkat, padat, san tentu saja untuk kali ini tidak jelas! Apa-apaan hanya mengatakan 'telur' tanpa arti dan tujuan yang jelas.     

Reza dan Mario menolehkan kepala ke arah mangkuk El yang sudah bertukar dengan milik Nusa, dalam artian mereka memusatkan perhatian pada mangkuk yang kini berada di hadapan Nusa.     

"Oh pantesan El gak mau," ucap Mario.     

"Ternyata telur setengah matang." sambar Reza.     

Namanya juga sahabat, mustahil kalau mereka saling tidak tau kegemaran masing-masing atau hal yang tak disukai. El pun begitu, walaupun tidak peduli dengan keadaan sekitar, diam-diam cowok ini memperhatikan orang-orang terdekatnya.     

Nusa ber-oh-ria, setelah itu menolehkan kepala ke arah El. Memang ia pun tidak suka telur setengah matang, jadi miliknya telut yang matang dan sisanya setengah matang. "Ya udah Bara jangan makan bekasan Nusa, kan bisa aku masakin yang baru." ucapnya.     

"Lama," balas El. Dengan ragu namun tak memiliki pilihan lain, akhirnya dengan bantuan garpu dan sendok langsung saja mencoba mie instan buatan dan racikan Nusa.     

'Euhm… enak.' batin El.     

Bahkan kalau boleh jujur, buatan Nusa jauh lebih baik daripada buatan sang adik, Alvira.     

"Bara, gimana rasa mie-nya?"     

"Biasa aja."     

Mario mencibir. "Huuuu, gengsi di gedein!"     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.