Elbara : Melts The Coldest Heart

Terkunci Di Loker Indoor Pool



Terkunci Di Loker Indoor Pool

0Sudah berada di sebuah ruangan yang biasa dipergunakkan untuk kelas renang atau biasa disebut dengan indoor pool.     
0

Bahkan Priska, Nika, dan Disty pun menjelaskan segalanya dengan baik dan benar tanpa memandang kalau seorang Nusa adalah orang yang pantas untuk dibully karena dekat dengan si penguasa sekolah yang paling diidam-idamkan.     

Seperti yang diketahui kalau kepura-puraan ini hanya permainan belaka, yang dalam artian memiliki maksud tersembunyi dibaliknya.     

"Kalian baik banget, maksih ya berkat kalian mungkin besok aku udah gak akan kebingungan lagi deh." ucap Nusa sambil menunjukkan senyuman hangat terbaik yang ia miliki.     

Priska membalas senyuman itu, bahkan jauh terlihat lebih indah daripada milik Nusa —hanya sepenglihatannya saja—. "Iya kalau itu mah gak masalah, lagipula itung-itung kita-kita ini udah jahat sama lo. Ya anggep aja sih nebus kesalahan kita," balasnya.     

Nika menganggukkan kepala, setuju dengan ucapan Priska. "Nah iya tuh, gue juga kan udah parah banget kemaren nyiram lo pakai air seember. Ya anggep juga ini permintaan maaf dari gue buat lo, Nusa." ucapnya dengan nada bicara yang dibuat seperti menyesali perbuatannya yang kemarin.     

Bukan genk namanya kalau tidak memiliki satu pemikiran, Disty pun ikut menganggukkan kepala. "Walaupun gue gak ada salah sama lo, gue juga mah ikutan baik sama lo, secara gue yang paling suci disini." ucapnya dengan cengiran yang memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya.     

Mendengar itu, Priska dan Nika berbarengan menyenggol tubuh Disty dengan pelan.     

"Yeeee bisa aja lo ngomong hal yang udah jelas bohong, darimana sejarahnya lo suci." sambar Nika sambil memutar kedua bola matanya, seolah-olah ucapan Disty memiliki kebenaran yang memiliki presentase 0% alias bohong.     

Nusa yang mendengar perdebatan kecil mereka hanya bisa terkekeh. Bisa disimpulkan kalau Priska and the genk ini bisa disamakan dengan El dan kedua sahabatnya. Yang menjadi perbedaan itu ya hanya di sifat ketua, El yang dingin dan belu layaknya kulkas berjalan dan Priska yang selalu heboh dan lebih ke arah bad girl yang bar-bar.     

"Ya sudah terimakasih ya untuk tur perkenalan kolam renang sekolah hari ini, aku mau keluar duluan, mau buang air kecil." ucap Nusa sambil mengambil helaian rambutnya yang jatuh untuk ditaruh tepat di belakang telinga.     

Priska yang mendengar itu langsung terlihat seperti sedikit gelagapan, lalu menghampiri Nusa dan berdiri tepat di samping cewek itu. "Ekhem, gini ya Nusa. Kan toilet dekat tuh, ada disana." ucapnya yang memberikan penjelasan sambil tangannya yang menunjuk ke arah sebuah pintu yang memang itu adalah kamar mandi khusus cewek, di sana nanti ada beberapa deretan loker sesuai kelas dan nama sang pemilik juga ada toilet. "Nah jadi ngapain harus keluar? Lagipula ada kita-kita kok belum balik, habis ini mau hangout."     

Nusa mengerjapkan kedua bola mata, menatap ragu Priska dengan tangan yang mulai gelisah memegang tali tasnya di masing-masing tangan. "Euhm... gimana ya? Masalahnya El juga nunggu aku di luar pasti, takut kelamaan." ucapnya dengan mada bicara yang sedikit diperkecil, ia juga rada takut mengatakannya karena memang bisa saja nanti cewek di sampingnya ini kembali mengamuk.     

Namun salah, yang terkihat dipermukaan wajah Priska itu adalah senyuman manis yang mengembang. "Oh El? Itu mah urusan gampang, bilang aja tadi lo sekalian nanya-nanya sama OSIS buat daftar ekstrakulikuler, puter otak supaya masih bisa memiliki kesempatan loh, Sa." ucapnya sambil menepuk-nemuk bahu Nusa dengan perlahan.     

Nusa menggigit bibir bawahnya, ia tidak terbiasa berbohong namun dirinya juga tidak bisa melihat kalau nantinya Priska kembali marah karena menolak hal ini. Pada akhirnya pun ia menghembuskan napas dengan perlahan, menganggukkan kepalanya juga. "Ya udah oke, tapi janji ya tungguin aku. Aku buang air kecil doang kok sebentar aja," ucapnya.     

Tanpa menunggu jawaban Priska karena sudah kebelet, Nusa langsung berlari kecil menuju ke arah pintu yang bertuliskan 'loker cewek' di depannya.     

Bagaimana tidak langsung melesat? Hari ini ia di sekolah sudah menghabiskan 3 botol air mineral berukuran tanggung, astaga entah kenapa bisa sebanyak itu yang diminumnya.     

Ia mulai menurunkan tas dari duduknya, lalu di taruh di tempat duduk persegi panjang yang terdapat di sana, setelah itu masuk ke salah satu bilik toilet.     

"Ya ampun semoga El gak marah-marah deh, dia kam serem banget kayak hantu mukanya." gumamnya sambil bergidik ngeri saat membayangkan wajah El yang benar-benar datar dan memang sangat menyebalkan.     

Beberapa menit saja untuk membuat dirinya lega, setelah itu membenarka kembali pakaiannya dan membuka pintu toilet. "Gak nyangka ya aku bisa sekolah di sini, gede banget punya kelas renang juga. Bodoh banget aku malah gak tau fasilitas ini," ucapnya sambil meringis kecil karena mendengar apa yang dikatakannya sendiri.     

Berjalan ke arah tasnya yang tergeletak, memakaikannya lagi di punggung, setelah itu jangan lupa tersenyum.     

Ting     

Ting     

Ting     

Baru saja ingin berjalan keluar, terdengar denting ponsel dari saku bajunya. Nusa buru-buru mengecek karena siapa tau kalau pesan tersebut dari El, iya kan?     

Dan ya, ternyata benar kalau sang pengirim tersebut adalah El. Nusa memilih untuk melihat pesan dari atas layar saja karena takut tidak bisa memberikan alasan yang pasti.     

"Ah masa baterainya tinggal lima persen sih?"     

Menghembuskan napas pelan, sialnya juga Nusa tidak membawa powerbank. Boro-boro powerback, charge saja dirinya tidak bawa.     

| pesan |     

Bara     

Kemana lo?     

Bara     

Gue di parkiran     

Bara     

Gc!     

| pesan berakhir |     

Nusa mendengus sebal, bagaimana tidak sebal kalau perilaku cowok satu itu minta dicubit? "Dasar ya mentang-mentang ganteng bisa seenaknya, lagian juga sih dia sendiri yang bilang-bilang mau jalan sama aku, aneh."     

Setelah itu, Nusa melangkahkan kaki ke arah pintu. Ia meraih gagang pintu, setelah itu menaikkan sebelah alisnya kala pintu macet. "Loh kok macet sih? Tadi bisa kok di buka,"     

Berkali-kali mencoba, namun hasilnya nihil. "Ini mah bukan macet, a-aku kekunci?" Lidahnya terasa kelu, gerakan panik yang masih berusaha untuk membuka pintu pun ia lakukan.     

Menggedor pintu, berusaha mengguncang gagang pintu, pokoknya segalanya deh tapi nihil.     

"PRISKA, NIKA, DISTY!!! AKU KE KUNCI DI DALAM, TOLONG AKU!"     

Pekikan yang nyaring pun akhirnya ia luncurkan, keringat pun sudah bermunculan di pelipis, membuat dadanya terasa naik turun karena panik dengan apa yang terjadi. Sungguh, ia tidak siap terkunci apalagi di wilayah sekolah yang kalau malam hari suasananya cukup.. ah tidak perlu dijelaskan pun sudah bisa menebaknya sendiri.     

"TOLONG, TOLONG BUKAIN NUSA! PINTUNYA KE KUNCI, SIAPA PUN YANG NGUNCIIN NUSA, TOLONG DI BUKA NUSA MAU PULANG SAMA EL!"     

Menggedor pingu dengan sekuat tenaga, lagi-lagi pun hasilnya nol. Ia lemas, belum makan juga. Dan sekarang harus terdampar di dalam loker ruang renang? Untung saja ia masih memiliki satu botol air mineral di tas.     

Akhirnya terlihat kristal bening yang memenuhi bagian kelopak matanya, Nusa berhenti melakukan hal yang sia-sia karena memang pada dasarnya tidak akan ada orang yang mendengar suaranya ini karena jarak ruangan yang ia tempati berjarak beberapa kaki dari pintu utama untuk masuk.     

Tubuhnya merosot, lalu ia mulai menangis. "Kenapa orang-orang jahat banget sama aku, hanya karena masalah sepele..." lirihnya, ia duduk di lantai dengan menekuk kaki lalu dipeluk dengan sangat erat.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.