Elbara : Melts The Coldest Heart

Dongeng Untuk Penenang



Dongeng Untuk Penenang

0"Good night, love you!"     
0

"Geli, Sa. Kakak aja gak pernah love you, love you-an. Ini tiba-tiba kamu ngomong gitu, aneh Kakak mau jawab juga bingung."     

Nusa terkekeh geli saat mendengar tanggapan dari Rehan, lalu tertawa geli sambil berlari menaiki satu persatu anak tangga karena ingin langsung menuju ke kamat untuk segera mengistirahatkan diri.     

Sesampainya di kamar, hal yang Nusa lakukan adalah membuang tubuhnya ke atas kasur dan membiarkan setiap otot tubuhnya merasa di manjakan oleh empuknya kasur walaupun tidak bisa di setarakan kelembutannya dengan kasur para sultan, tapi tetap sangat nyaman kok.     

"Ah akhirnya, abis kenyang ya tidur."     

Katanya kalau habis makan lalu tidur, bisa menyebabkan tubuh gemuk —yang entahlah banyak sekali teori tentang ini, apa kalian pernah mendengarnya?—. Tapi selama ini, kadang Nusa bandel habis makan langsung masuk ke dunia mimpi, namun postur tubuhnya terbilang selalu kecil tanpa ada peningkatan bobot tubuh.     

Tiba-tiba, pikirannya terarahkan ke El. Entah mengapa, ada rasa khawatir yang tersimpan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.     

"Ih ya ampun, jauhkan Nusa dari prasangka buruk serta firasat buruk ke El, aamiin."     

Pasalnya, sekarang yang di pikiran Nusa paling utama, bukanlah kemana sekarang El pergi. Melainkan saat ini malah terputar kejadian buruk yang menimpa cowok tersebut.     

Meraih ponsel yang daritadi berada di atas kasur, setelah itu mengetuk-ngetuk kepalanya dengan benda pipih tersebut.     

"Awsh… sakit." Keluhnya kala benturan terakhir cukup menghantam kepalanya dengan cukup keras, dan tentu saja terasa sakit.     

Setelah itu, Nusa mengecek ponselnya. Lebih tepatnya sih mengecek ruang pesan dengan El, ia tiba-tiba langsung menekan tombol gagang telepon yang artinya menghubungi cowok di seberang sana.     

"Dih ngapain malah nelpon Bara sih? Bodoh, bodoh, bodoh." ucapnya dengan panik. Ingin di matikan pun rasanya sia-sia karena pasti dering telpon darinya masuk ke riwayat ponsel pada seberang saja.     

Namun sampai dering berakhir, ternyata tidak ada jawaban dari seberang sana.     

Menaikkan sebelah alisnya, padahal terlihat dengan jelas pada last seen El kalau cowok tersebut baru saja aktif walaupun setengah jam yang lalu.     

Mencoba panggilan telepon untuk yang kedua kalinya, namun kembali tidak di angkat.     

Ya sudah, kalah begini, Nusa pasrah.     

"Jangan terlihat terlalu menyukai, Nusa. Ingat, gak ada apa-apa di antara kalian!"     

Tapi …     

Throwback     

"Hati-hati di jalan ya sayang, pukul aja atau cubit El kalau ngendarain motornya ugal-ugalan." ucap Mira selesai disalimi tangannya oleh Nusa. Ia memberikan senyuman hangat terbaik, selalu ramah adalah sifat yang membuat dirinya muda.     

Mendengar itu, Nusa menganggukkan kepala dan terkekeh kecil. Ia sangat nyaman mengobrol dengan sosok Nyonya Adalard ini, ia pun memberikan senyuman yang setimpal. "Siap, Tante. Bara mah gak bakal berani ugal-ugalan kalau bawa aku, tenang aja." balasnya.     

El mendengar semua itu, ia sudah berada di atas motor dengan posisi yang membelakasi sang Mommy dan juga Nusa. Ia hanya bisa terdiam dengan raut wajah yang datar, tidak menanggapi apapun atau menjanjikan keselamatan Nusa seperti taktik para jantan buaya yang biasanya mengatakan hal itu untuk menarik hati si cewek.     

Mira menganggukkan kepala. Ia sangat senang kedatangan tamu, apalagi seorang cewek. Yang dimana, semenjak kejadian Alvira yang putus cinta, tidak ada lagi teman-teman putrinya yang datang. Menurut laporan, Alvira menutup diri dari teman-temannya, sampai pada akhirnya sudah benar-benar tidak memiliki seorang teman pun untuk sekedar berbagi cerita.     

"Ya sudah, senang kamu bisa datang kesini. Kapan-kapan lagi ya, jangan kapok."     

"Siap Tante, nanti pasti Bara bawa aku kesini lagi. Next aku bakalan bawain bingkisan,"     

"Ah repot-repot kamu…"     

"Gak masalah, Te. Lagipula Nusa pinter buat kue, kali aja Tante nantinya suka."     

Mira menatap Nusa dengan penuh kilatan mata yang kagum. Penggambaran cewek di depannya ini seperti sudah cocok sekali menjadi mantu, astaga. Ia berjalan mendekati Nusa, lalu menghentikan langkahnya tepat di samping cewek tersebut dengan mulut yang terarahkan pada daun telinga, bersiap untuk membisikkan sesuatu.     

"Tante suka sama kamu, putra Tante belum pernah bawa cewek manapun dan kamu yang pertama. Tante harap banget kalau kalian bisa menjadi versi terbaik dari takdir yang Tante inginkan."     

Throwback off     

Baiklah, baiklah. Apa ini berlebihan? Mengingat apa yang dibisikkan Mira tadi beberapa jam yang lalu, membuat seluruh wajah Nusa terasa panas karena malu. Ia juga tidak pernah berdekatan dengan cowok manapun karena sang Kakak sangat over protective terhadapnya, jadi sebuah kewajaran kalau dirinya di mabuk asmara cinta pertama.     

"Oh astaga, wajah ku terasa panas!"     

Setelah itu, Nusa memilih untuk beranjak dari tidurnya serta dari atas kasur. Setelah itu mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar, lalu berdiri di tepian pembatas lantai untuk mencari keberadaan Rehan yang tadi masih nampak di lantai dasar yang entahlah apalagi yang harus dikerjakan oleh cowok satu itu.     

"Kak Rehan, yuhuuu!" serunya agak keras, tak mungkin terdengar tetangga kok karena intonasi seorang Nusa yang biasanya lembut dan saat berseru pun tidak terdengar berisik seperti apa yang di bayangkan.     

Tidak ada sahutan, baru saja ingin melangkahkan kaki untuk bergerak ke arah anak tangga, tiba-tina saja sudah muncul sosok Rehan dari bawah sana yang mendongakkan kepala ke arahnya.     

"Kenapa? Ini udah malem loh, Sa. Dan kamu malah teriak-teriakan gak jelas,"     

"Hehe, peace! Nusa mau di bacain dongeng, boleh?"     

Mendengar permintaannya, Rehan terlihat langsung bergerak dan pada akhirnya menaiki satu persatu anak tangga lalu setelah sampai di pijakan lantai dua pun langsung menghampiri cewek yang berdiri di pembatas lantai.     

Rehan menatap Nusa, lalu menghembuskan napasnya dengan perlahan-lahan. "Kamu kenapa? Ada masalah? Gak biasanya minta kayak gini ke Kakak, pasti ada sesuatu?" tanyanya dengan raut wajah terlihat cemas.     

Nusa tersenyum simpul, Rehan selalu baik menanggapi dirinya bahkan tau apa saja yang membuatnya merasa nyaman atau tidak. Ia menganggukkan kepala dengan perlahan, lalu tersenyum simpul. "Aku ada perasaan buruk tentang El, aku mau Kakak bacain dongeng biar ngerasa tenang." balasnya dengan lesu.     

Bagaimana pun juga, feeling itu bisa menyerong ke arah yang tidak benar. Namun walaupun begitu, tetap saja dirinya dilanda keresahan.     

Rehan menganggukkan kepala, mengerti dengan penjelasan Nusa. Ia mengambil tangan Nusa, lalu di tuntun untuk masuk ke dalam kamar cewek itu dan membiarkan pintunya terbuka lebar.     

"Kamu berbaring, Kakak cariin buku cerita terbaik untuk malam ini."     

Nusa menganggukkan kepala, sangat bersyukur dengan hadirnya Rehan yang selalu dengan senang hatinya menuruti apa yang dirinya inginkan. "Oke." Akhirnya, ia merebahkan diri di atas kasur dengan selimut yang sudah menyelimuti seluruh tubuh kecuali bagian kepala dan kedua tangannya.     

"Cerita apa malam ini?" tanya Nusa, antusias.     

Rehan sudah menemukan buku yang dicari, setelah itu memutar tubuh ke arah Nusa. "The Sleeping Beauty, princess Aurora."     

…     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.