DUPLICATE.

SIKSA



SIKSA

0*Note* : ADA SEDIKIT ADEGAN KEKERASAN     
0

Mendengar suara ayah angkatnya membuat Bagaskara mematung di tempat. Luka yang diakibatkan Alfa ternyata masih basah, kekuatan milik Alfa ternyata tidak bisa diremehkan karena biasanya setiap luka yang menempel ditubuh Bagas akan segera hilang, sebab Bagas memiliki pengobatan diri yang ampuh.     

"JAWAB!" Bentak Gipson yang membuat Bagas tersentak.     

"Dari rumah temen, Yah" Jawab Bagas asal     

"RUMAH TEMEN? KAMU TU LUPA? ALASAN KENAPA KAMU PINDAH SEKOLAH? HAH? BERANI SEKALI YA KAMU SEKARANG NENTANG PERINTAH AYAH?" Teriakan Gipson hanya dibalas dengan wajah Bagas yang datar     

Bagas sudah kebal akan perlakuan Ayahnya yang katanya menyayanginya namun tidak dengan kenyataanya. Perlakuan Ayah Bagas seperti sekarang, karena meninggalnya Citra—Mamah Bagas. Seperti yang kita ketahui, Bagas merupakan anak angkat dari Gipson dan Citra.     

Gipson dan Citra pernah memiliki seorang anak. Namun, ketika mereka hendak liburan, mereka mengalami kecelakaan yang mengenaskan. Akibat dari kecelakaan itu ialah anak mereka sudah tak dapat diselamatkan dan Citra sudah tak bisa lagi mempunyai anak.     

Citra tetap bersikekeuh untuk tetap memiliki anak walaupun anak angkat. Pada awalnya Gipson tidak menyetujui keinginan Citra. Tapi apa hendak dikata, Citra adalah orang yang Gipson sayangi. Hingga pada akhirnya Gipson menyetujui permintaan Citra, yaitu dengan memiliki Bagaskara sebagai anak angkat mereka.     

"AYAH AKAN MENGHUKUMU! DATANG KE RUANGAN AYAH SEKARANG!" ucap Gipson memerintahkan Bagas menuju ruangannya yang tak lain dan tak bukan adalah tempat untuk menghukum Bagaskara.     

"Ba-baik, Yah" Tentunya hal itu membuat Bagas sedikit ketakutan. Pasalnya, Gipson sudah tak pernah lagi menghukum Bagas. Namun, apa yang terjadi pada hari ini? Gipson benar-benar marah pada Bagaskara.     

*****     

Sekarang Alfa dan Alpha saling berhadapan dengan dihalangi meja yang berisi semua jurnal penelitian dari Alexander. Banyak jurnal yang telah mereka keluarkan untuk menemukan dimana jurnal yang berisi catatan tentang kekuatan serta kelemahan dari suntikan itu.     

"Tuan, disini sepertinya tidak ada, Tuan. Saya yakin, Ayah adalah seorang yang berhati-hati. Apalagi mengenai kelebihan atau bahkan catatan tentang suntikan yang diberikan kepada anaknya sendiri. Saya kira Ayah telah menyimpanya dengan sangat terjaga" Uvap Alpha yang ada benarnya juga.     

"Benar juga, Lalu? Bagaimana kita menyusun strategi untuk mengalahkan Profesor Gipson? Sedangkan gue sendiri gak ngerti kekuatan apa yang ada didiri gue. Selain, kecepatan penuh, seni bela diri yang melebihi batas manusia normal, dan tangan gue yang bisa membakar apa yang gue sentuh" Ucap Alfa     

"Sepertinga kita harus mengetahui kekuatan penuh Tuan. Mungkin saya paham akan permasalahanya disini. Saya berpikir bahwa saya merupakan 'Duplikasi' dari Tuan Alfa. Singkatnya, kemungkinan bisa bahwa semua yang saya miliki merupakan duplikasi dari semua yang Tuan Alfa miliki juga" Ucap Alpha.     

Mendengar hal tersebut membuat Alfa tersenyum dengan lebar.     

"Baguuus! Gak sangka ternyata Papah keren juga bisa nyiptain lo!" Puji Alfa     

*****     

Bagaskara kini memasuki ruang kecil di pojo ruang kerja Gipson. Dirinya mengambil nafas berat ketika melihat Gipson dan alat penyiksaan yang lengkap. Bagas memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu, walaupun pada diri Bagas sangat merasa ketakutan.     

"Lepas bajumu, Bagaskara!" Perintah Gipson kepada Bagaskara yang menatapnya datar.     

"Ayah, bolehkah kali ini aku tetap memakai bajuku?" Tanya Bagaskara kepada Gipson.     

Biasanya Bagaskara melepas pakaian yang melekat pada tubuhnya saat hendak disiksa oleh Ayahnya. Kini, untuk menutupi luka di perutnya membuat Bagaskara meminta untuk tetap berpakaian.     

"Hm, terserah kamu" Jawab Gipson dengan sangat dingin.     

Bagas kini diperintahkan untuk berada di bawah rantai yang menggantung dari atap. Kedua tangan Bagas dirantai oleh Gipson, yang bertujuan, supaya Bagas tidak kabur dari penyiksaan itu. Tentu saja, Bagaskara disuntik bius untuk melemahkan semua kekuatan yang dimiliki oleh Bagaskara.     

Bagas menutup matanya, suntikan yang sekarang sedang meluncur ditubuh Bagas mengingatkan pada saat dirinya di beri suntikan formula. Gipson berjalan sedikit menjauhi Bagas untuk mengambil sabuk yang akan digunakan Gipson untuk mencambuk Bagas.     

Setiap suara langkah yang dikeluarkan Gipson membuat jantung bagas berdetak lebih kencang. Semakin Gipson mendekat, semakin kencang pula detak jantung Bagas. Sekarang, Gipson berdiri tepat di belakang Bagas dan bersiap untuk menghukumnya.     

CTAAAZZ     

"Aaakh" Rintih Bagas ketika sabuk itu mengenai tubuhnya.     

CTAAAZZ     

"Eng" Bagas berusaha untuk tetap kuat, membiarkan rasa panas menjalar disetiap punggungnya     

CTAAAZZ     

"Aaaaaakhhh" teriak Bagas lebih kencang ketika ujung sabuk itu mengenai luka diperut Bagas.     

CTAAAZZ     

"Ayah, hen-hentikan. Maafkan Bagas Ayah" Ucap Bagas lirih seraya memohon     

CTAAAZZ     

"Ayaaah, maafkan Bagas" Cairan darah di punggung Bagas merembas membasahi baju yang dikenakanya.     

CTAAAZZ     

Bagas kini berlutut, kakinya sudah tak mampu menopang tubuhnya yang sudah kesakitan.     

CTAAAZZ     

"Ampun Ayaaaaaaah" Suara Bagas yang dipaksakan keluar dari mulutnya.     

Melihat anak angkatnya yang mengeluarkan banyak darah dibagian perut kirinya dan Bagas yang hampir terkulai, membuat Gipson menghentikan siksaanya. Gipson terheran mengapa bagian perut kiri Bagas mengeluarkan darah yang banyak, pasalnya Gipson menyambuknya tidak akan memberikan efek lebih, terutama di perut. Bukankah Gipson mencambuk bagian punggung Bagas?     

Gipson akhirnya mengangkat baju yang dikenakan Bagas. Betapa terheranya Gipson melihat sebuah perban yang sudah robek melingkar di perut Bagas, memperlihatkan luka bakar yang masih basah.     

"Perut kamu kenapa, Bagaskara?" Tanya Gipson     

"Engh, i-itu, Yah" Jawab Bagas dengan susah payah     

"Jawab yang jelas!" Perintah Gipson "Ayah, rasa itu bukan sesuatu yang sepele. Dari mana kamu mendapatkan luka bakar itu?" Tanya Gipson lagi     

"Da-dariiii—"     

"CEPAT!" Bentak Gipson memotong perkataan Bagas.     

"Alfa Ayah, dari Alfa" ucap Bagas keceplosan karena bentakan dari Gipson.     

Mendengar itu membuat Gipson tertawa senang     

"Bhuahahaha, dari Alfa? Apakah kamu semalam berkelahi dengan Alfa?" Tanyanya     

"I-iya, Yah" Bagaskara sudah tak bisa membohongi Gipson lagi     

"Kenapa kamu tidak jujur saja sama Ayah dari tadi. Ayah tidak akan menghukumu begini. Paham?" Apa ini?? Perlakuan Gipson sekarang berubah 180 derajat dibandingkan dengan tadi     

Gipson melepaskan ikatan rantai yang membelenggu pergelangan tangan Bagas. Di bopongnya Bagas menuju ke kamarnya dan memanggilkan beberapa teman dokternya untuk mengobati Bagas.     

Disepanjang perjalanan, senyuman selalu mengembang di bibir Gipson membuat Bagas merasakan ada hal aneh yang akan terjadi. Sebelum dokter memasuki ruang kamar Bagas, dokter tersebut sempat membicarakan sesuatu dengan Gipson. Sayangnya, Bagas tak mendengar apa yang mereka bicarakan.     

Dokter tersebut kemudian memeriksa keadaan Bagas, dan mengganti perban diperut Bagas yang sudah robek. Bagas terduduk di pinggir kasurnya seraya diobati oleh teman Gipson yang berprofesi sebagai dokter. Beberapa kali Bagas meringis ketika sebuah kapas yang digunakan untuk mengobati, mengenai luka Bagas.Setelah selesai, dokter tersebut memerintahkan Bagas untuk istirahat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.