DUPLICATE.

TEKAD



TEKAD

0"Tuhkan, apa Mamah bilang. Seharusnya udah dari lama Mamah bawa kalian ke luar negeri! Di Indonesia masih banyak musuh Papah, Fa. Mamah khawatir sama kalian sekarang" Ucapan Gabriella dari seberang telepon terdengar sangat khawatir.     
0

Tata yang memperhatikan wajah Alfa yang begitu kelelahan dan penuh kekhawatiran. Alfa merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adiknya, sampai-sampai Sheila harus dirawat di rumah sakit. Memang tidak terlalu parah, tapi sebagai seorang Kakak, Alfa mengkhawatirkan bila musuh Ayahnya yang hendak menangkap Alfa justru menyakiti Sheila.     

"Iya Mah, Alfa tahu kok. Tapi tenang aja Mah, Sheila sama Alfa baik-baik aja di Indonesia. Lagian juga dalam waktu dekat ini Alfa akan menyelesaikan masalah ini Mah" Ucap Alfa berusaha jujur untuk menjalankan misi terdekatnya.     

"Apa? Menyelesaikan gimana? Apa maksud kamu? Mamah gak ngizinin kamu Alfa! Mamah takut kehilangan kamu. Cukup papah aja yang berkorban, Mamah tidak bisa kehilangan kalian berdua" terdengar isakan Gabriella yang sudah tak bisa menahan tangisnya. Alfa yang mendengar isakan tangis tersebut hanya bisa menarik napas panjang, berusaha menenangkan perempuan yang berarti untuknya ini.     

"Mah, percayalah sama Alfa. Mau sampai kapan kita sembunyi terus dari Sahabat Papah itu, Lagian mereka sudah menemukan Alfa. Jadi cepat atau lambat mereka akan menangkap Alfa Mah" Ucapan Alfa begitu lembut. Terdengar isakan Gabriella yang semakin menjadi membuat Alfa memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Mah..." Panggil Alfa dengan suara yang bergetar.     

"Lalu, apakah Sheila mengetahui kebenaranya Fa?" Tanya Gabriella memastikan Sheila masih tidak mengetahui kebenaranya.     

Dikeluarga Alex, hanya Sheila yang tidak mengetahui bahwa Alex telah mengubah Alfa untuk keegoisanya semata. Menyuntikan sebuah formula yang bahkan digunakan untuk memanipulasi kekuatan dalam diri Alfa. Beruntung, semua rasa sakit dalam tubuh Alfa tidak membuatnya untuk membenci Alex.     

"Belum Mah. Sheila belum mengetahuinya. Tapi Alfa yakin, cepat atau lambat Sheila juga akan mengetahuinya" ucapan lembut masih keluar dalam mulut Alfa.     

"Mah, Alfa sayang sama Mamah, begitupun dengan Sheila. Alfa sayang kalian. Alfa janji akan menyelesaikan masalah ini dengan selamat. Karena di dunia ini, Alfa diciptakan untuk melindungi kalian, Dua perempuan yang sangat berarti untuk hidup Alfa" Senyuman tulus keluar dari mulu Alfa. Gabriella pun memejamkan matanya mendengar ucapan Alfa membuatnya merasakan kehangatan.     

"Mamah juga sayang sama Alfa dan Sheila. Maka dari itu Mamah tidak ingin kehilangan kalian. Alfa berjanjilah kepada Mamah untuk tetap hidup" Ucap Mamah membuat Alfa untuk berjanji     

"Baik Mah, Alfa janji" Tak lama kemudian panggilan suara itu terputus. Alfa terlihat sangat kelelahan. Sehingga Tata menyuruhnya untuk beristirahat disofa panjang. Sebelumnya Alfa melihat kamar sebelah yang sudah tidak berpenghuni lagi membuat Alfa kaget.     

'Lah, Bagas kemana?' batin Alfa.     

"Ta, lo lihat ada pasien di kamar sebelah gak?" Tanya Alfa memastikan. Tatapun menjawab pertanyaan tersebut dengan menggelengkan kepalanya     

"Yaudadeh, makasih ya" Senyuman lembut dilontarkan mereka. Selanjutnya Alfa berbaring di sofa untuk mengisi energi setelah semalaman tidak tidur.     

Setelah Alfa memejamkan matanya Sheila kemudian terbangun dari tidurnya. Melihat hal tersebut Sheilapun langsung disapa oleh Tata.     

"Hai Shel? Gimana? udah baikan?" Tanya Tata untuk membuka percakapan. Sheila tersenyum dan mengangguk     

"Sudah kak" pandangan Sheila memperhatikan seorang pemuda yang tengah tertidur di sofa. Melihat hal tersebut membuat Sheila kembali mengangguk     

'Ternyata sedang tidur toh. Kasihan abang gue' batin Sheila.     

"Sheila mau makan buah? ini tadi gue beli sama si Dika sebelum kesini. Tapi Dikanya pulang duluan karena udah ada janji sama Mamahnya" Tata menawarkan beberapa macam buah untuk Sheila santap     

"Boleh deh kak, yang Apel aja" Jawab Sheila dengan senyumnya yang ramah.     

"Oke gue potongin dulu ya" ucap Tata dan dijawab dengan anggukan.     

"Kak Tata, bang Alfa tidur sejak tadi ya?"     

"Oh enggak. Barusan aja dia tertidur. Kasihan noh, wajahnya udah gak kebentuk gitu saking ngantuknya" Ucap Tata dengan sedikit guyonan.     

"Hehehe iya juga sih kak. Tapi Bang Alfa kayak gitu pasti gara-gara nungguin Sheila ya" ucap Sheila yang terdengar merasa bersalah.     

"Bukan sepenuhnya salah kamu kok. Udah ya, jangan nganggep kayak gitu. Nanti Bang Alfa juga gak suka dan malah kepikiran akhirnya" Tata mencoba menghibur Sheila. "Nih A'" Ucap Tata dengan menyodorkan sesendok buah kepada Sheila dan langdung dimakan oleh Sheila     

"Terima kasih"     

***     

"Papah kenapa sih? Tega banget sama anaknya. Asalkan Papah tahu. Kalau waktu itu Papah gak bius aku, aku pasti udah berontak waktu itu!" Ucap seorang pemuda yang memaki Ayahnya     

"Alfa... Maafin Papah ya nak. Papah lakuin ini semua demi kamu" Terdengar suara teriakan dan pasukan orang bersenjata menghadang rumah Alex. Sehingga membuat Alex dan Alfa kaget.     

"Pah, ayo" Panggil Gabriella di ambang pintu ruang kerja Alex.     

Gabriella memerintahkan Alfa dan Alex untuk kabur melewati pintu rahasia rumah itu yang menyambungkan dengan sebuah sumur yang berbentuk kota yang terdapat dibelakang rumah Alex.     

Merekapun pergi meninggalkan rumah, tanpa sepengetahuan Orang-orang yang tengah mencari Alex.     

"Langsung dobrak aja pintunya" Perintah Gipson—Sahabat Alex yang sama-sama bergelut dibidang penelitian. Pasukan Gipsonpun yang terdiri dari 3 profesor lainya dan beberapa pasukan bersenjatapun memasuki rumah Alex untuk menemuinya, lebih tepatnya untuk mengetahui formula ciptaanya.     

Tetapi keberuntungan tidak berpihak kepada Gipson. Alex, Alfa, dan Gabrielpun hampir berhasil keluar dari rumahnya. Beruntungnya saat itu Sheila sedang berada di rumah saudaranya di Bali.     

"Pintu apa ini?" Terlihat sebuah pintu rahasia yang tidak di tutup lagi oleh Gabriel saat mereka keluar. Beruntung Alex, Alfa dan Gabriella sudah memasuki mobil mereka.     

"Mereka keluar menggunakan mobil sport hitam. Sepertinya mobil itu anti peluru. karena aku sudah menembaki mobil itu, tetapi mobil itu tak sedikitpun retak" tiba-tiba saja ada suara lewat aerphone yang tersambung dari pihak Gipson, memberikan informasi bahwa Alex telah meninggalkan rumah.     

Gipsonpun memerintahkan pasukanya untuk segera mengejar Alex. 'Kali ini kau tak bisa berlari Alex' Batin Gipson.     

"Pah, Mamah takut pah" Ucap Mamah yang sudah mengeluarkan air matanya.     

"Tenang ya Mah, kita pasti selamat" Alex berusaha menggenggam tangan Istrinya tersebut. sedangkan tangan yang lainya mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh. Sedangkan Alfa hanya memegangi kepalanya frustasi. 'apa yang harus gue lakuin?' batin Alfa.     

"Pah, bukanya Papah menyuntikan formula yang dapat mengubahku mendapatkan kekuatan kan Pah? Mengapa tidak aku saja yang menyerang mereka?" tanya Alfa dengan serius.     

"Jangan Alfa. Papah gak ingin kamu terluka lagi. Cukup nak. Mereka juga terdiri dari beberapa pasukan yang banyak. dan Papah yakin mereka tengah menghubungi pasukan yang lainnya. Mengingat mereka harus mewaspadai kekuatanmu" Ucap Alex.     

"Lalu bagaimana ini pah?" Tanya Gabriella.     

"Alfa, kamu tahukan Papah hendak memberikan hadiah kepada mu. Hadiah ini akan berguna untuk kamu dimasa depan" Alex merogoh kantung jas labnya dan mengambil gelang dengan bandul kunci. Kunci gelang tersebut diberikan kepada Alfa. Setelah gelang tersebut berada di genggaman Alfa. Alexpun mengehetikan mobilnya dan menepi disebuah jurang.     

"Kenapa berhenti pah?" Gabriella bertanya dengan raut wajah yang terheran.     

"Ayo kita turun" perintah Alex. Alfa dan Gabriellapun menuruti perintah Alex tanpa rasa ragu.     

Setelah ketiganya turun dari mobil. Mereka berdiri persis disamping jurang. Alexpun dengan sengaja mendorong Alfa dan Gabriella secara bersamaan. Keduanya berteriak dan hal tersebut membuat Alex tak mampu menahan tangisanya.     

"Maafin Papah. Mah, Fa. Papah harus melakukan ini untuk menyelamatkan kalian" Ucap Alex kemudian meninggalkan mereka berdua.     

Alfapun masih bisa tersadar setelah terbentur pohon yang amat besar. Dilihatnya Gabriella yang pingsan dan memiliki luka dikepalanya. Saat hendak menggapai tangan Gabriella dan berhasil. tiba-tiba....     

"WAH, TERNYATA KALIAN DISINI! ALFA" Suara Gipson terdengar dengan jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.