DUPLICATE.

AWAL YANG BURUK?



AWAL YANG BURUK?

0Author POV     
0

Seorang anak lelaki  berparas rupawan, tinggi menjulang, dengan tubuh bak seorang atlet profesional menambah kesan yang begitu di idamkan kaum perempuan. Kini, Pemuda tersebut berada di sebuah ruangan yang akan menghantarkanya pada sebuah hukuman.     

Tak tak tak     

Bunyi jari telunjuk wanita paruh baya yang diketukan diatas meja, mampu memenuhi ruang BK yang menyisahkan mereka berdua. Wanita itu mengernyitkan kedua matanya melihat sesosok pemuda yang berada dihadapanya.     

Pemuda tersebut duduk dengan kaki kiri yang  berada di lutut kaki yang kanan. Pemuda itu dengan santainya bergaya sedemikian rupa didepan wanita itu, yang tak lain dan tak bukan merupakan Gurunya.     

"Katanya mau jadi penguasa bumi di dunia ini, pfft tingkah laku aja kayak gini!" ucap bu Ratna menertawakan pemuda yang berada dihadapanya.     

Mendengar hal tersbut, Senyuman manis justru dilontarkan pemuda itu, membuat bu Ratna kembali menampakan wajah sinisnya, kemudian menghirup napas yang panjang dan menahan emosinya.     

"Sudahlah Alfaeyza, anak dari Gabriela dan Alexander yang bertekad menjadi orang yang berguna dimasa datang, sehingga orang-orang tahu siapa itu Alfaeyza sebenarnya. Itukan yang ada disetiap sampul buku kamu? semua guru sudah pada tahu tentang tulisan itu. Gak malu apa dengan kelakuan kamu sama tekad kamu yang bagus itu?"  ucap bu Ratna menyatukan jari-jari kedua tanganya. Bu Ratna sangat menyayangkan kelakuan pemuda dihadapanya yang bertolak belakang dengan tekadnya.     

"Lah bu, kenapa saya harus malu? Bukankah kita akan lebih sukses kalo menjadi diri sendiri?" ucap Alfa dengan senyuman dan alis yang dinaik turunkan. kurang ajar!     

"Tapi mbok yo lihat situasi dan kondisi dulu, la kamu ngelakuin kenakalan hampir setiap hari lo, eh malah setiap hari tanpa hampir. Apa kamu nggak bosen to tiap hari ngapeli ibu mulu di ruang BK? kamu sebentar lagi akan lulus Fa, makanya berikan image yang baik gitu lo sebelum kamu lulus dari sini!" Keluh bu Ratna kepada anak didiknya ini.     

"Kenapa saya harus bosan ngapeli ibu? Ibukan cantik, masih muda pula. Jadi saya betah di ruang BK setiap hari. Untuk masalah image, hehehe itukan pandangan pribadi orang lain bu, jadi saya tidak berhak untuk 'menuntut' pandangan tersebut." ucap Alfa dengan melebarkan senyuman. Menyebalkan, itulah kata yang tepat yang dirasakan bu Ratna.     

"Menjawab teruuuus, bisa-bisa saya cepet keriput kalo setiap hari marah mulu sama kamu. Yasudah kali ini kesalahanmu saya maafin, tapi jangan diulangi lagi!. Ngerjain pak Wahyu lagi, kasihan dia! mbok yo ngerjain guru lainya juga dong" canda bu Ratna karena pemuda ini memang tak tahu diri. Dasar!     

"Ok bu siap, saya pastikan tiada guru yang iri akan kelakuan saya," ucap Alfa dengan penuh keyakinan     

"Ok nanti saya buatkan daftar hukuman kamu, kalau perlu sampai kamu menyesal, sana silahkan keluar!" ucap bu Ratna sudah tak tahan dengan perilaku Alfa     

"Siap bu, assalamualaikum."  salam Alfa diikuti dengan mencium tangan bu Ratna lalu pergi keluar ruang Bk     

"Alfa Alfa," Ucap Bu Ratna dengan menggelengkan kepala setelah melihat Alfa pergi.     

***     

"Ngapain lu disini sih dek?" ucap Alfa yang terkaget melihat Sheila—adeknya yang bersandar si tembok sebelah pintu ruang BK     

Sheila yang sedang asyik memainkan ponselnyapun menengok ke sumber suara "Lah, lagian kenapa Abang selalu bikin onar mulu?" ucap Sheila sebal melihat tampang abangnya yang sejak SMP sudah sering keluar masuk BK.     

Mendengar pertanyaan dari Sheila membuat Alfa tersadar, mengapa Sheila menemuinya kali ini.     

"Mau traktiran apa?" ucap Alfa to the point mengingat Ia kalah taruhan dengan adek semata wayangnya.     

"Hehehe kak basa basi dulu atuh. Gue udah nyiapin topik ini," jawab Sheila cengar-cengir yang membuat Alfa memutar bola matanya jenuh     

"Udeh, buruan ah lama amat. Sok sokan juga hih. Padahal juga tujuan utamanya nagih traktiran, kan?" ucap Alfa kemudian merangkul Sheila untuk pergi menuju kantin.     

Sheila hanya tersenyum dan memegang tangan kanan Alfa yang berada dipundak kanan Sheila. "Abang ngapain lagi kok bisa masuk BK?" tanya Sheila basa basi di koridor     

"Adadeh mau tahu aja lu! masih kecil juga!" jawab Alfa yang membuat Sheila musam. Saat diperjalanan Alfa dan Sheila bertemu dengan Tata yang hendak menuju ruang BK.     

"Kak Tata?" panggil Sheila     

Yang punya namapun menoleh dan berjalan kearah mereka berdua     

"Mau kemana kak?" Sapa Sheila kepada sahabat kakaknya ini. yang punya namapun menoleh kearah Sheila.     

"Lah, ada Alfa. Niatnya mau nyariin dia di ruang BK," jawab Tata jujur     

"Ni orang, pada ngapain coba nyariin gue? Gak Sheila gak elu sama aje!"     

"Lah, katanya lu mau ngajarin gue fisika, bambank! Lupa ye?" pasalnya Alfa berniat mengajari Tata pelajaran fisika. Tak bisa dibantah, kenyataanya Alfa benar-benar pintar untuk setiap mata pelajaran. dengan nilaniya yang sempurna ditambah wajah yang mendukung membuat Alfa menjadi pria yang diidamkan. Untuk Tata? Sorry, mereka hanya sebatas sahabat semata.     

"Kagak sih, tapi waktu gue keluar dari BK udah ditodong gini ama ni bocah kunyuk," ucap Alfa dengan melirik Sheila     

"Hehehe, kak Tata mau ikut makan di kantin gak? Bang Alfa mau bayarin sepuasnya lo." Sheila menatap Tata dengan wajah yang berbinar, tanpa melirik sedikitpun kearah Alfa yang menunjukan kekagetanya.     

"Weh kenapa malah nambah personil? Ini bukan mau bikin grub band, woy!" Protes Alfa mendengar ajakan enteng yang diberikan Sheila kepada Tata.     

"Yang kalah PTS (Penilaian Tengah Semester 1) gak boleh protes!" ucap Sheila dengan cengiran yang ambigu.     

Pasalnya, Alfa dan Sheila taruhan untuk mendapatkan nilai terbaik pada angkatan mereka masing-masing. Alfa yang duduk di bangku kelas 3 SMA, sedangkan Sheila masih duduk dibangku kelas 1 SMA. Nilai mereka hanya terpaut dengan selisih 30 pada beberapa mapel. Walaupun mereka berdua menduduki peringkat satu pararel.     

Alfa hanya terdiam dan melanjutkan perjalanannya meninggalkan Sheila dan Tata. setelah beberapa langkah, Alfa berhenti dan berucap "Ayok buruan, keburu masuk nih!" tanpa menghadap ke belakang. Setelah mendengar ucapan Alfa, membuat Tata dan Sheila tersenyum serta bergandengan tangan untuk mengikuti langkah Alfa menuju kantin.     

Setibanya di kantin, mereka bertiga duduk dimeja pojokan kantin. Meja itu selalu kosong, entahlah kenapa? tapi saat mereka datang selalu saja meja tersebut yang tersedia. Padahal tempatnya biasa aja, gak ada yang kurang sedikitpun dibandingkan meja yang lainya.     

"Ratu itu siapa disamping Alfa sama Tata?" Seorang wanita yang merupakan fans fanatik dari Alfapun menanyakan hal ini kepada Ratu.     

"Yah, saingan lo bertambah lagi Rat, dari satu eh jadi dua dong," ucap teman cewe yang lain. Mendengar hal tersebut membuat Ratu menengok ke meja Alfa. Wajahnya begitu sinis memandang Sheila kemudian Alfa.     

Alfa yang merasa dipandangpun menengok kearah Ratu. Seketika itu juga Ratu memberikan senyuman manis yang membuat Alfa menelan ludahnya. Alfapun mengalihkan pandanganya dan merasa khilaf telah melihat ke arah Ratu.     

"Gila ya Rat, cowo idaman lu keren juga," puji teman cewe ratu.     

"Yaiyalah, siapa coba yang gak demen sama Alfa, udah tinggi, ganteng, cool, bad boy parah, pinter lagi. Gak kebayangkan gimana senengnya gue jadi pacarnya dia apalagi sampai jadi istrinya," Halu Ratu yang mulai ngelantur     

"Ekhem ekhem in your dream, baby." ucap temannya Bella yang pelan namun terdengan Ratu     

"Apa lu bilang?" tanya Ratu dengan melotot.     

"Canda sayang, ah elah!" jawab Bella cengiran.     

***     

KRIIIIIIIIIING     

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Alfa mengendarai mobilnya bersama dengan Sheila. Biasanya Tata akan nebeng dengan mereka. Tetapi, kali ini Tata memiliki urusan dengan teman-temanya. Tata merupakan teman Alfa sejak SMP, tetapi saat SMA Tata lebih mengenal Alfa sehingga hubungan mereka menjadi sahabat satu sama lain.     

Perjalanan mereka cukup lancar di Kota Jakarta. Mereka tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil yang mengikuti ke arah mereka. Tiba-tiba saja mobil yang dikenakan Alfa hampir mogok, sehingga membuat Alfa menepi.     

"Bentar ya, Abang lihat dulu!" Ucap Alfa kepada Sheila.     

"Siap Bang," jawab Sheila dengan pandangan yang tetap mengarah kelayar ponsel yang menunjukan sang idola tengah live instagram.     

Alfa menuruni mobilnya menuju mesin depan mobil. Dibukanya dan dilihat dengan teliti, ada sedikit masalah mengenai mesin tersebut. Untungnya Alfa cukup mahir dalam mengotak atik mesin.     

Setelah selesai dan menutupnya, dilihatnya Sheila yang ditutup mulutnya oleh seseorang yang mengenakan topeng di muka, serta sebuah pisau yang di dekatkan di leher Sheila. Terdapat dua orang pria lainya yang memakai kostum serupa dengan pria yang menyekap Sheila. Melihat hal tersebut, Alfa mendekati mereka dan tidak berbuat hal yang gegabah.     

"Alfaeyza Alexander, Itu nama lo kan?" Ucap salah satu pria tersebut, dengan menodongkan pisau ke arah Alfa     

"Hm, Siapa kalian?" Wajah Alfa seketika datar dan sinis. Alfa memang menguasai seni bela diri, bahkan melebihi mereka. Namun, entah mengapa sesuatu akan terjadi jika Alfa sedikit mengalah untuk hari ini.     

"Gak perlu tahu siapa kami! Kami gak akan nyakitin adeklu. asalkan lu ikut sama kami!" Ucapan sombong keluar dari mulut seorang pria yang tengah membekap Sheila.     

"Ok, lepasin adek gue! gue turutin omongan kalian!" ucap Alfa yang tak bisa melihat adeknya menderita.     

Disisi lain Alfa juga penasaran siapa yang menyuruh mereka untuk membuntuti Alfa dan Sheila. Sebenarnya, Alfa mengetahui jejak mereka saat Alfa tak sengaja melihat mobil mereka melalui kaca spion. Tetapi Alfa terlalu santay untuk memikirkan hal tersebut.     

Pria yang membekap Sheila pun memerintahkan kedua temanya untuk membawa Alfa. Tanpa menunggu lama, kedua temanya pun berjalan mendekati Alfa, kemudian mengikat kedua tangan Alfa dibelakang dan menutup kepalanya menggunakan kain hitam.     

"Dek, Lu pulang dulu ye!. Biar gue urus mereka." Perintah Alfa dengan wajah yang sudah tertutup dan tangan yang terikat kebelakang.     

"Bang, gak mau! Sheila gak mau pulang sendiri!" Sheila kini menangis ketakutan, matanya tak lepas tertuju kearah Alfa.     

"Pulang dulu aja. Nanti abang nyusul. Janji" ucap Alfa dengan berjalan menuju mobil pria tak dikenal itu dengan sedikit didorong.     

"Pulang ya cantik, dengerin kata Abang!" ucap Pria yang membekap Sheila dengan tertawa. Akhirnya Sheila dilepaskan, dan pria tersebut pergi menuju mobilnya.     

Sheila menangis dengan melajukan mobilnya. Sempat dirinya mengikuti mobil yang digunakan penjahat itu. Tetapi Sheila kehilangan jejak karena mereka terlalu cepat untuk melaju.     

***     

Disinilah Alfa berada. Di sebuah ruangan yang kosong dengan keadaan duduk terikat dan tubuh yang telah di pukulin serta penutup kepala yang masih terpasang. Dirinya hanya sedang menunggu seseorang untuk datang atau mungkin akan membunuhnya.     

Alfa berusaha menajamkan pendengaranya sejak tadi, tapi nihil sejak kepergiaan ketiga orang pria yang menyekap dan memukulinya disini. Pintu luar terlalu jauh untuk dijangkau pendengaranya. Tapi sebelum mereka pergi, salah satu dari mereka berbicara kepada 'bos' yang menyuruh mereka.     

Klang...     

Suara pintu besi yang ada diruangan tersebut mampu membuat Alfa menggerakan kepalnya karena suara decitan yang memasuki telinganya. Kini, Alfa hanya menunggu hal menarik apa yang akan menyambutnya setelah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.