DUPLICATE.

STORY OF BAGASKARA



STORY OF BAGASKARA

0Diperjalanan pulang, Alfa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dibawah rintikan hujan. Mengingat waktu yang hampir menunjukan pukul 12 malam. Perasaan Alfa juga merasakan ada hal yang tidak beres kedepanya.     
0

Beberapa kali Alfa melihat Sheila yang masih tertidur pulas memastikan agar Sheila tidak terbangung. Namun sayang, Alfa tidak menyadari bahwa didepan jalan terdapat lubang yang cukup besar sehingga membuat Sheila terbangun     

"Hoaaaam..." Sheila mengerjapkan kedua matanya "UWAAH BANG KENAPA CEPET BANGET JALANYA" teriak Tata dan langsung memegang kursi mobil depan begitu tersadar bahwa Alfa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi     

"Hehehe. Lo pegangan ya dek, mumpung jalanya juga lagi sepi" Ucap Alfa menenangkan Sheila     

'Si*l kenapa dari tadi ngikutin mulu sih! Bikin panik gue aja. Kalo gak ada Sheila udah gue tonjok tuh mobil' Batin Alfa yang sesekali melirik spion mobilnya melihat sebuah mobil sport hitam yang membuntutinya.     

"ABANG AWAAAS!!!" teriak Sheila begitu melihat sebuah truk yang akan melintasi depan mereka. Alfa yang tersadar kemudian mengerem mobilnya dengan sangat mendadak sehingga menimbulkan decitan ban dengan aspal. Didukung jalanan yang licin akibat hujan membuat mobil Alfa berputar-putar dan meninggalkan bekas gesekan dijalan.     

Mereka memang berhasil menghindari truk tersebut, tetapi mereka tidak bisa menghindari sebuah tembok dijalanan kosong. Mobil Alfa melaju pinggir dan menabrak tembok tersebut.     

Beruntung Alfa menggunakan sabuk pengaman sehingga dirinya hanya terbentur kecil setir mobil sedangkan Sheila terluka kecil karena terjedot pintu tengah mobil hingga darah muncul dari dahinya. Sheila pingsan. Alfa berusaha membuka matanya dan memegangi kepalanya yang terbentur dengan mengernyitkan matanya, Alfa melihat sesosok pemuda keluar dari mobil yang membuntutinya.     

"Bagas?" Ucap Alfa begitu melihat sosok Bagas. Alfapun menuruni mobilnya dengan kepala yang sedikit pusing namun dihiraukannya. Tubuhnya basah karena tertimpa air hujan. Kini, berdirilah Alfa didepan Bagas dengan penuh tanda tanya 'Mengapa Bagas mengikuti mereka?'. Tanpa basa-basi Bagas mendorong Alfa hingga tubuh Alfa terbentur ke tembok.     

BLLLAAAAAAR kilauan kilatpun menyambar area yang cukup jauh dari mereka diiringi suara gemuruh yang menggelegar. Jalanan tersebut sangat sepi. Mobil truk tadi? Truk itu langsung pergi tanpa memikirkan hal apa yang akan terjadi kepada Alfa dan Sheila yang berhasil melewatinya.     

*****     

"Haduuuh kenapa perasaan gue gak enak sih! Semoga aja gak kenapa-kenapa tu anak" Ucap Tata kepada dirinya karena mencemaskan Alfa dan Sheila melihat ada sebuah mobil yang membuntuti mereka. Tata kini berdiri di samping jendela menatap ke luar, disambut rintikan air hujan yang membasahi halaman rumah Tata.     

"Gue telpon aja deh!" Tata mengambil ponselnya dan mencari nama Alfa kemudian melanjutkanya untuk menelpon.     

"Ayo dong angkat! Angkat kek cepetan! hish!" Tata semakin khawatir karena telepon Alfa tidak diangkat. "Apa Alfa lagi nyetir ya? Coba Sheila deh" Hal serupa terjadi pada telepon genggam Sheila. Keduanya berdering namun keduanya pula tidak menjawab telepon dari Tata. Sudah beberapa kali Tata mencobanya namun tidak ada satupun telepon Tata yang diangkat baik Alfa maupun Sheila.     

*****     

BUAGH Satu pukulan dilayangkan Bagas kepada Alfa. "TAHU GAK! LU ITU PENYEBAB GUE DIJADIKAN KELINCI PERCOBAAN SAMA BOKAP ANGKAT GUE, BR*NGSEK!" ucap Bagas seraya tetap melayangkan pukulanya ke wajah mulus Alfa. Alfa hanya terdiam dan masih tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Bagas.     

Merasa kesabaran Alfa telah habis Alfa kini juga melayangkan pukulanya ke rahang bawah Bagas "NGOMONG APA SIH LU? BIKIN EMOSI AJA!" teriak Alfa. Raut wajah Bagas kini berganti menjadi raut wajah yang penuh dengan amarah dan dendam yang membara dalam tubuhnya.     

DUAAAARTTT Suara gemuruh berbunyi untuk yang kesekian kalinya diikuti hujan yang berangin. Bagas menatap tajam kedua mata Alfa. Ia memejamkan matanya dan seketika bola mata tersebut berganti merah.     

"Kezel. Jadi, Bagaspun sama?" Ucap Alfa 0.5 detik sebelum Bagas melayangkan serangannya yang melebihi manusia normal.     

Beruntung Alfa dapat menghindar, sehingga Bagas mengenai tembok dibelakang Alfa. Tembok tersebut retak. 'Wuih keren juga! APASIH LU FA, Gebl*k banget muji-muji orang gak tahu sikon!' Batin Alfa. 'Satu-satunya cara mengalahkan Bagas adalah menyamainya'     

Kini, bola mata Alfa berubah menjadi biru tosca. Keduanya saling memukul dan dipukul bagaikan sinar kilat yang sedang bercampur dengan paduan warna merah dan biru tosca. Mereka hanya terlihat seperti lintasan cahaya jika manusia normal melihatnya. Karena inilah salah satu kekuatan dari suntikan itu.     

"Alfa, jangan gunakan kekuatan itu, nak. Mengerti?" Terbayang ucapan Ayah ketika Alfa menggunakanya. Hal ini membuat Alfa menghentikan kekuatannya.     

Bagas yang mengetahui itu, akhirnya dengan sigap menendang Alfa dari atas dan membuat Alfa tersungkur dengan kerasnya menghantam tanah.     

"Hoeeek" Mulut Alfa mengeluarkan darah segar yang mengalir ke lehernya. Untungnya kesadaranya masih cukup kuat untuk dirinya yang sekarang.     

Bruk. Tiba-tiba Bagas berada diatas tubuh Alfa. Kedua tangan Alfa berada di samping kepala dengan ditindihi kedua lutut Bagas. Tangan Bagas kini berhasil meligkar di sengan sempurna dileher Alfa untuk menekiknya. Alfa menatap Bagas dengan sayup. Alfa berusaha dengan susah payah untuk menghirup banyak oksigen.     

"Andaikan bokap gue gak tahu formula yang diberikan ayah lo untuk lo. Alfa!" Ucap Bagas dengan sedikit melemaskan tangannya. Alfa jadi lebih bisa menghirup napas lewat mulutnya.     

Air mata Bagas mengalir melewati pipinya dan turun mengenai pipi Alfa bercambur baur dengan rintikan air hujan yang menjadi saksi betapa rapuhnya Bagas kali ini. Sebuah kenangan, sebuah masa lalu yang kelam dan sebuah suntikan itu, sekarang keluar dari mulut Bagas untuk diceritakan.     

*****     

BAGAS POV     

Dulu hidupku terlalu indah untuk bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan dengan usahaku sendiri. Tapi, hal tersebut tidak lagi, setelah kau merebut peringkatku dan kebanggaan dari ayahku. iya kau, Alfa Alexander.     

Ku remas-remas sebuah kertas dan kulemparkan dengan sembarang yang menandakan bahwa aku kesal padamu. Bukan! bukan kesal karena kau yang membully ku! tapi aku kesal dengan ayah angkatku yang sudah meremehkanku karena peringkat pertamaku kau rampas dariku. Hingga sebuah rahasiamu terbongkar     

Apa kau tahu Alfa? Ayahku dan Ayahmu merupakan teman sejati dan hidup di dunia penelitian. Harus ku akui bahwa ayahmu lebih hebat dari ayah angkatku. Kenapa? Karena ayahmu yang telah menemukan formula itu. Hingga formula itu terbongkar tapi ayahmu tetap bungkam dengan semua itu.     

Aku tahu Alfa, bagaimana ayahmu mengalami kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi akibat para profesor serakah yang menginginkan formula itu. Tapi aku salut, Ayahmu sangat melindungimu dan Ayahmu menyesal telah menemukan formula itu untuk keegoisanya semata.     

Ayah angkatku tetap menginginkanya. Ayahku berusaha menemukan racikan formula itu dengan tanganya sendiri dan berhasil. Tanpa panjang lebar, akulah yang dijadikan langsung untuk uji coba tanpa mengetahui efek samping apa dari formula racikan ayahku.     

"Ayah aku mau diapakan?" Ucapku polos kala itu. Aku ditidurkan di sebuah ranjang dengan kedua tangan dan kakiku yang terikat. Karena aku memang tak berdaya karena efek biusan obat yang masih menjalar ditubuhku untuk mempermudahku dibawa kesini.     

"Tenanglah nak, ini untuk kebahagiaanmu" Ucap Ayahku. Tapi aku tahu makna didalam ucapanya itu. Bukan kebahagiaanku kala itu! tetapi keegoisanya untuk membuktikan pada dunia, bahwa Dirinyalah yang akan menemukan formula terhebat di dunia ini. Sehingga dapat menciptakan manusia-manusia super pada kehidupan selanjutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.