DUPLICATE.

SEBUAH VCD



SEBUAH VCD

0Ceklek     
0

suara pintu kamar pribadi Bagaskara terbuka. Sehingga membuat pandangan Bagas teralihkan dari jendela menuju ke sosok pria yang dikenalnya. Yap, berdirilah Gipson di ambang pintu dengan membawakan sarapan untuk anak angkatnya.     

Kedatangan Gipson sempat membuat Bagas tak percaya. Sejak kapan Gipson peduli terhadap Bagas disaat Bagas menderita? Biasanya ada salah satu pekerja yang akan merawat dan memberikan makanan kepada Bagas dikala dirinya disiksa.     

"Gimana lukamu? Bagaskara" ucap Gipson sembari menyodorkan makanan untuk Bagas     

"Sudah lumayan, Yah. Mungkin sebentar lagi akan membaik" jawab Bagaskara berusaha bersikap tenang.     

"Baguslah kalau begitu. Makananya dihabiskan! kau mengertikan, kalau aku tak suka kepada orang yang membuang-buang makanan" Tekan Gipson     

"Mengerti ayah" Ya, Gipson merupakan orang yang perfeksionis dan pekerja keras kedua sifatnya itu menjadikan dirinya untuk tetap kekeuh meneliti, termasuk meneliti kekuatan dari formula ciptaan sahabatnya sendiri.     

"Yasudah, setelah makan beristirahatlah. aku takut kamu akan kecapekan nantinya" ucap Gipson yang sedikit membuat Bagas kebingungan     

"Baik, Yah" Tentu saja jawaban Bagas terkesan meragukan     

Tiba-tiba tangan Gipson mengarah ke arah Bagas, Bagas hanya terdiam begitu tangan Gipson memegang kemudian mengusap rambur kepala Bagas     

"Anak yang pintar" ucap Gipson kemudian pergi meninggalkan Bagaskara yang tengah terdiam     

Bagas hanya memandang Gipson pergi dengan keheningan. Setelah Gipson pergi ternyata kamar pribadi bagas sudah tidak dikunci lagi dari luar, hal tersebut membuat Bagas tersenyum tipis kemudian melahap makananya hingga tak tersisa.     

****     

"APA? LO SAMA KAK LEO?" ucap Nita kepada Sheila karena terkaget     

"Huuust, jangan berisik! malu ini banyak orang. iya, tadi Kak Leo yang bawa gue ke UKS" jelas Sheila     

Sekarang adalah jam pulang sekolah. Sheila dan Nita sedang berdiri di pos sekolah mereka untuk menunggu Nita dijemput penjemputnya. Sheila hanya sedang menunggu Nita dan setelah itu dirinya akan memesan ojol untuk mampir kerumahnya sebelum ke rumah Tata.     

"Demi apa? Kak Leo yang wajahnya plus mukanya datar itu? Kok bisa sama lu sih? dia terkenal dingin banget kan?" pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan keluar dari mulu Nita     

"I-iya sih, gue juga tahu rumor tentang itu. Lagian juga tadi waktu dia nolongin gue sikapnya dingin banget, mukanya aja datar bener. Gak tahu deh gue, yah, pokonya mungkin ini pertama dan terakhir kalinya gue ngomong ama Kak Leo" Jawab Sheila     

"Eh, seius lo? Kenapa gak lo deketin aja kak Leo, biar kayak di nopel-nopel yang cowoknya dingin banget terus ketemu sama cewe yang bisa buat dia gak dingin ke ceweknya itu? AAAAAH BAKAL SOSWEET BANGEEEEEEET" Teriak Nita di akhir kalimatnya, membuat siswa yang berlalu lalang menoleh kearah mereka     

"NITA! Ih mulut lu tu yaaa! bikin malu aja! Lagian juga kenapa lu banyakan ngayal sih? Gue sama Kak Leo aja gak sengaja ketemu" Elak Sheila     

"Eh, emangnya yang di novel itu ceritanya sengaja?" tanya Nita dengan pedenya     

"Sengaja lah! kan ceritanya memang disengaja sama author cerita itu!" jawab Sheila     

"Ada benarnya juga, tapi yaudahlah jalanin aja siapa tahu jodoh" Ucap Nita pada akhirnya "Eh, terus masalah lo sama kakak kelas itu gimana?" Lanjut Nita     

"Ya, gitulah tiba-tiba ngeguyur air terus ngomong ke gue untuk gak ngedeketin kakak gue sendiri. Terus langsung pergi gitu aja" jelas Sheila dengan sedikit mencibir     

"Hah? kenapa lo gak ngelawan" tanya Nita geram     

"pengenya sih tapi... "     

tin tin     

Suara klakson mobil yang dikenali oleh mereka membuat perkataan Sheila terpotong. Ya itu adalah mobil jemputanya Nita. Nita memiliki supir pribadi yang setiap hari mengantarkan dan menjemput Nita dari sekolah     

"Eh, Shel gue pulang dulu ya. Besok atau nanti lo sambung lagi cerita lo via chat, bye" ucap Nita seraya pergi menghampiri supirnya.     

"Oke, Siap" balas Sheila dengan memperhatikan kepergian Nita     

Sheilapun segera memesan ojol dan pulang kerumah. Apa yang ada dipikiranya sekarang harus dicari tahunya, yaitu dengan membongkar kamar pribadi kakak tercinta—Alfa Alexander.     

***     

Alfa dan Alpha kini sedang mempersiapkan semua peralatan yang akan mereka bawa untuk bertempur. Menurut mereka ini adalah sebuah kejadian yang akan menjadi takdir mereka untuk hidup atau mati.     

Banyak hal yang terjadi ketika mereka melakukan latihan untuk ini semua. Sekarang lihatnya sekeliling mereka! banyak benda maupun tumbuhan yang menjadi abu serta kristal secara berkelompok.     

Ruangan yang awal mulanya terlihat rapi dan bersih sekarang berantakan. Semua peralatan seperti bingkai foto dan benda lainya mereka gunakan juga untuk melatih penglihatan masa lalu dan masa depan dari kekuatan mereka masing-masing. Yap, walau kekuatan Alfa yang nantinya akan berguna saat melakukan hal tersebut.     

"Apakah semua sudah lengkap?" Tanya Alfa dengan memperhatikan peralatan apa saja yang akan mereka masukan kedalam ransel.     

"Sudah, Tuan" jawab Alpha dengan memasukan semua bom asap, dan beberapa bahan peledak. Sisanya mereka akan menggunakan kekuatan mereka sendiri.     

"Sekarang istirahatlah, kita akan pergi dari sini pukul 5 sore. Gue harap performa lo 100%" Jelas Alfa "Oh iya, satu lagi jika gue mati. gue harap lo bisa menggantikan posisi gue untuk ngelindungi adek gue—Sheila" lanjutnya     

"Saya yakin, tidak akan terjadi hal yang akan merenggut nyawa Tuan" jawab Alpha     

"Ya... Misalnya aja sih, jangan beneran juga" Cengir Alfa     

Disisi lain...     

Sheila tengah menyibukan dirinya sendiri untuk membongkar semua almari, laci dan tempat-tempat yang tampak di kamar Alfa. Namun, hingga sampai detik ini Sheila tak menemukan sesuatu apapun yang nampak janggal.     

Sheila tak ingin menyerah begitu saja, firasatnya mengatakan bahwa Kakaknya sedang menyimpan rahasia yang tidak diketahui oleh Sheila. Hingga pada akhirnya Sheila menemukan sekumpulan kaset (CD) bernomor dan telah tampak usang yang ditemukanya di dalam kotak berwarna silver.     

"Apa ini? Apakah nomor di CD ini menunjukan urutan pemutaran?" Ucap Sheila kepada dirinya sendiri.     

Dengan penuh rasa penasaran dan keingintahuan, Sheila akhirnya membawa semua kotak Kaset (CD) itu menuju kamar pribadinya. Serta melupakan kebenaran kalau masih ada beberapa sudut kamar Alfa yang belum disapanya.     

Setelah sampai di kamar pribadinya, Sheila segera membuka laptop dan memasukan CD bernomor satu untuk mengobati rasa penasaranya. Karena sedikit berdebu, Sheila sebelumnya membersihkan CD itu satu persatu, setidaknya ada 5 buah CD yang telah ditemukan Sheila. Mengingat waktu, kemungkinan CD itu akan Ia selesaikan sebelum pergi ke rumah Tata untuk menginap     

Srrrrrrrrrrrt suara yang ditimbulkan dari perputaran CD didalam laptop terdengar dengan jelas karena keheningan yang begitu menyapa. Ditontonya Video tersebut membuat Sheila tak percaya dengan apa yang dilihatnya dalam video itu.     

"OH SH|T! VIDEO APA ITU ABAAAAAAAANG!" Ucap Sheila dengan histeris dan lantang karena Ia sadar bahwa dirinya dirumah sendirian, sehingga semua perilakunya dilakukan dengan bebas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.