DUPLICATE.

MALAM YANG SANGAT INDAH



MALAM YANG SANGAT INDAH

0"Lah, butuh persiapan juga ya lo buat Ujian. Bahkan, orang yang punya otak encer macrm lo sekalipun?" Tanya Leo yang kebingungan dengan apa yang Charlotte katakan mengenai persiapan Ujian.     
0

Seperti yang sudah dikatakan. Bahwa, Charlotte, Leo, Bagas, Alfa, Alpha, dan Gladis. Adalah orang-orang yang sudah bisa mengendalikan pikiran kekuatan mereka. Sehingga, tak butuh waktu lama untuk mereka belajar dan menerima pelajaran dengan mudah. Bahkan, hanya dalam satu kali penglihatan.     

"Suka-suka gue lah. Kan enak juga gue bisa istirahat sebulan full tanpa memikirkan perusahan gue!" Sosor Charlotte dengan singkat.     

"Iya, deh. Terserah Tuan Charllote saja!" Jawab Leo pasrah dengan masih diikuti kata Tuan yang Ia ucapkan dengan sengaja.     

***     

"Ini diaaa.... makanannya udah jadi....saatnya kita santap!" Ujar Tata membawa dua piring hasil bakaran diikuti Sheila dan Gladis yang juga ikut membawakan sepiring hasil bakaran yang telah mereka buat.     

"Woah, mantab banget nih pasti rasanya. Baunya aja udah bikin ngiler kayak gini." Jawab Alfa sekaligus memuji makananya.     

Merekapun sebelumnya telah melebarkan tikar yang mereka bawa. Kali ini, mereka masih berada di area pantai.     

Jam masih menunjukan pukul 7 malam. Masih ada beberapa waktu sebelum mereka beristirahat di hotel yang sudah di pesankan oleh Bagaskara.     

"Enak gak?" Tanya Sheila kepada mereka yang sudah mencicipi makanan yang ketiga gadis itu buat.     

"Enak, kok. Enak banget malah!" Jawab Alfa mengenai pertanyaan yang Sheila lontarkan.     

"Bener tuh, enak banget ini mah. Bakalan suka Gue kalau ngabisin ini semuanya wkwk." Lanjut Bagaskara yang setuju dengan ucapan Alfa.     

"Weh, kalau habisin sendirian mah gue juga kuat kali, Gas!" Sosor Dika yang juga tak mau kalah mengenai semua hal uang menyangkut makanan. Apalagi makanan yang seperti ini. Beeeh, tiap hari tu anak juga bakalan nyosor.     

"Elu mah, makanan mulu!" Ujar Tata lagi mengenai ucapan dika.     

"Tata... Kakau gak makan," Ujar Dika kepada Tata.     

"Kita akan mati..." Jawab semuanya kompak—Alfa, Alpha, Sheila, Gladis, Bagaskara, dan pastinya Dika. Kecuali Tata. yang sudah tahu apa kata-kata lanjutan jika Dika melontarkan kalimat tersebut.     

Hal ini membuat Dika terkejut dan sekaligus tertawa melihat tingkah teman-temanya ini.     

"Hahaha," Tawa kembali memuncak hanya dengan memahami kebiasaan teman atau sahabat kita satu sama lain.     

Canda dan tawa selalu mereka kekuarkan dengan berbagai jokes receh. Bahkan, jika salah satu diantara mereka hendak melawak namun ternyata garing. Justru jokes yang garing itulah yang mendapatkan suara tawa lebih kencang karena kegaringan jokes tersebut. Belum lagi, tingkah orang yang jokes garing itu sendiri bikin ketawa karena bertingkah malu.     

Merekapun segera menghabiskan makanna mereka dengan lahap. Sehingga, makanan pun habis dalam waktu yang sangat singkat. Mereka benar-benar menikmati makanan yang mereka makan. Sehingga, mereka hanya menyisahkan camilan dengan minuman yang masih tersedia seteko.     

"Kenyang banget gue!" Ujar Tata sembari menepuk nepuk perutnya yang sedikit buncit karena selesai makan.     

"Sama, gue juga. Enak banget sumpah." Laniut Gladis yang sepemikiran sama Tata. Ia juga mengelus perutnya yang juga terlihat sedikit buncit selepas makan.     

Namun, jangan salah. Dari ketiga perempuan itu, Gladislah yang memiliki bentuk tubuh perempuan sempurna. Sedangkan Tata, Ia normal dan bersikap tomboy. Kalau Sheila, Ia terlihat imut yang yang paling kecil tinggi badanya.     

"Sama, saya juga kenyang. Makanan ini adalah makanan yang enak sekali." Puji Alpha yang kini ikut berbicara.     

"Yoi gue setuju. Kuy lah, kita nyalain kembang apinya. Gue juga pingin buat video untuk kenangan. Gue harap sih, gue masih bisa se universitas sama kalian. Nanti tergantunglah, bagaimana takdirnya. Kalaupun gak se univ, setidaknya, kita masih bisa main-main kek gini lagi. Walaupun akan terlihat tidak sesering ini." Omel Dika yang sebenarnya memang sangat kangen jika harus berpisah sama mereka.     

Hanya satu yang Dika pikirkan. Akankah mereka tetap bersama, atau mereka akan kendapatkan teman yang baru setelah di univ lainya.     

"Iya, gue juga ngerasa kayak gitu. Semoga aja, kita bisa berbagi tawa sama duka kayak gini lagi." Lanjut Tata yang sudah merasa sedih. Bahkan, ekspresinyapun dibuat sedih.     

"Biasa aja tuh wajahnya, gak ada imut-imutnya smaa sekali tahu gak!" Sosor Alfa yang masih saja berkomentar frontal kepada Tata.     

Proook!     

Tanpa basa basipun Tata melempar sebuah sendok kepada Alfa. Dan Alfapun mengerang kesakitan.     

"Aduh, Salah gue apaan?" Tanya Alfa yang masih bisa menunjukan wajah tanpa dosanya.     

"Salah lo karena lo berisik!" Jawab Tata singkat.     

"Emang tu kak, hajar aja! Mulutnya Bang Alfa memang minta digaruk pake gergaji!" Ujar Sheila yang berada di pihak Tata.     

"Weeeh, adik gue kenapa jadi psikopat gini ya? Siapa yang ngajarin?!" Tanya Alfa kepada Sheila.     

"Abang lah! Siapa lagi?" Jawab Sheila asal.     

"Weh iyakah? Gak percaya tuh!" Giliran Alfa juga menjawab pertanyaan Sheila dengan asal.     

"Lagian, gue tadi cuma gak pingin aja, pembahasan perpisahan menghancurkan malam yang indah ini. Kan sayang, malam yang seharusnya bikin moment indah dan berbahagia, harus diisi sama hal menyedihkan itu. Sayang sekali! Pokoknya, kita harus happy-happy pada malam ini. Gak boleh ada yang merasa bersedih. Siapapun yang bersedih, harus bisa menang melawan kesedihanya itu! Jangan sampai mau kalah sama kesediha kita!!! HIDUP KEBEHAGIAAN!" Ujar Alfa dengan sangat semangat. Wajahnyapun berseri-seri menambah ketamvananya yang semakin maksimal.     

"HIDUUUUP!" Teriak mereka bersama-sama. Sampai-sampai, beberapa pengunjung, terutama anak muda yang memperhatikan kearah mereka. Karena merekalah yang menarik perhatian para pengunjung dari teriakan mereka.     

"HAHAHAHAHA!" Tawa kembali pecah dengan sedikit rasa malu yang mereka milikim Mereka sadar bahwa ada beberapa pengunjung yang juga tertawa dan bahkan masih menatap ke arah mereka. But, it's okay. Malam ini akan menjadi malam milik mereka. Hahaha.     

Ceees     

Suara yang ditimbulkan dari korek apipun kini mampu mengeluarkan api yang akan membuat kembang api itu menyala. Kini, Kembang api itu di pegang sama Bagas. Setelah sumbu dari kembang api itu terbakar oleh Api, dengan segera Bagaskara mengarahkan kembang api itu untuk meluncur ke udara.     

Cuuuuus     

DUAAAAR!     

Cuuuus     

DUAAAAR!     

Langit malam kini juga ikut terhias dan menampilkan bahwa langitpun ikut bahagia. Banyak juga tatapan para pengunjung yang melihat kembang api itu dengan terpukau dan ikut merasakan kebahagiaan. Apalagi, adanya anak kecil yang sudah menunjuk ke arah kembang api itu untuk diberitahukan kepada orang tuanya atau bahkan temanya.     

Kini, malam yang menjadi saksi, bahwa bagaimana kebahagiaan mampu tercipta hanya dengan kegiatan yang kecil. Dimana kegiatan kecil ini juga mampu memberikan kevahagiaan untuk orang lain pula. Baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.