DUPLICATE.

BIARKAN INI JADI TUGAS ABANG



BIARKAN INI JADI TUGAS ABANG

0"Tata, Sheila, Gladis... Lihat sini!" Panggil Dika seraya memposisikan matanya pada layar kamera yang tengah berada di genggamanya.     
0

Mereka bertiga—yang punya namapun menoleh ke arah Dika kemudian memberikan gaya terbaik mereka begitu mengerti apa yang Dika maksud untuk memanggil mereka.     

Cekrek!     

Sebuah gambar akhirnya muncul dalam layar kamera tersebut. Gambar yang muncul sangat persis dengan bagaimana Tata, Sheila, dan Gladis berpose. Tak hanya itu, warna yang ditimbulkan dari kembang api yang mereka bawa sangat terlihat aesthetik. Bahkan, kembang api yang berada di langitpun mampu tertangkap oleh kamera.     

Dika memang lemah dalam pelajaran. Namun, untuk urusan fotografi dan hal yang berbau edit, dialah orang yang paling jago diantara yang lainya.     

Mereka memang memiliki hal yang menonjol dari lainya. Alfa, Bagas, Sheila memang menonjol dalam sisi akademiknya, Alfa dan Bagas, memiliki background di bidang penelitian dan sains. Dika, dia menonjol dalam seni editnya. Tata, dia menonjol dalam permainan sepatu roda, ice skating. Sedangkan Gladis, menonjol dalam modeling dan baletnya.     

Oh iya, jangan heran mengapa kemarin Tata bertingkah tidak bisa memainkan sepatu rodanya dihadapan Alfa saat Alfa mengajaknya untuk memperbaiki mood Tata yang sedang hancur [Ada pada Chapter ...]. Yang sebenarnya terjadi adalah, Tata telah berbohong kepada Alfa saat Alfa mengajaknya untuk bermain sepatu roda. Hal ini dia lakukan untuk mengerti bagaimana Alfa bertindak saat Tata tidak bisa. Dilain sisi, Tata juga ingin lebih dekat dengan Alfa. :")     

"Weeeeh bagus banget, Dik. Lagi dong lagi..." Ujar Tata kepada Dika begitu melihat hasil tangkapan Dika yang ternyata bagus banget.     

Tentu saja mendengar permintaan dari Tata membuat Dika langsung tersenyum senang. Hanya saja, perlu sedikit keluhan untuk menutupi apa yang sedang Ia rasakan.     

"Yaaah, minta mulu! Bayar lah!" Ujar Dika dengan tampang yang menyebalkan. Namun, di balik tampang itu, ada hati yang tersenyum senang karena Tata menyukai hasil tangkapanya.     

"Iya ntar, sefoto 1 rupiah kan? Gue minta seratus deh. Biar jadi 100 rupiah gue kasih ke lo!" Ujar Tata dengan sedikit bercandaan.     

"Aelah, hasil tangkapan gue mahal ini! jangankan seratus rupiah. 100 rebu aja lebih! Model-model tangkapan seorang fotografi profesional ini!" Jawab Dika dengan menyombongkan karyanya.     

Memang sih, walau terlihat sepele. Nyatanya, orang yang memiliki skill dalam fotografi tidak semua orang. Jadi, jika kalian memiliki teman seperti Dika. Beruntunglah, karena hasil fotomu bisa sangat memuaskan.     

"Idiiiih, suombong amat!" Keki Tata dengan senyuman. Karena Ia tahu apa yang dilontarkan Dika juga candaan. Tentunya juga apa yang dilontarkan Tata adalah sebuah candaan pula.     

"Yok buruan gaya!" Ujar Dika pada akhirnya. Ia melihat kearah kamera dan sedikit memposisikan mereka untuk berada di tengah kamera. Ia juga memposisikan supaya pemandangan yang lain bisa masuk dengan porsi yang tidak terlalu berlebihan. Belum lagi, mereka kembali menyalakan kembang api di genggaman mereka.     

"Saatu.."     

"Duuaa!"     

Cekrek!     

Hasil tangkapan Dikapun kembali terlihat pada layar kamera miliknya. Kali ini, hasilnyapun sangat memuaskan ketiga cewe ini.     

"Pokoknya kalau udah sampai di Hotel. Sheila harus dikirimi fotonya ya Kak!" Ujar Sheila dengan memberikan senyuman manis di bibirnya.     

"Woah, kalai Sheila mah langsung ntar. Hehehe!" Balas Dika kepada Sheila.     

Mendengar hal itu, Alfapun menoleh ke arah Dika yang sedang dikelilingi Tata, Sheila, dan Gladis.     

"Lo deketin adek gue awas ya lo, Dik!" Ancam Alfa dengan sedikit serius. Namun, aslinya Alfa hanya bercanda.     

"Weh, tenang aja. Kalau deketin Sheila mah. Gue udah kalah start sama adek kelas!" Ujar Dika dengan tawa yang tersenyum lebar seraya mengejek Sheila.     

"Ih, Kak Dika apaansih?" Ujar Sheila malu.     

"Siapa sih? Siapa sih? Kok aku kepo ya?" Tanya Tata yang pura-pura gak tahu mengenai hal ini.     

"Oalah, yang kemarin ikut lonba sama kita ya?" Lanjut Gladis tak kalah mengejek Sheila dalam hal membuat Sheila semakin salting.     

Kini, terlihat Sheila yang malu dengan pipi yang merah merona. Ia menahan tawanya karena hal ini benar-benar membuat Sheila merasa gugup harus berkata apa. Alhasil Ia hanya terdiam dan menahan tawanya.     

Semua orang—Alpha, Bagas, Dika, Tata dan Gladis pun tersenyum, Kecuali Alfa. Melihat Alfa yang mampu mengontrol tawanya, membuat Sheila langsung berlari dan memeluk Alfa.     

"Abaaang, aku diejek! Huhuhu!" Adu Sheila kepada Alfa. Seolah seorang anak yang mengadu saat masih kecil. Hanya saja, kekuatan adik dan kakak diantara mereka memanglah kuat. Sampai-sampai, mereka tidak jaim untuj menunjukan kualitas adik dan kakak yang mampu membuat orang lain envy kepada mereka.     

Karena dipeluk oleh Sheila. Alfapun membalas pelukan Sheila dan mengusap kepalanya. Iapun segera membela Sheila.     

"Woy, siapa yang berani ngejek Adik gue, Hah? Sini maju lawan gue!" Ujar Alfa yang membuat semua orang tertawa dalam diam, alias, tertawa tanpa ada suara, hanya menunjukan gigi rapi mereka.     

"Berani-beraninya kalian ngomong kalau adek gue deket sama si Leo! Walaupun itu memang benar, tapi jangan di ungkapin juga. Nanti Sheila malu, mana pipinya udah merah gini! Mana gue kalah lagi sama adek gue!" Ujar Alfa yang berniat membela namun justru menbuat Sheila tambah malu. Pasalnya, Alfa langsung menyebutkan nama Leo di hadapan teman-temanya.     

Alpha, Bagas, Dika, Tata, dan Gladis pun tertawa kembali mendengar ucapan Alfa. Justru kali ini, tawa mereka dan ejekan mereka semakin terdengar dengan jelas.     

"Hahaha, cieeee sama Leo.... Mantab tuuh!" Ujar Bagaskara yang memang suka jika harus membuat orang lain salting karena diejek.     

"Abaaaang, iiih! Gak gitu caranya ngebela!" Ujar Sheila sembari menyubit perut Alfa dengan gemas!!!     

"AAAADUH ADUH SHEIL. Sakit tahu!" Erang Alfa kemudian mengusap perutnya yang malang itu.     

"Lagian, belanya Abang kek memperjelas maksud mereka!" Ujar Sheila dengan cemberut. Namun, pipinya masih menunjukan warna merah merona seperti tomat.     

"Kali-kali aduh, Sheila." Jawab Alfa.     

"Tapi abang pesen sama kamunya. Buat jaga diri baik-baik kalau sama Leo. Soalnya, Ababg gak terlalu suka sama Leo. Paham?" Bisik Alfa kepada Sheila begitu melihat temanya yang lain tengah asyik tertawa mengejek Sheila.     

Mendengar hal yang keluar dari mulut Alfa membuat Sheila tersadar mengapa Ia tidak tersenyum saat pertama kali mereka—Alpha, Bagas, Dika, Tata, dan Gladis tertawa.     

"Sheila gak tahu harus jawab apa bang!" Jawab Sheila dengan jujur mengenai ucapan yang Alfa lontarkan kepadanya.     

"Gak usah dipikirin. Biar ini jadi tugas Abang buat tetep ngejagain kamu dari siapapun yang mau menyakiti kamu!" Jawab Alfa kepada Sheila.     

Ia sangat menyesal telah berbicara sedemikian rupa kepada Sheila. Karena Alfa takut jika Sheila tambah memikirkan hal yang tak berguna ini. Biarkan saja hal ini menjadi tugas Alfa untuk lebih intens menjaga Sheila.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.