DUPLICATE.

SURAT DARI AYAH? BENARKAH?



SURAT DARI AYAH? BENARKAH?

0Mendengar hal tersebut keluar dari pria itu membuat Alfa sedikit mencerna kata-kata terakhir dalam kalimat itu.     
0

"...Selamat berjuang untuk bertemu dengan bos kami!" Ujar pria tadi yang menjadi pertanyaan bagi Alfa.     

Apakah bos mereka sebegitu pentingnya untuk Alfa? Sampai-sampai, Alfa harus mencari Bos mereka?     

Alfapun kini tak ambil pusing dengan itu. Ia akan memikirkan hal itu setelah ini. Alfa kini, berusaha dengan menahan rasa sakit tatkala jari-jari tangan kiri Alfa menekan perutnya yang luka guna mengeluarkan peluru yang berada di perutnya saat ini.     

"AAAAKHH, Su...saaaah Aaaakhmat yak!" Pekiknya dengan masih berusaha menekan perutnya agar peluru itu keluar dengan cepat.     

Setelah peluru itu berhasil keluar. Dengan segera Alfa membuka pesan itu yang juga sudah sedikit berwarna merah karena terkena darah dari tangan Alfa. Dengan segera, Alfapun membaca pesan tersebut.     

"Halo, Alfaeyza Alexander. Bagaimana kabarnya? Apakah kau merindukan ku? Ku harap sih begitu.... Tapi, ada sesuatu yang harus saya katakan kepada mu. Bahwa, mulailah untuk segera mencariku, sebelum aku terlena dalam keadaan ini disini. Terpesan untuk Alfa dari ....." Ujar Alfa menggantung. Ia tak percaya kepada seseorang yang telah memberikan surat untujnya ini.     

"...Ayah." Ujar Alfa rendah di satu kata terakhir yang merupakan penulis dari surat yang diberikan untuk Alfa.     

"Tugas selesai, Tuan. Alfa sudah membaca surat tersebut dan kami sudah memberikan awalan yang sama persis dari apa yang sudah anda katakan kepada kami." Ujar salah stau orang yang masih berada di kejauhan untuk bertugas mengamati Alfa di kegelapan malam.     

"Hah? Apakah mereka benar-benar ingin bermain sama gue? Sampai-sampai mereka harus menuliskan nama mereka sebagai bokap gue? Hah, lucu sekali!" Ujar Alfa kepada didirnya sendiri.     

Setelah membaca pesan tersebut, Alfapun memasukan surat itu kedalam saku celananya. Alfapun kini kembali bangkit dengan menahan rasa sakit yang ada di perutnya. Beruntung, Ia menggunakan jaket saat keluar dari sini. Dan peluru itu sebelumnya hanya melesat dan merobek pakaian polos yang Ia kenakan di dalam jaket yang tak ditutup.     

Alfa juga mengambil Ice cream dan camilan yang berserakan di sampingnya. Beberapa camilan yang Ia beli untuk Sheila di hotel.     

Dengan segera Alfa melangkah kembali untuk masuk di hotel dan sampai dalam waktu beberapa menit.     

Akhirnya Alfapun sampai di kamar setelah Ia berhasil melewati beberapa orang yang ada di hotel itu. Tangan kirinya yang berlumuran darah Ia masukan ke dalam saku jaketnya. Sedangkan tangan kanan Alfa yang masih bersih, Ia gunakan untuk membawa es krim dan beberapa camilan yang telah Ia beli.     

Ceklek!     

Pintu kamarpun terbuka dan memperlihatkan Sheila yang masih menonton televisi disana. Sheila sempat melihat ke arah Alfa, tapi Ia masih tidak menyadari tangan Alfa yang terdapat darah.     

"Gue taruh meja dulu. Lo nonton tv aja dulu!" Ujar Alfa memberikan perintah supaya Sheila tidak buru-buru dalam mengambil makanannya.     

Sheilapun mengangguk. Ia juga merasa capek jika harus berjalan beberapa langkah hanya untuk mengambil ice cream yang dipesankan oleh Alfa. Alfapun menaruh pembelianya di meja dan Ia segera masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa, sebelumnya Ia juga mengambil pakaian berwarna hitam untuk Ia gunakan guna menutupi darah yang masih saja keluar dari perutnya.     

Creeeeeessssh     

Suara air yang keluar dari kran kini turun dalam keadaan berwarna merah.     

Tak hutuh waktu lama untuk Alfa membersihkan darah yang ada di tanganya. Iapun dengan segera membalut perutnya dengan kain yang diikatkan di perut Alfa guna menghentikan pendaharan yang terus saja keluar. Selepas itu, Alfa pun mengganti bajunya dengan baju berwarna hitam.     

Di luar ruangan...     

Karena tv tersebut sedang menunjukan iklan beberapa produk yang melakukan oemasaran di TV. Sheila akhirnya berjalan mendekati plastik yang Alfa bawa saat Alfa kembali masuk ke dalam hotel. Plastik yang berisikan makanan ringan dan ice cream kesukaan Sheila.Dan dibawa kembali ke sofa depan televisi yang masih menyala.     

Namun, Sheila menlihat ada setetes cairan merah di plastik itu. Sheilapun mengambilnya dan mencium baunya.     

"Apakah ini darah, atau hanya sebuah cairan biasa?" Tanya Sheila kepada dirinya sendiri.     

Ia bingung, tapi, saat Sheila mencium bau cairan itu. Cairan itu sedikit berbau aneh. Hal ini sangat membuat Sheila penasaran.     

Tak lama kemudian Alfa keluar dari toilet dan hendak mengambil plastik yang sebelumnya Ia taruh di meja dekat toilet. Namun, plastik itu sudah hilang. Dan Alfa menemukan plastik itu sudah berada di meja depan Sheila.     

"Gue harap gak ada apa-apa di plastik itu!" Batin Alfa dengan segera mendekati Sheila dan berpikir tidak ada hal yang perlu ditakutkan lagi.     

"Sini, Bang!" Panggil Sheila begitu melihat Alfa yang menghampirinya.     

Alfapun segera duduk disamping Sheila dan mengarahkan pandanganya ke layar televisi.     

"Abang beli ini dimana? Kenapa lama sekali?" Tanya Sheila basa-basi.     

Sheila pun sudah membuka salah satu es krim yang ada di plastik itu, Iapun dengan lahap memakanya. Alfa juga melakukan hal yang sama. Ia kemudian mengambil salah satu es krim yang lain kemudian memakanya sebelum Sheila bertanya kepada Alfa.     

"Toko di luar hotel sini. Abang kesana jalan kaki, makanya lama!" Jawab Alfa singkat kemudian menatap ke arah televisi lagi. Ia hanya menatap Sheila singkat karena takut jika ketahuan berbohong.     

Hari ini, dengan jujur tubuh Alfa sulit sekali di kontrol olehnya. Ia akan sangat terlihat sedikit gugup jika berbohong. Apalagi sekarang Alfa takut jika Sheila harus mengkhawatirkan dirinya jika Sheila tahu bahwa perut Alfa kini sedang terluka.     

"Abang gak ada yang disembunyiin ke Sheila kan? Kanapa abang terlihat aneh kali ini?" Tanya Sheila keoada Alfa yang sedikit terlihat aneh.     

"Ya kagaklah, mengapa Abang bohong sama Kamu?" Tanya Alfa kepada Sheila balik.     

Sheilapun mengedikan bahunya kemudian menyender di dada bidang Alfa. Namun, siku Sheila tak sengaja untuk menempel di perut kiri Alfa. Karena sekarang posisi Sheila berada di kiri Alfa.     

Alfapun menahan rasa sakitnya, untungnya Ia tidak memekik kesakitan kala siku Sheila mengenai perut Alfa. Alfapun kemudian membiarkan Sheila menyender. Bahkan tangan Kiri Alfa berusaha untuk merangkul Sheila. Hal ini supaya Sheila tidak curiga kepadanya.     

Beberapa menit berlalu, Sheila sebelumbya belom mengetahui akan keanehan Alfa. Hingga, Sheila tak sengaja mendengar Alfa mengeluh rendah kala Sheila dengan sengaja memegang perut kiri Alfa.     

SRAK     

Sheilapun membuka baju Alfa secara paksa. Ia kemudian segera menunjukan ekspresi kagetnya begitu melihat perut Alfa yang terikat dengan kain di bagian perutnya.     

"Perut Abang kenapa?" Tanya Sheila singkat yang membuat Alfa pasrah.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.