DUPLICATE.

SHEILA MENGKHAWATIRKAN ALFA



SHEILA MENGKHAWATIRKAN ALFA

0SRAK     
0

Sheilapun membuka baju Alfa secara paksa. Ia kemudian segera menunjukan ekspresi kagetnya begitu melihat perut Alfa yang terikat dengan kain di bagian perutnya.     

"Perut Abang kenapa?" Tanya Sheila singkat yang membuat Alfa pasrah.     

Alfapun terdiam tatkala Sheila melontarkan pertanyaan sedemikian rupa. Tapi, Dengan segera Alfa tersenyum guna meredakan kekhawatiran yang ada di dalam diri Alfa.     

Melihat hal ini membuat Sheila langsung menitihkan air mata. Tanganya pun gemetaran memegang baju Alfa untuk dinaikan ke atas.     

Entah mengapa, akhir-akhir ini Sheila sangat mampu tersentuh dengan segala sesuatu yang membuatnya merasa sedih. Jika Sheila udah sedih, dengan gampangnya air mata akan turun membasahi pipi mungil Sheila.     

Melihat Sheila yang menangis, Alfapun memeluk Sheila untuk menenangkanya.     

"Abang gapapa kok Sheil. Kenapa kok nangis?" Tanya Alfa kepada Sheila.     

"Abang kenapa? udah kayak gini Abang mau bohong lagi sama Sheila?" Bukanya menjawab pertanyaan dari Alfa. Sheilapun justru kembali melontarkam pertanyaanya kepada Alfa.     

"Abang gak bermaksud berbohong sama Sheila. Abang gak ingin Sheila khawatir sama Abang!" Jawab Alfa dengan jujur. Ia memang tidak berniat untuk membuat Sheila menangis atau bahkan mengkhawatirkan dirinya yang srlalu saja bertemu dengan musuh-musuh yang bahkan tak dikenalinya.     

"Justru kalau Abang diem terus kenapa-napa kayak gini, justru hal ini membuat Sheila bertanya dan ketakutan. Bang, Sheila akan jujur sama Abang...." Ujar Sheila kepada Alfa yang masih memeluknya erat.     

Sesekali juga Alfa menciumi kepala Sheila dengan lembut. Ia berharap, Sheila akan tenang karena semakin lama, Sheila menangis sampai sesenggukan. Walaupun, suara yang terdengar dalam tangisanya mampu Ia tahan.     

"Sheila benar-benar sangat takut kalau Abang pergi dari Sheila. Sheila gak mau Abang kenapa-napa tanpa sepengetahuan dari Sheila. Dan, saat Abang bilang Abang mau melindungi Sheila dan menjaga Sheila agar Sheila gak kenapa-napa. Justru, kalau boleh Sheila katakan. Abang juga harus melindungi diri Abang sendiri! Jangan biarkan Abang terluka. Oleh siapapun yang hendak melukai Abang. Sheila mohon, Abang lakuin untuk jaga diri Abang sendiri untuk Sheila, untuk Mamah juga!" Lanjut Sheila yang berusaha mencurahkan semua isi hatinya.     

Ia memang sangat menginginkan untuk bisa berbicara kepada Alfa mengenai ini. Hal ini Ia lakukan supaya Alfa juga paham, seberapa berharganya Alfa untuk orang lain. Bukan justru Alfa akan melalukan banyak hal sampai-sampai harus membuat dirinya terluka seperti ini!     

Mendengar hal ini sangat membuat hati Alfa tersentuh. Ia tak menyangka bahwa Sheila akan mengutarakan hal yang tak pernah Ia pikirkan. Justru, Ia rela mati hanya untuk melindungi orang yang Ia sayang. Ia mampu mempertaruhkan nyawanya, dan berpikir pendek dengan nyawanya sendiri. Tapi, Ia tak tahu jika ada orang lain yang benar-benar menyayangi nyawanya lebih dari dirinya sendiri. Yaitu Sheila. Atau bahkan ada orang lain lagi yang berpikiran sama dengan Sheila.     

"Iya Sheil. Abang juga akan berusaha untuk melindungi diri Abang sendiri. Tapi, Sheila juga harus bisa menerima keadaan Abang kalau kayak gini ya? Abang juga akan berusaha untuk memberi tahu keadaan Abang kepada Sheila." Jawab Alfa pada akhirnya. Ia juga akan sedikit terbuka mengenai hal ini kepada Sheila.     

Tapi, Ia juga akan memilah lagi, mana yang perlu Ia katakan dan mana yang perlu Ia pikirkan sendiri. Karena, Ia masih tak bisa melihat Sheila terus bersedih secara berkepanjangan.     

"Sheila juga akan berusaha untuk menwrima keadaan Kakak. Jadi, Sheila akan mengulang pertanyaan Sheila lagi. Luka di perut kakak ini kenapa?" Tanya Sheila dengan mengulang kembali pertanyaan sebelumnya yang sudah pernah Sheila katakan.     

"Perut Abang ketembak. Hehehe!" Jawab Alfa dengan diakhiri kekehan.     

Bukanya berada di pembicaraan yang serius. Alfa dengan santainya terkekeh. Sedangkan Sheila. Dia sudah menatap Alfa dengan wajah yang kaget. Bahkan, sekarang Sheila udah melepaskan pelukanya terhadap Alfa.     

"Tertembak?" Ulang Sheila mengenai perkataan yang Alfa lontarkan kepada-nya.     

"Heem," Dehem Wlfa mengangguk dan disertai senyuman yang terpasang di wajahnya.     

"Kenapa bisa? Siapa yang nembak Abang?" Tanya Sheipa dengan sangat penasaran.     

"Abang sendiri gak tahu, tapi tadi Abang di hadang tiga orang yang gak abang kenal. Dan Abang gak tahu kalau ada satu orang lsgi yang berada di kejauhan. Ternyata orang itu yang nembak Abang! Udah, gitu doang, Sheil!" Jawab Alfa yang juga menjelaskan bagaimana Ia bisa menerima luka di perutnya ini.     

"Doang? Kata Abanag doang? Abang gak tahu kalau Sheila khawatir?" Tanya Sheila lagi.     

Benar-benar. Memiliki abang seperti Alfa harus benar-benar bisa menjaga amarah dan siap-sipa selalu di buat khawatir dengan keadaan abangnya ini. Bagaimana tidak? Alfa sendiri yang tidak pernah menjaga dirinya. Dia selalu saja sering mengalah dan memilih dorinya saja yang terluka ketimbang orang lain. Bagaimana ini tidak membuat Sheila lebih khawatir tentang Abang satu- satunya ini?     

Tapi sayang, semua kebaikan Alfa mampu dengan mudah dimanfaatkan orang yang menganl Alfa dengan mudah.     

"Lah, mau gimana lagi? Semuanya kan udah terjadi. Abang juga gak bisa ngulang waktu lagi kan? Hehehe!" Jawab Alfa yang ada benarnya juga.     

Tapi benar deh, yang membuat Sheila kesal adalah wajah Alfa yang selalu cengengesan ini. Bahkan, Sheila sendiri dari tadi memasang wajah yang begitu khawatir. Belum lagi, Sheila tadi yang sempat menangis karena tidak tahan melihat Abangnya ini datang dengan keadaan terluka.     

"Udahlah, Abang ngeselin!" Balas Sheila singkat.     

Alfapun terkekeh mendengar penuturan Sheila kali ini.     

"Lah kok Abang? Lagian, udah deh Sheila. Abang jujur kok bilangnya, Abang gak papa. Lagian, Abang bisa nyembuhin luka ini sendirian!" Jawab Alfa dengan segera.     

Sheilapun teringat dengan kekuatan yang Alfa miliki. Hal ini membuat Sheila merasa aneh jika harus mengkhawatirkan Alfa secara berlebihan.     

Shrila hanya terdiam, Ia tak tahu harus berkata dan bertindak apa. Sampai-sampai Alfa harus mengulang ucapanya kepada Sheila.     

"Beneran, Abang bisa kok!" Ulang Alfa untuk menekankan kembali megenai kekuatan Alfa.     

Sheila pun menatap Alfa dan berkata,     

"Terus mengapa Abang gak nyembuhun luka Abang sendiri?" Tanya Sheila dengan wajah yang meremehkan keadaan Alfa.     

Tapi, hal ini justru sedikit membuat Alfa terkekeh kembali. Bagaimana tidak? Wajah meremehkan yang Sheila lontarkan terlihat lucu dengan mata yang masih sembab dan air yang masih basah di bagian bawah matanya.     

Alfa hanya tersenyum, Iapun mengarahkan kedua tanganya untuk mengusap bekas air mata yang masih ada di area bawah mata Sheila. Sheila hanya terdiam membiarkan Abangnya mengusap matanya.     

"Jujur, Abang justru ingin menjadi orang yang biasa aja! Orang yang kesakitan jika terluka. Orang yang membutuhkan waktu yang lama jika memiliki luka. Dan orang yang membutuhkan orang lain untuk mengobati luka yang ada pada dirinya. Itulah yang ingin Abang rasakan." Jawab Alfa berusaha menjelaskan.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.