DUPLICATE.

ALFA YANG DIPAKSA PERGI!



ALFA YANG DIPAKSA PERGI!

0"Siap, Mas. Sebentar ya!" Balas pria itu dengan menatap ke arah Alfa dengan sekilas.     
0

Tanpa perlu menunggu lama, Alfapun sudah memegang permen kapas itu. Dan dengan segera permen kapas itu diberikan kepada Alpha. Tanpa perlu waktu lama lagi, Alphapun menerimanya.     

"Alpha, gue ke kamar mandi dulu, ya! Bilangin sama yang lainya!" Ujar Alfa sekaligus pamit kepada Alpha.     

"Baik, Tuan!" Balas Alfa dengan segera. Alfapun dan Alpha kini berpisah dengan tujuan masing-masing.     

Alfa yang menuju ke toilet terdekat. Sedangkan Alpha sudah berjalan ke arah yang berlawanan untuk kembali menuju ke teman-temanya yang lain.     

Tak lama kemudian, Alfapun menemukan toilet terdekat dan segera memasuki bilik toilet yang kosong. Tak butuh waktu lama untuk Alfa kemudian keluar dari toilet tersebut. Namun, saat dirinya hampir berjalan ke arah teman-temanya. Ada seseorang yang berjalan menepuk pundak Alfa dengan segera.     

Karena penasaran, Alfapun menoleh ke orang tersebut yang juga harus menghentikan langkah Alfa karena ini.     

"Ada apa?" Tanya Alfa bingung karena tangan lelaki bermasker itu masih berada di pundak Alfa.     

Bukanya menjawab, Alfa justru merasakan ada sebuah benda yang akan mengancam punggungnya atau badanya bagian belakang. Laki-laki yang berada di hadapan Alfa tersenyum menatap Alfa dari balik masker yang Ia kenakan. Sedangkan, ternyata ada seseorang lagi yang datang dari arah belakang Alfa yang sudah menodongkan pisau di belakang Alfa.     

"Diam, dan ikutin kita! Atau pisau ini dengan sangat mudah melukai punggungmu! Dan... Yang akan lebih menyakitkan, kau akan menjumpai teman-teman mu yang akan menghilang dari tempat ini jika kau tidak mau menuruti kami!" Bisik pria yang berada di belakang Alfa.     

Mendengar hal tersebut, sudah dipastikan bahwa Alfa akan memilih untuk mengikuti kemauan mereka. Ia juga tidak akan mengambil tindakan gegabah hanya untuk melindungi dirinya. Atau bahkan, sampai membuat teman-temanya dalam bahaya.     

Alfapun hanya terdiam, Pria di belakangnyapun kemudian mendorong Alfa untuk segera berjalan dan menjauhi keramaian. Mereka akan membawa Alfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan oleh mereka.     

"Gue ikutin kemauan kalian. Tapi gue minta sesuatu," Ucap Alfa yang juga ikut berbicara pelan supaya tidak membuat orang disekitar mereka curiga. Alfa berucap demikian saat dirinya melangkah beberapa langkah dari toilet tersebut.     

"Apa permintaan lo?" Tanya pria itu yang tetap masih berjalan dan tetap mendorong Alfa dari belakang.     

"Gue minta tolong dulu, gue ngirim pesan ke temen-temen gue. Selebihnya, gue ikut sama kalian!" Ujar Alfa singkat.     

Kedua pria itu tak langsung menjawab permintaan dari Alfa. Mereka tetap mendorong Alfa hingga berada di tempat yang lebih sepi dari sebelumnya.     

"Oke, tapi sampai lo berani macem-macem bilang hal yang aneh. Gue gak akan segan untuk metahin punggung lo sama ni pisau!" Jawab pria itu dengan dingin.     

Alfapun kemudian tanpa menunggu waktu lama lagi untuk mengeluarkan handphone miliknya. Ia selalu saja memasang wajah datarnya tatkala harus berhadapan dengan pria-pria aneh yang akan menjadi musuhnya.     

Dengan segera, Alfapun menuliskan pesan untuk mereka—Tata, Bagas, Gladis, Dika, Sheila. Sedangkan Alpha. Ia masih belum memiliki handphone pribadi.     

"Oit, gue tiba-tiba ada urusan mendadak! Gue kelarin dulu urusan ini ye. Kalian nikmatin permainanya dulu. Ntar kita ketemu di jalan keluar Dufan kalau kalian udah puas sama permainan disini!" Sekiranya itulah pesan yang akan disampaikan kepada teman-teman Alfa.     

Sebelum mengirimkan pesan tersebut. Alfa harus sekali menunjukan pesan itu kepada kedua pria tak dikenalinya ini.     

"Hahaha, baguslah! Setidaknya kau punya keberanian dan tekad untuk hisa kembali sama teman-teman lo itu!" Ujar salah satu pria yang tidak membawa pisau itu tertawa meremehkan Alfa.     

Teman pria inipun ikut tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan temanya ini.     

Setidaknya, mereka benar-benar salut dengan Alfa yang masih bisa menenangkan teman-temanya dengan diselingi tekad bahwa Alfa bisa lolos dari mereka.     

Mendengar ucapan itupun hanya membuat Alfa tersenyum sinis dan singkat. Ia kemudian kembali menunjukan wajahnya yang datar dihadapan mereka.     

Dengan segera, Alfa mengirimkan pesan tersebut ke teman-temanya. Setelah itu, Alfapun kembali di dorong untuk berjalan mendahului mereka. Tak lupa, pria itu masih menempelkan pisau yang diberikan kepada Alfa.     

Merekapun berjalan hingga mereka berada di luar area Dufan. Mereka—kedua penjahat itu berhasil membuat Alfa untuk tetap tunduk kepadanya. Hingga mereka membuat Alfa untuk masuk ke dalam mobil mereka. Dengan demikian, kedua tangan Alfapun di borgol dibelakang.     

***     

"Alfa ada urusan ya?" Tanya Dika yang sudah membaca isi pesan dari Alfa. Dikapun dengan segera memberikan tatapan ke teman yang lainya.     

"Eh iya, gue juga dapet pesen. Ini gimana coba?" Balas Gladis kepada teman-temanya.     

"Aku juga kak! Emangnya ada apa ya?" Tanya Sheila yang juga ikut bingung.     

"Bukanya tadi pergi sama Alpha?" Tanya Bagaskara yang mengingat kemana terakhir kali Alfa pergi.     

"Iya, tapi tadi Tuan beri tahu saya kalau dia mau ke toilet. Tapi, mungkin saja Tuan emmang memiliki urusan!" Jawab Alpha dengan tenang dan jujur mengenai saat dimana Alfa berada bersamanya.     

"Iya sih kak, kadang Abang juga disuruh sama Mamah tanpa sepengetahuan dari Sheila! Mungkin bisa jadi seperti itu, sih kak!" Balas Sheila yang berusaha menenangkan suasana bersama teman kakaknya ini.     

Namun, disisi lain Sheila juga ikut mengkhawatirkan bagaimana keadaan Alfa sekarang. Apakah Ia benar-benar memiliki urusan atau malah Alfa bertemu dengan orang yang semalam melukai dirinya.     

Tapi, jika teman-teman Alfa harus juga ikut mengkhawatirkan Alfa. Sheila justru merasa tidak enak dengan mereka. Dengan begini, Sheial berusaha membantu untuk menenangkan suasana kembali.     

"Begitu, ya? Bisa juga sih! Lagian juga Alfa kan sudah bilang sama kita kalau dia ada urusan. So, kita hargai aja dulu apa urusan yang dilakukan oleh Alfa." Ujar Gladis yang ikut menimpali omongan Sheila.     

"Iya juga sih, kalau ada apa-apa sama Alfa juga. Gak mungkin banget kan Alfa bisa ngirim pesan ke kita?" Lanjut Dika.     

"Aku setuju sih sama Kak Gladis dan Kak Dika. Nanti kita kabari aja Bang Alfa kalau kita mau pulang. Atau kita tunggu aja kabar Bang Alfa selanjutnya!" Jawab Sheila setuju dengan ucapan Gladis.     

"Yaudah, kalau gitu, kita lanjut main dulu sambil junggu Alfa dateng!" Ajak Dika yang disetujui dengan yang lain.     

"Yaudah, yuk!" Balas Bagaskara singkat. Sedangkan yang lainya, hanya mengangguk dan menyetujui ajakan Dika.     

Merekapun segera pergi untuk menuju wahana permainan yang lainya.     

"Semoga saja Bang Alfa tidak kenapa-napa! Dan semoga dia bisa dengan segera menyelesaikan urusanya!" Batin Sheila yang sangat berharap mengenai keselamatan Alfa.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.