DUPLICATE.

CIUMAN PERTAMA BAGASKARA



CIUMAN PERTAMA BAGASKARA

0Bagaskara kembali membawa kepala Gladis untuk disandarkan di bahu Bagaskara.     
0

"Tenang aja, semua halu lo yang gue katakan tadi, udah jadi kenyataan. Dan apa yang akan lo usahain itu, kita berdua yang akan berjuang! Bukan lo sendirian!" Ucap Bagaskara kemudian.     

Tentu saja, mendengar hal ini keluar dari mulut Bagaskara yang selalu saja dingin dengan apa yang Gladis ucapkan. Membuat Gadis itu hanya bisa tersenyum malu. Kepala Gladis masih saja bersandar di bahu Bagaskara. Tanganyapun tak hanya diam. Bagaskara mengusap dan membelai kepala Gladis dengan bergerak menyisiri rambu panjang milik gadis itu.     

"Lo gak bohong kan?" Tanya Gladis kepada Bagaskara.     

Bagaskara justru menatap ke Gladis yang menatap ke arah depan. Di angkatlah wajah Gladis untuk menatap ke arah Bagaskara.     

Gladispun terdiam, bahkan Ia tertegun karena jarak wajahnya dengan Bagaskara yang sangat dekat. Bagaskarapun memegang kedua pipi Gladis. Iapun akan berucap sesuatu guna menyakinkan Gladis kepadanya.     

"Lo gak percaya sama gue? Lantas, gue harus ngelakuin apa supaya lo percaya?" Tanya Bagaskara kepada Gladis.     

Gladispun terdiam. Ia juga tak rahu harus berbicara atau menjawab apa.     

"Kenapa lo diem?" Tanya Bagaskara yang menatap Gladis dengan lebih mendekatkan wajahnya.     

Sedangkan tubuh Gladis benar-bebar kaku. Ia hanya bisa terdiam. Bahkan, detak jantungnya pun kini terasa berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.     

"Gue akan berikan ciuman pertama gue ke lo supaya lo paham betapa seriusnya gue dalam berucap!" Ujar Bagaskara yang kini semakin memajukan wajahnya.     

Mata Gladis terbelalak begitu mendengar ucapan yang Bagaskara lontarkan. Ia benar-benar kaku sekarang. Ia juga bingung, apakah Ia harus senang atau akan senang banget. hahaha. Bisa gak sih lo mikir? Orang yang lo suka dan lo perjuangin ternyata membalas cinta lo setelah lo berjuang. Beeeh, senangnya kebangetan!!!     

Mata Bagaskara kini menatap ke bibir ranun milih Gladis. Bahkan, deru napas Bagaskara sudah bisa dirasakan oleh Gladis yang hanya terdiam. Ia bahkan menelan salivanya karena tak tahu jika hal ini terjadi secara mendadak.     

Cup,     

Bagaskarapun mencium bibir Gladis, tatkala kurungan mereka berada tepat di bagian atas. Ia bahkan melumat bibir itu dengan begitu dalam dan lama. Gladis hanya terdiam, Ia tidak membalas lumatan yang Bagaskara berikan.     

Karena Gladis yang tidak membalas ciuman Bagaskara. Bagaskara kembali mencium Gladis lebih dalam! Ia kini tak akan pernah membiarkan Gladis pergi dari sisisnya. Ia akan berusaha melindungi Gladis dan selalu berada di dekatnya. Apapun yang terjadi. Karena, Sejak dulu pun, Bagaskara sudah menganggap Gladis sebagai cinta pertamanya. Namun, baru kali inilah Ia berani menyatakan perasaanya kepada gadis itu di saat moment yang tepat.     

Di lain sisi, Bagaskara juga suka jika harus melihat Gladis yang mengejarnya. Bahkan, semua perlakuan baik maupun buruk yang diberikan kepada Bagaskara dari Gladis. Ia selalu menerimanya tanpa penolakan. Kalau boleh jujur, Bagaskara justru senang jika Gladis secara terus menerus memperhatikan bahkan melakukan hal itu kepadanya seorang.     

Bagaskara kian meluat bibir Gladis yang seksi itu, hinga.... Gladis tersenyum dan membalas ciuman yang diberikan Bagaskara. Tak ada lagi keraguan di hatinya. Gladis akan selalu yakin dengan ucapan yang Bagaskara berikan kali ini.     

Setelah Gladis memberikan balasan mengenai ciuman mereka, Bagaskara dengan sengaja menghentikan ciumanya bahkan dalam sesaat setelah Gladis membalasnya. Hal ini sangat membuat Gladia kesal dan malu dalam waktu yang bersamaan.     

Gladispun menatap keluar kurungan atau membelakangi Bagaskara. Hal ini Ia lakukan untuk menutupi wajahnya yang memerah karena malu. Sekaligus, Ia kesal dengan perbuatan Bagaskara barusan.     

Bagaskara justru terkekeh dengan ini, Ia bahkan tahu mengapa Gladis menatap ke luar kurungan itu. Tanpa banyak bicara, Bagaskarapun merangkul Gladis kemudian. Ia dengan segera mendekatkan bibirnya ke telinga Gladis.     

"Terima kasih sudah membalas ciumanku. Hanya saja, kita berada di bawah. Jangan sampai kita ketahuan telah berciuman di depan orang. Setidaknya, aku masih punya malu, hahaha! Atau, mereka akan merasa iri atas perbuatan kita berdua!" Jawab Bagaskara yang membuat Gladis tersenyum lebar.     

Bahkan, kali ini Bagaskara memanggil Gladis dengan sebutan aku-kamu. Bukan lo dan gue lagi. Hal ini benar-benar tidak mimpi kan.     

Plak!     

Bagaskarapun terkagey begitu Gladis menampar pipinya dengan menggunakan kedua tanganya.     

"Kenapa sayang? Kok kamu mukul kedua pipimu yang cantik itu?" Tanya Bagaskara kepada Gladis.     

"A-aku.... Gak mimpikan?" Balas Gladis dengan wajah yang menahan sakit di pipinya.     

"HAHAHA, Kamu ini, lucu juga ya? Ya tentu tidak lah! Ini nyata Gladis! Gue suka sama lo dan ini kenyataan. Lo gak lagi mimpi! Ingat itu ya! Sekarang lo milik Bagaskaara. Dan selamanya akan menjadi milik Bagaskara!" Ujar Bagaskara kepada Gladis yang sudah menunuukan sikap saltingnya.     

"Hush, jangan bikin aku malu lagi! Susah cukup!" Ujar Gladis kepada Bagaskara.     

"Hah, seriusa kok. Aku berkata jujur. Bahkan, kamu adalah cinta pertamaku. Kamu tahu itu? Karena kamu itu unik, bahkan kamu rela mendapatkan luka saat melihat aku yang disuntik secara paksa sama papah aku!" Jelas Bagaskara.     

Mendengar perkataan jujur yang tidak pernah diketahui Gladia sebelumnya, Membuat Gladis kini menatal ke arah Bagaskara.     

"Serius?" Tanya Gladis untuj memastikan apakah Bagaskara tidak berbohong mengenai ucapan yang baru saja dilontarkanya. Mengenai, Gladia adalah cinta pertama dari Bagaskara.     

"Dua rius, sayang. Bahkan seribu rius!" Balas Bagaskara kepada Gladis.     

Gladipun memeluk Bagaskara erat. Kini, Bagaskarapun membalas pelukan yang Gladis berikan. Bahkan, kepala Gladis dibuat untuk menopang dagu milik Bagaskara.     

Tinggal sekali saja, bianglala itu berputar, dan mereka akan keluar dari wahana tersebut. Hari ini, semua moment disini, akan selalu menjadi kejadian yang akan selalu diingat oleh Bagaskara dan Gladis. Dengan berada di Bianglala, Ciuman pertama diantara mereka saat berada di pubcak tertinggi bianglala, serta keadaan langit yang begitu cerah. Semua ini akan selaku menempel dalam ingatan memori cinta kasih milik mereka berdua.     

***     

Disisi lain...     

"Bos sudah sampai! Kalian, pasangkan kain hitam di kepala Alfa sekarang!" Perintah salah satu pria yang berada di pintu luar. Ia kemudian memerintahkan kedua pria yang berada di samping Alfa.     

Kedua pria yang berada di samping Alfa segera mengambil kain hitam dan kemudian memasangkan kain itu ke kepala Alfa. Sedangkan Alfa hanya berpasrah, Ia pun hanya bisa menatap kain hitam itu yang sedikit terlihat samar-samar.     

Tak lama kemudian, datanglah seorang pria paruh baya yang memasuki Ruangan tersebut. Alfa hanya bisa melihat tinggi Pria tersebut yang juga memakai jas hitam. Hanya saja, Alfa tidak melihat wajah pria itu secara jelas.     

"Halo, Alfa?!"     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.