DUPLICATE.

TENANG TA, GUE AKAN JAGA LO!



TENANG TA, GUE AKAN JAGA LO!

0Cekrek!     
0

Kini, terlihatlah sebuah gambar yang terdapat di layar kamera milik Dika. Dua orang remaja yang terlihat serasi dari balik kamera tersebut. Di gambar tersebut, lelaki itu tengah merangkul pundak perempuan yang verada di sampinya. Mereka sama-sama tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Belum lagi, pemandangan awan yang cerah menambah kesan keceriaan di dalam gambar tersebut.     

Tata, sebelumnya Ia tidak menyadari jika Dika akan merangkulnya. Dika merangkuk Tata di detik terakhir Dika akan menangkap moment ini. Bahkan, Tata juga melihat dari gambar tersebut bahwa Dika tersenyum menatap kearahnya. Tapi jujur, Tata akui bahwa gambar tersebut terlihat sangat bagus. Semua proposi yang diambil sangat pas. Bahkan dengan pose mereka berdua. Tata yang menatap ke kamera dan Dika yang menatap kearahnya.     

"Bagus gak?" Tanya Dika berbasa-basi.     

"Bagus banget kali, Dik. Lo juga keren bisa ahli dalam hal kayak gini!" Balas Tata yang juga memberikan pujian terhadap Dika.     

Dikapun tersenyum Ia hanya terdiam dan menatap ke layar kamera yang memperlihatkan wajah mereka berdua.     

"Gue bakalan simpen ni foto! Gak akan gue biarin sampai hilang. Ntar sampai rumah gue mau cetak! Dan gue bakalan simpen foto itu dengan sebaik-baiknya!" Tekad Dika seraya mengucapkan hal tersebut di batinya.     

Biarkan Dia yang Sang Pencipta yang mengetahui apa yang menjadi tekadnya tersebut.     

Setelah beberapa menit dalam keadaan diam. Tiba-tiba saja, sebuah angin yang cukup kencang muncul dari arah yang tak terduga. Padahal kurungan yang menjadi tempat Tata dan Dika saat itu berada di ketinggan tertinggi. Hal ini membuat kurungan mereka sempat bergoyang.     

Kejadian inu membuat Dika tak sengaja sedikit tergeser dengan mendekati Tata dengan jarak yang sangat dekat. Sedangkan Tata, Ia reflek memeluk Dika karena jujur Ia sangat takut di ketinggian. Bahkan, dengan keadaan angin yang kencang dan membuat kurungan itu bergoyang.     

"Diiiik, gue takuuuut!" Ujar Tata sedikit berteriak karena ketakutan. Iapun bergetar karena ketakutan. Bahkan Tata tak berani menatap ke arah luar kurungan tersebut.     

Melihat hal ini, Dikalun segera membalas pelukan yang Tata berikan kepadanya, Ia tak akan membuat Tata merasa ketakutan jika Tata berada di sampingnya.     

"Tenang, Ta! Gue akan berusaha menjaga lo! Lo tenang ya!" Balas Dika berusaha menenangkan Tata dengan memeluk Tata erat. Begitu erat, hingga bisa membuat Tata merasa hangat. Bahkan, Tata kini merasa ada hal aneh yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Namun, Ia tak tahu, hal ini diakibatkan karena Tata takut atau malah akibat dari perlakuan yang Dika berikan kepadanya.     

Setelah beberapa menit, Mereka sudah beraad di bawah lagi, dan anginpun sudah kembali normal. Namun, Dika juga tak kunjung melepaskan pelukanya hingga Tata mendongakan kepalanya untuk menatap Dika.     

Saat Tata mendongakan kepalanya, Dikapun menatap kebawahh dan berjumoa wajah Tata yang berjarak sangat dekat. Melihat Tata yang memasang wajah dengan ekpresi kaget. Dikapun langsung melepaskan pelukanya.     

"Maaf!" Balas Dika refleks kepada Tata secara langsung.     

"Hem? Gapapa, maaf juga gue tadi yang ketakutan!" Ujar Tata kepada Dika.     

Tata pun juga merasa akward dengan moment ini. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana.     

"Iya, gapapa!" Balas Dia dengan singkat.     

"Tapi, makasih ya udah mau nenangin gue tadi!" Ujar Tata dengan berusaha tersenyum kearah Dika. Dan ingin melupakan kejadian yang terasa akward seperti tadi.     

"Iya, santai ajalah! Kek sama aja!" Balas Dija yang juga ikut tersenyum. Merekapun pada akhirnya terdiam untuj beberapa saat.     

***     

"Lo mo ngapain sih ngajak gue duduk bareng lo?" Tanya Bagaskara kepada Gladis.     

"Hahaha, gue juga kagak tahu," Balas Gladis dengan menunjukan cengiranya.     

Bagaskarapun hanya terdiam dan memaklumi tingkah Gladis yang kadang terluhat akward ini.     

"Oh iya, jangan lupa Bagaskara, lo akan hidup terus sama gue!" Ujar Gladis kembali mengingatkan tujuanya untuk tinggal di Jakarta ini.     

"Kata siapa? Ogah amat gue hidup terus ama lu!" Balas Bagaskara kepada Gladis.     

"Yah, terserah apa ucapan lu aja! Gue bakalan bisa bikin lo ngelamar gue suatu saat nanti. Hahaha!" Balas Gladis dengan senyuman.     

Bahkan, Ia juga belum bisa membayangkan bagaimana Bagaskara besok akan melamarnya. Pasti akan terasa sangat menyenangkan bukan? Hahaha.     

Bagaskara hanya terkekeh mendengar penuturan halu yang keluar dari mulut Gladis.     

"Ngapain lo terkekeh gitu? Ngejek gue ya lu?" Balas Gladis terkekeh juga yang merasa was was karena Bagaskara yang terkekeh mendengar ucapanya.     

"Kagak, gue heran banget sama lu! Bisa-bisanya lu ngomong hal yang belum tentu kejadian di masa depan. Gue malah takut kalau lu kecewa sama harapan lu itu!" Balas Bagaskara yang singkat.     

Ucaoan yang Bagaskara lontarkan ini mampu membuat senyuman di wajah Gladis memudar. Walaupun, kini, terlihat senyuman tipis di wajah Gladis untuk menerima ucapan kenyataan yang dilontarkan Bagaskara. Bahwa semua keinginan ini hanyalah sebuah keinginan Gladis semata.     

Melihat Gladis yang merubah ekpresinya secara drastis, membuat Bagaskara merasa bersalah telah mengucapkan hal yang mungkin atau memang menyakiti hati Gladis. Namun, jujur saja, Bagaskara tidak berbiat menyakiti hati Gladis. Ia hanya mau Gladis berpikir secara logis mengenai masa depan miliknya.     

"Haaaah, maafin gue, Dis!" Lontar Bagaskara yang menatap Gladis dengan wajah yang bersalah.     

Gladispun menatap Bagaskara bahkan dengan senyuman yang ada di bibirnya.     

"Gapapa, omonga lu bener kok! Jadi gak perlu minta maaf. Gue yang salah, hehehe. Udah berpikir aneh. Seharusnya gue gak ngajak kita duduk berdud gini. Malah jadi akward gini, hahaha!" Balas Gladis yang di selingi dengan tawa. Tawa tersebut justru terdengar seperti paksaan di telinga Bagaskara.     

Bagaskarapun tersenyum, bahkan Ia tertawa juga. Kini, Bagaskara menatap Gladis yang menatap membelakangi dirinya.     

Melihat hal ini Bagaskarapun tak tinggal diam. Ia kemudian mendekatkan dirinya untuk berada di dekat Gladis.     

"Gue suka kok sama lu!" Balas Bagaskara kepada Gladis, Bahkan, Kini Bagaskara menaruh kepalanya di bahu Gladis.     

Semoat Gladis merasa kaget dengan Bagaskara yang tiba-tiba berucap sedemikian rupa terhadap Gladis. Namun, Iapun langsung menunjukan semuan malunya yang masih menatap ke luar kurungan itu.     

"Lihat ke gue dong! Masa lo mau natap ke luar mulu!" Ujar Bagaskara yang sudah duduk dengan tegak lagi. Tanganya kini menarik wajah Gladis supaya gadis itu menatap ke arah Bagaskara.     

"Aalah, bodo ah! Nagapain juga gue natap ke lu?" Tanya Gladis yang kembali menoleh ke luar kurungan dan membelakangi Bagaskara.     

"Ck, siniiiin! Gue udah suka sama lo malah lo cuekin!" Balas Bagaskara yang sudah gak malu untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun, secara tidak langsung bahwa Bagaskara menembak Gladis.     

Bagaskara kembali membawa kepala Gladis untuk disandarkan di bahu Bagaskara.     

"Tenang aja, semua halu lo yang gue katakan tadi, udah jadi kenyataan. Dan apa yang akan lo usahain itu, kita berdua yang akan berjuang! Bukan lo sendirian!" Ucap Bagaskara kemudian.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.