DUPLICATE.

LANGKAH AWAL YANG SULIT



LANGKAH AWAL YANG SULIT

0Dikeadaan yang sudah menginjak kelas akhir SMA. Mengharuskan kelas XII memikirkan ujian akjir yang hanya memiliki tenggang waktu sebulan lagi. Bahkan, sekarang Alfa, Bagas, Tata, Dika, dan bahkan Gladis harus bisa membagi waktu mereka untuk bersenang-senang dan belajar.     
0

Selain untuk menghadapi ujian sekolah. Mereka juga akan memasuki perguruan tinggi di Indonesia yang mereka minati. Memang mereka memiliki tujuan yang berbeda. Namun, mereka masih harus berjuang bersama.     

"Ck, gini amat kelas XII. Udah bener-bener harus tobat biar gak banyak pikiran!" Keluh Dika yang baru saja datang sembari membanting buku yang Ia bawa.     

Mereka—Alfa, Bagas, Tata, Dika, dan juga Gladis— sedang berada di bangku duduk taman kecil belakang sekolah.     

"Hush, ngeluh mulu ya mulut lu tu!" Hardik Tata kepada Dika yang selalu saja mengeluh!     

"Hahaha, tenang aja, Dik!" Ujar Alfa menamnahi setelah Tata melontarkan kalimatnya.     

"Lah, dari kemarin kita bawaanya bukuuuuu muluuu. Mana dipaksa harus ikut lomba segala! Untung menang! Emang Si Charlotte keren sih! Srkaligus gila tu anak!" Ujar Dika yang memuji sekaligus melabeli Charlotte sebagai manusi tergila yang pernah Ia temui di kehidupanya.     

"Dik, masih untung kita bisa ikut ujian!" Jawab Bagaskara yang ikut menimpali omongan Dika.     

"Bener juga kata Bagas, Kalau kagak, kita kagak bisa lulus tahun ini! Dan harus ngejar paket. Kalau gue mah males!" Sambung Gladis yang sudah terlihat akrab berada di sekeliling mereka!     

"Nah, itu sih nilai plusnya. Kita jadi bisa ikut Ujian akhir. Gue sendiri juga males kalau harus kejar paket!" Ucap Dika pada akhirnya.     

Apa yang dikatakan temen-temenya memang sudah benar. Semuanya sangatlah benar. Dan hal ini membuat Dika tersadar bahwa dia harus mensyukuri hal ini.     

"Dahlah, penting kalian ajarin gue buat ngejar ni materi!" Oceh Tata yang juga ikut frustasi karena Ia sangat ketinggalan banyak materi.     

Entah bagaimana Ia harus bisa terseret dalam kasus penelitian orang-orang hebat ini. Padahal, sebelumnya hidupnya terkesan aman-aman saja tanpa adanya badai besar yang membuatnya strees sekarang!     

"Materi mana yang lu gak paham?" Tanya Alfa yang siap sedia ada untuk sahabatnya ini.     

"Semua!" Jawab Tata dengan wajah polos nan melasnya.     

"Buset!" Jawab Alfa diikuti kekehan dari Bagas, Dika, dan Gladis.     

"Hahaha, kagaklah. Gue cuma masih bingung ama materi matriks! Banyak banget modelan soalnya. Tapi ntar yang keluar memang acak beut dah!" Jawab Tata jujur dan lebih terarah di dalam pembahasanya. Sekaligus materi yang belum Ia kuasai dengan penuh.     

Sebenarnya, Bagi Alfa, Bagas, dan Gladis. Mereka bisa dengan sigap mempelajari materi ini dengan cepat, bahkan dalam belajar otodidak. Lain halnya dengan Tata dan Dika. Kedua orang ini benar-benar harus mengejar ketertinggalanya walaupun mereka jugaendapatkan kekuatan. Hanya saja, mereka belum begitu pandai dalam mengontrol pola pikirnya.     

Sekarang, Tata dan Dika dibagi untuk memperoleh bimbingan dari Alfa, Bagas, dan juga Gladis.     

Alfa sendiri akan membantu Tata untuk mengejar keteringgalanya. Sedangkan Bagaskara dan Gladis akan membantu Dika untuk mengejar ketertinggalanya. Namun, tak jarang pula mereka bersama-sama untuk memecahkan sebuah materi dan jenis soal yang baru mereka kenali.     

Bagi kalian yang menginjak kelas XII terutama pada jurusan MIPA maupun IPA. Kalian pasti sangat mengetahui posisi mereka. Dimana harus berjuang dengan kumpulan angka-angka. Belum lagi materi yang banyaknya minta ampun. Namun, tak menutup kemungkinan juga bagi anak IPS merasakan bagaimana kalian berjuang untuk menghapalkan dan memahami keadaan yang ada di kehidupan kalian. Yang bahkan, cakupanya lebih luas lagi, hehehe. Aplagi dengan materi akuntasi yang juga menghantarkan kalian untuk menjumpai angka-angka. Xixixi.     

Namun, semoga saja kalian yang memilih jurusan IPS tidak berpikir bahwa di jurusan ini kalian tidak menemukan perhitungan angka-angka. Nyatanya, di IPS pun kalian akan menemukan mapel ekonomi dan masuk ke dunia akuntasi, atau perpajakan, namun, tak hanya itu. Di IPS juga ada matematika dasar. Sehingga, kalian yang memang berniat masuk ke dalam jurusan ini, semoga berhasil.     

Waduh, malah bahas mengenai jurusan. Oke, back to the topic!     

Selain dari kelompok Alfa, dkk. yang sedang mempersiapkan materi pelajaranya. Leo dan juga Charlotte pun pada akhirnya menerima satu sama lain. Walaupun, Charlotte sudah sangat kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh Leo. But, Charlotte buta akan perjalananya yang sudah dilewati bersama dengan Leo. Hal inilah yang menjadi akibat bajwa Charlotte mampu memaafkan Leo.     

Hanya saja, Charlotte juga tak bisa langsung memaafkan apa yang telah dilakukan oleh Leo. Seperti sebelumnya, Charlotte telah menghukum Leo dengan lumayan kejam. Ia terus menerus mencambuk Leo dan bahkan mengikatnya untuk beberapa hari, sebelum mereka diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah lagi.     

Leopun dengan sangat ikhlas menerima semua konsekuensi yang Ia terima. Untung saja Charlotte tidak jadi memenggal kepala Leo menggunakan tanganya sendiri. Kalau itu semua terjadi, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan Lek untuk tetap berada di dunia ini.     

Beralih dengan keberadaan Sheila. Setelah menjadi anggota dari kelompok perlombaan kakak kelasnya (Alfa, Bagas, Charlotte, dkk.) Nama Sheila kembali menjadi bulanan-bulanan di sekolahnya, ditambah kemenangan tim yang mengharumkan namanya dan kelompiknya. Selain itu, Sheila juga menjadi buah bibir sekolah, karena Ia yang turut absen selama beberapa bulan.     

Nita yang telah lama ditinggal oleh temanya ini, selalu saja menanyakan, hal apa sih yang Sheila lakuin sampai-sampai harus absen dengan hari yang sanagt lama.     

"Lo kemana aja, sih Tuan Putri??? Kagak pernah ada kabar dan kagak pernah masuk ke sekolah! Tahu-tahu lu udah menangin lomba sains pula. Mana kelompoknya kakak kelas semua! Apalagi, cowo-cowo di kelompok lo jadi pangeran sekolah! Hah? Kemane aje lu?!" Tanya Nita yang menanyakan pertanyaan secara bertubi-tubi!     

Sebenarnya, Nita sangat mengkhawatirkan Sheila. Kalau holeh jujur, Sheilah adalah satu-satunya teman Nita yang sefrekuensi denganya. Yah, walaupun Nita juga memiliki banyak teman lainya. Ta-tapi, you knowlah!     

"Hehehe, tenang dulu ya, kawan! Adalah, sesuatu yang terjadi, tapi ini masalah keluarga gue, jadinya gue gak bisa cerita ke lo! Soal lomba. Ya lo tahukan, gue gak masuk melebihi batas maksimal absen yang sudah ditentukan pihak sekolah. Makanya, kita semua—kelompok itu, diberi syarat untuk memenangkan lomba. Kalau enggak, ya, gue sama Kak Leo bakalan gak naik kelas. Apalagi, yang udah kelas XII kagak boleh ikut ujian dan harus ngejar paket. So, ya begitulah!" Jelas Sheila panjang kali lebar untuk menjelaskan semuanya kepada sahabatnya ini.     

"Waduuuh, begindang. Iya sih, gue hargai privasi keluarga lo. Tetep aja kalian keren kok. Walaupun memang ngeri pertaruhanya kalau kalian gak menang. Tapi, kenyataanya kalian menang. Gue turut bangga, apalagi lo jadi bulanan di tingkat kelas X!" Jujur Nita.     

"Hah? Bulanan?" Kaget Sheila!     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.