DUPLICATE.

SAATNYA LIBURAAAAAAN!



SAATNYA LIBURAAAAAAN!

0"Udah selesai belom, Sheil?" Tanya Alfa memperingati Sheila untuk segera menyelesaikan kegiatan kemas mengemas barangnya.     
0

"Mereka udah mau kesini, Sheil!" Lanjut Alfa memeperingati Sheila untuk yang kedua kalinya.     

"Iya, Kak! Sheila udah mau kelar ini! Tinggal nutup ransel sama turun ke lantai bawah! Ujar Sheila kepada Alfa.     

Bisa dipastikan sekarang Alfa dan Alpha sedang berada di bawah untuk menonton televisi sembari menunggu beberapa anak—Tata, Dika, Bagas, dan juga Gladis— yang akan datang kerumahnya.     

Tak hutuh waktu beberapa menit lagi, suara pintu Sheilapun terbuka dan membuatnya segera turun kebawah untuk bergabung bersama Abang dan Kakak tercintanya.     

"Halooo semuanyaaaa... Ayok berangkat!" Ujar Sheila dengan sangat cerianya. Wajahnya berbinar menunggu waktu untuk dirinya ikut berlibur bersama teman Abang dan Kakaknya ini.     

Sebenarnya Sheila juga awalnya risih jika harus berteman dengan temanya Alfa. Namun, jika Ia terus terusan tidak bisa bersosialisasi. Yang ada, Sheila akan terus-terusan canggung bila bermain bersama merekan. Lagian, Sheila hanya tinggal berdua saja dengan Alfa. Yakali, Ia harus tinggal sendirian jika Alfa pergi meninggalkanya.     

Setidaknya, sekarang rumah mereka sedang sepi. Pembanti baru dirumah Sheila sudah mengundurkan diri karena saat itu Ia harus tinggal sendirian di rumah besar itu.     

"Sebentar, kita nunggu mereka dulu. Katanya mereka akan sampai tepat pukul 3 nanti. Setidaknya masih ada waktu 15 manit lagi. Selepas itu kita pergi langsung." Jelas Alfa kepada Sheila.     

"Halo Kak Alpha. Bagaimana keadaan Kakak?" Tanya Sheila yang masih saja berbasa-basi formal kepada Alpha. Hal ini karena mereka benar-benar terbiasa dengan hal ini saat Sheila dan Alpha tinggal di apartemen yang dibeikanya dari Leo.     

Sebenarnya. Leo sudah memiliki apartemen sendiri selain yang diberikanya untuk Leo. Leo berniat akan memberikanya untuk Sheila. Namun, karena merasa sangat sungkan, Sheila belum bisa memerima apartemen mewah miliknya. Sedangkan Alfa, Alfa sudah memiliki apartemen dari hasil bekerja di bawah kendali Charlotte.     

Dan dengan senang hati untuk Alfa memakai apartemen itu sepuasnya karena Ia sendiri yang membeli dari bonus yang diberikan oleh Charlotte. Belum lagi, gaji yang diberikan oleh Alfa setelah Alfa menyelesaikan pekerjaanyapun tak main-main. Alfa sendiri setelah sadar menjadi Alfa juga masih tidak percaya dengan itu semua. Ia belum bisa membayangkan bagaimana kekayaan yang dimiliki oleh Charlotte.     

Tapi, apartemen itu masih sedikit membawa kenangan yang buruk bagi Alfa. Benar apa yang dikatakan oleh Tuan Federick bahwa saat itu, untung saja Alfa lebih menghentikan perbuatan buruknya daripada Ia menyesali perbuatanya selama menjadi Raffaela. Kenangan buruk diapartemen itu karena disana ada pistol yang Ia pakai untuk membunuh dan mengeksekusi seorang ayah dan kepala keluarga karena Ia telah berkhianat kepada £D atau Charlotte kala itu.     

Tapi, Alfa tidak melupakan saat dimana Ia menjadi Raffaela. Sehingga, Ia akan bertanggung jawab dengan sangat penuh kepada keluarga tersebut. Karena keluarga tersebut masih memiliki satu anak perempuan yang harus bersekolah dan menamatkan sekolahnya. Alfa tetap berusaha walau sang Ibu masih memiliki dendam dan sikap yang tidak menyukai Alfa dari saat Alfa mendatangi rumahnya sebagai Raffaela.     

"Baik, Sheila. Kalau Sheila sendiri bagaimana perasanya?" Tanya Alpha balik kepada Sheila.     

"Seneng banget dong Kak! Apa lagi, Sheila akan ikut besama kalian untuk pergi berlibur." Jawab Sheila dengan sangat ceria.     

Melihat kedua orang ini berbicara formal tapi lucu dan terkesan tidak biasanya. Membuat Alfa merasa aneh sekaligus iri melihat Sheila dan Alpha yang saling bertanya.     

"Kalau sama Alpha aja nanyain mulu. Giliran sama Abangnya yang udah hidup dari borok sampai saat ini, gak pernah tu nanyain kabar secara langsung sama Abangnya!" Protes Alfa kepada Sheila yang kemudian disusul dengan Sheila dan Alpha yang terkekeh melihat ekspresi Alfa yang dibuat-buat kenjadi sedih.     

"Ooouh, Abang mau ditanyain kayak tadi?" Tanya Sheila dengan menahan tawanya.     

Alfapun tak merespon. Ia mengerti bahwa Sheila sudah paham dengan apa yang akan sedang dirasakan dan diinginkan oleh Alfa.     

"Baang Alfaaa, Bagaimana keadaanya hari ini?" Tanya Sheila memulai percakapanya sesuai keinginan Alfa.     

"Waaah, Adek Abang pengertian sekali... Keadaan Abang Sehat, Sheila. Kalau Sheila sendiri? Adakah hal yang membuat Sheila sedih?" Tanya Alfa kembali memberikan respon kepada Shela.     

"Untuk hari ini sih, tidak ada, Bang. Tapi entah bagaimana dengan besok, besok lagi, dan besoknya lagi!" Jawab Sheila secara realistis.     

"Waduh, kalau ada yang berani bikin Sheila sedih, Sheila bilang sama Abang. Biar Abang pastikan orang itu tidak akan membuat Sheila sedih lagi!" Jawab Alfa sosweet kepada adik kandungnya sekaligus adik kesayanganya ini.     

Alpha yang melihat ini pun tersenyum dan membenarkan kata-kata dari Alfa.     

"Bener, itu, Sheil. Kakak juga gak akan ngebiarin Sheila dibikin sedih sama orang lain!" Jawab Alpha menambahkan.     

"Kalau Bang Alfa semdiri yang membuat Sheila sedih?" Tanya Sheila kepada mereka berdua.     

"Yaa... Abang akan meminta maaf sembari mengikuti omonganya Sheila." Jawab Alfa dengan sangat jujur.     

"Kalau Kakak. Akan menghukum Tuan Alfa setelah mendapatkan persetujuan darinya," Jawab Alpha dengan jujur pula.     

Sehingga jawaban unik ini justru membuat Sheila dan Alfa juga ikut tertawa dibuatnya.     

"Kak Alpha ini... Terlalu jujur atau memang takut dengan Bang Alfa? Atau justru, Kakak memang mengikuti apa yang Bang Alfa katakan?" Tanya Sheila kepada Alpha.     

"Semuanya bisa jadi sih, Sheil!" Jawab Alpha yang mengira semuanya bisa saja terjadi. Sungguh, Alpha yang polos.     

"Hahaha, kalau gitu, kalau untuk Sheila. Lo gak perlu minta izin buat bikin gue nyesel wkwk. Kalau gue marah, ingetin aja, 'Siapa suruh hikin adik lo sedih' Begitu, paham?" Ujar Alfa memberikan cara bagaimana respon yang akan Alpha lakukan jika suatu saat nanti pertanyaan Sheila tadi benar. Jika, Alfa sendirilah yang membuat Sheila sedih.     

"Bagitu, Tuan? Baiklah, saya paham sangat dengan apa yang Tuan katakan kepada saya hari ini!" Jawab Alpha dengan diikuti senyuman melihat wajah-wajah ceria dan bahagia yang diberikan oleh Alfa dan Sheila.     

Memang benar ya, bahwa mood seseorang, baik sedih, senang, dan bahagia. Mampu memberikan, memancarkan, dan menyalurkan kepada orang lain. Sehingga, sebisa mungkin juga, kita harus bisa mengolah rasa bad mood kita dihadapan orang lain. Supaya, suasana yang ditimbulkan juga tidak jadi canggung, atau bisa jadi sampai suasana menjadi tidak enak.     

Tin tin tin.....     

Terdengar suara klakson dari luar rumah Alfa, Sheila, dan Alpha. Sudah dapat dipastikan siapa yang menyembunyikan klason tersebut, bukan. Dengan segera, Sheila berlari keluar dan segera membukakakn pintu rumahnya.     

Dan benar saja, Tata, Dika, Bagas dan juga Gladis, sudah terlihat di depan gerbang rumah mereka.     

~~to be continue...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.