DUPLICATE.

BU RATNA MENCARI INFORMASI



BU RATNA MENCARI INFORMASI

0"Salah satu teknik untuk kita pelajari hari ini adalah konsentrasi dan juga meditasi. Gue harap lo bisa menghilangkan pikiran yang tidak berguna di dalam otak lo." Ujar Tuan Gege keoada Raffaela yang sudah duduk dengan kaki terlipat menghadap ke Tuan Gege.     
0

"Yang harus lo lakuin adalah hanya mengatur napas dan tetap kosongkan pikiran!" Lanjutnya mengulangi perkataanya.     

Raffaela hanya mengangguk paham dengan sesekali menatap arah lain.     

"Baiklah, gue minta sekarang lo pejamkan mata dan mulailah untuk berkonsentrasi secara penuh!" Perintah Tuan Gege keoada Raffaela.     

Tak perlu lama lagi untuk Raffaela memejamkan matanya dan memulai mengosongkan pikiranya. Namun, apa yang Ia pikirkan tak mampu Ia jalankan dengan sempurna.     

Remeh memang untuk kita berusaha mengosongkan pikiran. Namun, semakin kita mencoba untuk mengosongkan pikiran itu, semakin banyak hal yang tidak jelas melintasi pikiran kita. Ditambah lagi dengan kita yang memejamkan mata. Beeeh, justru hal-hal tersebut akan lebih terlintas dalam bentuk bayangan.     

"Konsentrasi, Raffaela!" Pekik Tuan Gege yang mengerti bahwa Raffaela kurang berkonsentrasi.     

"Hai, Raffaela!" Entah mengapa suara seorang gadis melintasi dan tertangkap di gendang telinga Raffaela.     

Raffaela pun dengan segera memaksa untuk tetap memejamkan matanya dan berusaha untuk tidak membuka matanya.     

"PERGI DARI SINI! DAN BAWA SEMUA UANG INI DENGAN MENANGGUNG SEMUA DOSA YANG TELAH KAU PERBUAT KEPADA SUAMI SAYA!! PERGI!!!" Suara itu terdengar dalam pikiran Raffaela. Kefokusan Raffaela semakin berkurang karena ucapan ini.     

"Fokus, Raffaela! Itu semua hanyalah pikiran di alam bawah sadar kamu! Semakin kamu berkontrasi, semakin banyak pula hal yang terlintas dalam pikiranmu. Namun, sebaliknya, jika kamu sudah bisa berkonsentrasi. Semua hal yang lainya tidak akan terpikirkan, kamu akan relaks dan ngan sendirinya." Ucap Tuan Gege memperingatkan Raffaela bahwa semua yang dia dengar itu tidak nyata.     

Mengerti akan maksud dari perkataan yang dilontarkan oleh Tuan Gege. Raffaela pun berusaha kembali untuk lebih memfokuskan dan mengosongkan pikirannya.     

"Cobalah relaks dengan cara atur napas mu. Ambil napas dan buang!" Pinta Tuan Gege kembali memberikan sebuah instruksi kepada Raffaela untuk segera Ia lakukan.     

"Tariiiik!" Batin Raffaela memerintahkan dirinya sendiri.     

"Buang!" Pintanya kembali.     

"Tariiiik!" Ucap Raffaela lagi.     

"Buang!" Terasa lebih baik dari sebelumnya.     

Namun, Ia kembali gagal dengan pikiran pribadinya.     

"Tuan, kita memang sebelumnya pernah bertemu kepada Anda. Namun, kami tidak bisa menjawab pertanyaan lebih yang akan anda lontarkan. Karena, Anda sendiri yang bisa merasakan apa yang Anda rasakan. Kami tidak bisa memaksa Anda untuk terus mengingat hal-hal masa lalu anda secara bersamaan. Karena kami sangat menyayangi Anda!"     

"Apa maksudnya perkataan itu?" Batin Raffaela.     

"Bangke! Lu lupa kalau lu harus fokus, sialan!" Batin sisi Raffaela yang satunya cepat tatkala Ia kembali fokus dengan tujuanya saat ini.     

"Raffaela, tenanglah! Gue bisa melihat ketidak fokusan lo dari ekspresi wajah lo yang nahan merem!" Ujar Tuan Gege yang masih dengan setia menemani Raffaela untuk melakukan pelatihan yang Ia berikan.     

Mendengar ucapan Ruan Gegepun membuat Raffaela berusaha menepis semua omongan Tuan Gege untuk mempermudahkanya mengosongkan pikiranya.     

Raffaela kembali melakukan penarikan napas dengan mengambil napasnya dalam-dalam kemudian Ia lepaskan melalui mulutnya.     

"Oh iya, Saya memberikan kalian semua tantangan. Jika kalian bisa menangkap Saya, Saya bersedia untuk menerima semua hukuman yang akan diberikan kepada Saya! Termasuk hukumam mati sekalipun, ataupun hukuman untuk di gayang, apapun itu akan Saya lakukan. Jika kalian tidak ingin menghukum Saya, saya akan memberikan apapun yang kalian inginkan." Terlintas perkataan £D yang memberikan tantangan kepada khalayak umum.     

"Bangke pede amat tu bos -bos!" Batin Raffaela dengan menahan tawanya mendengar ucapan £D tadi pagi di layar televisi.     

"RAFFAELA! FOKUSLAH, KENAPA MALAH NAHAN KETAWA!" Teriak Tuan Gege yang sudah hampir lama menunggu Raffaela untuk berkembang. Bukanya semakin baik, Raffaela justru semakin menjadi untuk gagal mengatur kefokusanya.     

"Maaf, Bang! Akan Saya coba lagi!" Ujar Raffaela kemudian setelah mendengar teriakan Tuan Gege yang mengagetkanya.     

Tarik, buang. Tarik, buang. Tarik, buang!!!     

"Jangan sampai kamu menyesal, Raffaela!" Terdengar lagi ucapan Pak Tuan yang Ia temui di Bar!     

"AH, SHIT! PERSETAN DENGAN LATIHAAAAAAAAN!" Teriak Raffaela frustasi di hadapan Tuan Gege yang srkarang tengah menatapnya bingung.     

"Mampus gue!" Batinya kemudian menyesal.     

****     

Kini, terlihatlah seorang oerempuan yang tengah mencari berkas-berkas di ruang guru dan ruang pribadinya. Perempuan tersebut nekat untuk datang ke sekolah sendirian setelah menerima informasi bahwa telah terjadi aksi teror di sekolahnya.     

Beruntungnya, satpam penjaga sekolah itu memperbolehkan perempuan itu masuk karrna status perempuan itu yang tak lain dan tak bukan adalah seoarng guru!     

Kini, saatnya guru tersebut—Bu Ratna—melancarkan aksinya untuk sedikit membantu menyelamatkan murid didikanya.     

"Gue harus cepet-cepet nemuin itu berkas. Gue masih punya satu nama anak yang gue curigain, sih! Tapi gue harap bukan anak itu. Gue berharap malah opini dari Tuan Federick salah. Ya kali, anak didik gue bisa sehebat pemimpin Cloning Deluxie!" Gumam Bu Ratna kepada dirinya sendiri.     

Iapun mempercepat aksi pencarianya dan mengamati daerah sekitar untuk berjaga supaya tidak ada guru lain yang tengah melihat aksinya ini.     

Bu Ratnapun telah menemukan nama-nama yang menunjukan ketidak kehadiran mereka selama hampir dua minggu ini.     

Semua yang Ia lihat merupakan nama-nama yang sudah di bicarakan oleh Tuan Federick, kecuali dua orang. Bu Ratna tidak sempat mengingat atau memang nama tersebut tidak diucapkan oleh Tuan Federick.     

"Bagaskara, ada. Alfa, ada. Sheila, ada. Tata, ada. Dika, ada. Gladis, anak baru juga ada!" Desis Bu Ratna untuk mengabsen satu-satu nama yang tertuliskan di kerta itu menggunakan pena.     

"Tapi, sepertinya kedua siswa ini tidak ikut dengan apa yang diucapkan Tuan Federick. Atau bahkan, mereka tidak ikut dalam tim Tuan Federick!" Sambungnya berbicara.     

"Atau jangan-jangan salah satu dari mereka adalah pemimpin Cloning Deluxie itu lagi? Sama persis dengan apa yang di katakan oleh Tuan Federick." Ujar Bu Ratna menyimpulkan mengenai apa yang Ia lihat.     

"Nama itu sangat tidak asing, bahkan seluruh sekolah juga tahu dari ngan mereka berdua. Yaitu, Leo dan ....!" Ucap Bu Ratna.     

"Gue harus segera laporin ini ke Tuan Federick! Tapi, sebelum itu gue harus cari informasi lebih mengenai dua pemuda anak didik saya ini!" Tekad Bu Ratna keoada dirinya sendiri.     

Iapun segera meletakan buku presensi tersebut setelah mengingat kedua nama itu dengan benar. Tak lupa, Bu Ratna sekarang menuju sebuah ruangan untuk menemukan tumpukan data diri di ruang informasi peserta didik.     

"Saya akan berusaha membantu kalian, dengan ini, saya harap semoga kalian bisa cepat pulang!" Kekeuh Bu Ratna membantu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.