DUPLICATE.

TUJUAN ALEX MENYUNTIK ALFA



TUJUAN ALEX MENYUNTIK ALFA

0"Gapapa, Sheil! Nanti Abang beliin kamu eskrim yang banyak ketika kamu balik lagi ke sini!" Bujuk Alfa yang disuruh oleh Alrxander—ayah di dalam foto itu.     
0

"Kenapa kalian gak ikut saja sama Sheila? Kenapa harus Sheila doang yang pergi ke sana? Balikan jauh sama Jakarta!" Keluh Sheila yang masih memeluk erat Alfa.     

Mau bagaimapun juga, Alfa adalah Abang yang sangat disayangi oleh Sheila. Alfs adalah abang yang selalu menjaga Sheila, merawat Sheila, selalu ada untuk Sheila ajak bermain, sampai-sampai, Alfa adalah Abang yang selalu membela Sheila. Alfa rela ikut dihukum untuk menemani Sheila ketika Sheila mendapatkan hukuman atas kesalahan yang Ia perbuat. Alfa adalah sosok pria terkuat setelah Ayahnya. Dan tak ada yang bisa membantah sebutan ini.     

"Kan kita masih ada urusan, Sheila. Gini aja deh, nanti Abang minta sesuatu dari kamu ya! Abang minta oleh-oleh dari Bali yang akan kamu berikan khusus untuk Abang! Karena Abang belum bisa kesana bareng Sheila. Setidaknya Sheila menyusul dulu sendirian disana. Kan cuma Sheila yang belum pernah ke Bali! Abang dulu udah pernah! Nanti, selepas Sheila pulang, Abang akan selalu ikut kemanapun Sheila pergi!" Ujar Alfa lagi untuk membuat Sheila mau dan mengerti keadaan mereka walaupun ini menggunakan kalimat untuk membuat Sheila selamat dari insiden ini.     

Sebenarnya mereka bisa pergi bersama. Hanya saja, 'mereka' tidak akan membiarkan keluarga Alexander lepas dengan begitu saja. Setidaknya Alex tahu, kalau belum ada kejadian yang akan membuat 'mereka' jera, 'mereka' tidak akan berhenti begitu saja!     

"Abang janji? Akan selalu ada kemanapun Sheila pergi? Kalau Abang lupa bagaimana?" Ulang Sheila meminta pertanggung jawaban atas perkataan yang Alfa lontarkan.     

"Yah, apa ya? Abang akan nuruti. semua permintaan Sheila! Tapi kalau Sheila mau ke Bali bersama Om dan Tante. Kalau enggak ya, Abang akan pergi sendirian tanpa Sheila!" Ancam Alfa untuk membujuknya segera ikut pergi bersama Om dan Tantenya. Karena, sebentar lagi pesawat akan segera berangkat.     

"Uh, jangan gitu dong! Oke, fine! Sheila akan ikut sama Om dan Tante. Tapi, nanti Sheila akan selalu menagih perkataan yang Abang ucaokan barusan ya! Jangan melupakan apa yang Abang ucapkan! Sheila akan selalu ingat!" Ancam Sheila balik dan meminta semua perkataan Alfa untuk tetap Alfa ingat.     

Alfapun tersenyum mendengar ucapan Sheila ini. Bukanya merasa jengah atau kesal. Alfa justru melihat hal ini sebagai, bahwa Sheila benar-benar tak bisa hidup tanpanya. Namun, hal ini juga sangat membuatnya takut disaat yang bersamaa. Bagaimana kalau dirinya akan meninggalkan Sheila untuk selamanya? Apakah Sheila masih bisa bertahan dan hidup dengan mandiri esok? But, Alfa selalu yakin bahwa Sheila adalah sosok wanita yang bisa belajar dengan cepat, dan selalu menerima semua kejadian di ngan ikhlas.     

Alfapun mencium pucuk kepala Sheila dan segera melepaskan pelukanya. Setelah melepaskan pelukanya. Sheilapun memeluk dan mencium Alex dan Gabriella secara bergantian. Setelah itu, Sheilapun pergi bersama kedua Om dan Tantenya.     

"Ayo, Alfa! Kita pulang!" Ujar Alex keoada Alfa dan juga Gabriella yang berdiri di samping Alfa.     

Gabriella hanya bisa pasrah. Mau bagaimanapun juga, Ia harus menerima semua kenyataan ini. Bahwa Alex adalah seorang peneliti dan Alfa adalah anaknya yang akan sedikit kena imbasnya. Sebenarnya, Ini adalah sebuah tipu muslihat semata. Alex tahu semua kelebihan dan kekurangan dari formula itu.     

Ia tetap akan menyuntikan formula itu ke dalam tubuh Alfa. Karena Ia tahu, bagaimana perkembangan zaman diantara profesor yang serakah dan tamak seperti Gipson dan Federick—Kedua sahabat Alex.     

Setidaknya hal yang dipirkirkan Alex adalah untuk membuat Alfa semakin hebat dan berguna untuk orang lain. Hal ini dilakukan Alex juga bukanya tanpa sebab. Alfa harus bisa berguna untuk orang yang lemah dan tertindas. Itulah, mulia bukan? Hanya saja, cara yang dilakukan tidak tepat bagi manusia awam dan tidak masuk ke dunia penelitian.     

Disisi Raffaela, Ia segera menusliskan semua hal yang Ia lihat dalam bentuk bayanganya. Karena Ia sudah tahu, apapun yang menyerangnya ini, tidak akan dengan cepat membuatnya ingat. Raffaela hanya akan mengetahui saja, tidak membjat ingatan kembali. Entah bagaimana, semua yang Ia lihat ini adalah sebagai pengalaman dari orang lain. Bukan dirinya sendiri yang mengalami semua hal ini.     

Sebenarnya apa yang dilakukan Raffaela mam pi u membuatnya merasa lemas dan kehilangan semua tenaganya. Karena, Ia harus bisa menahan lebih sakit dikepalanya yang menyerang. Belum lagi, semakin banyak bayangan yang Ia lihat, semakin sakit pula pusing itu menyerang kepalanya. Tapi, Ia bukan tipe manusia yang mudah menyerah sampai Ia mencapai batas limitnya. Kita lihat saja sampai mana Raffaela mampu nertahan dengan sakit yang menyerang kepalanya.     

Kembali lagi dengan pertemuan antara Alex dan Alfa. Diruangan ini, hanya ada mereka berdua. Di tengah malam dan didalam kamar Alfa. Alex berkunjung ke kamar anaknya saat Gabriella sedang tertidur pulas. Beruntungnya, saat itu Alfa belum tertidur.     

"Alfa?" Panggil Alex kepada Alfa. Sebenarnya Alex bingung mau memulai obrolan dari mana, hanya saja Ia pastikan akan menyampaikan tujuanya menyuntik Alfa ini kepada Alfa.     

"Gimana, Yah?" Tanya Alfa berusaha bersikap santai.     

Ia juga sedikit canggung kepada Alex yang sudah seenaknya menyuntikan formula itu kepada Alfa. Mana waktu itu Ia dibius supaya memoermudahkan Akfa dibawa ke ruangan Alex. Kemudian, Alex juga seenaknya mengikat Alfa di ranjang besi menggunakan besi disana. Akibat itu, Alfa tidak bisa bergerak dan membebaskan dirinya dari ikatan itu. Bahkan, Alfa sendiri masih berusia 15 tahun.     

"Ayah sebelumnya mau meminta maaf sama kamu! Sekarang waktunya ayah menceritakan apa yang menjadi tujuan ayah!" Sepatah kalimat mampu Alex paksakan untuk bercerita kepada Alfa.     

"Hem, gapapa kok yah. Lagian juga semua ini sudah berlalu bukan? Ayah punya tujuan ya? Aku kira ayah malu punya anak kayak Alfa yang nakalnya minta ampun!" Keluh Alfa dengan mengucapkan kalimat sakit hatinya. Alfa tersenyum saat mengutarakan kalimatnya ini, bahkan Ia menatap ke arah Alex yang terduduk disampingnya.     

"Nak, nakalnya anak seusia kamu ini sangat wajar. Bukan itu sebenarnya tujuan Ayah! Ayah sangat berharap ini kepada kamu." Sambung Alex dengan sabar menerima semua ucapan menyakitkan yang dilontarkan Alfa. Mungkin, jika dibandingkan dengan rasa sakit hatinya Alfa. Ini masih belum sakit dari Alfa. Dan Alex menerimanya.     

Alfa yang mendengar inipun hanya terdiam, senyuman yang Ia beri juga belum memudar, hanya saja, pandanganya kali ini mengarah ke depan. Ia tak kuat jika harus menatap Alex dalam kondisi seperti ini. Ia akan menerimanya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.