DUPLICATE.

BALAS ALFA MENGENAI ISI HATINYA



BALAS ALFA MENGENAI ISI HATINYA

0"Ayah berharap, dengan kekuatan yang kamu miliki saat ini, kamu mampu menolong orang lain yang lemah dan tertindas. Ayah ingin kamu menjadi orang yang berguna kepada orang lain di masa depan nanti. Karena ayah takut, jika dunia ini akan dikuasi oleh orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasihan, atau malah mereka menghilangkan sisi kemanusiaan yang sebenarnya sudah melekat di hati setiap manusia." Harap Alex yang mengutarakanya sedikit demi sedikit.     
0

"Ayah tidak melarang kamu untuk membenci ayah. Ayah juga tidak melarang kamu untuk memarahi ayah. Apalagi, kalah kamu memang tidak ingin berbicara maupun menatap ayah, ayah juga akan menerima itu semua. Karena Ayah tahu, apa yang ayah lakuin ke kamu ini tidak bisa kamu terima dengan baik! Tapi... Ayah mohon sama kamu, jadilah manusia yang baik walaupun kamu dikelilingi oleh orang yang jahat. Setidaknya, masih ada kebaikan di tumpukan keburukan!" Jelas Alex lagi.     

"Alfa..." Ucap Alex yang segera dihentikan oleh Alfa.     

"Yah," Potong Alfa mengenai ucapan yang dilontarkan oleh Alex.     

Mendengar Alfa yang memanggil sebutanya sebagai seorang Ayah. Alexpun terdiam dan menatap kearah Alfa. Ia menunggu Alfa untuk Alfa melanjutkan perkataanya.     

"Ayah tenang saja, Alfaeyza akan menggunakan kekuatan ini dengan sebaiknya. Semoga juga, aoa yang ayah harapkan kepada Alfa akan Alfa lakukan. Jika Alfa melakukan keburukan, Alfa tidak akan menggunakan kekuatan Alfa, Ayah! Biarkan Alfa yang jahat, buka. kekuatan yang Ayah berikan kepada Alfa." Jelas Alfa membalas harapan Ayahnya tercinta.     

Jujur Alfa sangat menyanyangi Ayahnya. Bahkan, untuk marah dan merasa kecewa saja Alfa tidak mampu. Mau bagaimanapun, walaupun Alex akan menghukumnya, menyakitinya, bahkan membuatnya terluka. Yang namanya Ayah ya akan tetap menjadi seorang ayah! Alfapun tak akan bisa membenci Ayahnya sendiri! Apapun hal yang akan terjadi.     

"Serta... Ucapan Ayah tentang Alfa yang membenci Ayah. Tenang saja, Itu semua tidak akan terjadi. Alfa memang awalnya marah. Namun, tidak bisa Alfa sampai membenci ayah, Alfa akan sangat merasa kesulitan jika Alfa tidak menatap bahkan mengajak Ayah berbicara. Alfa tidak bisa melakukan semua hal itu kepada ayah. Tenang saja, Ayah masih menjadi Ayah terbaik untuk Alfa versi Ayah! Ayah ya Ayah, semua yang Ayah lakukan adalah benar menurut Ayah. Dan Alfa akan menerima itu, mungkin, suatu saat nanti, barulah Alfa menyadari akan apa yang Ayah lakukan adalh sebuah kebenaran." Jelas Alfa tak kalah panjang dan lebar.     

Inilah saat yang tepat untuk Alfa membuka isi hatinya. Inilah saatnya yang tepat untuk Alfa mencurahkan isi hatinya. Semuanya akan sama-sama terbongkar akan perasaan yang sudah terucap satu sama lain.     

"Ayah sangat menyanyangi kamu! Ayah berjanji tidak akan melibatkan kamu lagi selama Ayah masih hidup dan bernapas di dunia ini!" Janji seorang Ayah keoada Anak sulungnya.     

Alexpun memeluk Alfa dan dibalas dengan pelukan hangat seorang anak berusia 15 tahun kala itu. Mereka berpelukan sangaaaat erat. mencurahkan setiap energi yang mereka miliki satu sama lain. Berusaha berdiri kokoh dengan melewati apa yang akan terjadi. Pelukan yang sama sekali tidak bisa dipisahkan. Dan ternyata, itu merupakan pelukan terakhir yang Alfa terima dari seorang Ayahnya. Yap, malam terkahir mereka mencurahkan hatinya satu sama lain.     

"Alfa juga sayang sama Ayah!" Balas Alfa mengucapkan kalimat tersebut.     

Tes     

Tes     

Tes     

Derai air mata pun mengalir tanpa membuat mereka malu. Mereka saling menangis dalam pelukan, seorang ayah dan anak lelakinya. Sama-sama menangis tanpa memperdulikan pandangan masyarakat mengenai lelaki tak boleh menangis. Justru, mereka menangis dalam keharuan dan kenyamanan. Mereka telah berhasil mencurahkan isi hati mereka satu sama lain. Tanpa rasa benci, namun kasih dalam hubungan keluarga.     

Di sisi yang lain, Raffaela benar-benar sudah hampir sampai di batasnya. Darah segar padahal sudah mencucur dari lubang hidungnya. Ia hanya menyeka darah itu, tanpa ingin menolak bayangan yang terus bergerak di masa lalu seorang permuda bernama Alfa itu. Pandanganya sedikit kabur, namun Ia tetap memaksa, apapun yang terjadi.     

Tanpa sadar, Raffaela juga ikut menitihkan air mata melihat kedua pria ini saling menagis dalam pelukan hangat, setelah semua perasaan mereka tercurahkan.     

"Sebentar lagi, bertahanlah! Lo bisa!" Batin Raffaela menguatkan dirinya sendiri.     

Raffaela kembali fokus untuk meneruskan apa yang sedang Ia lihat. Tak lupa, Ia masih setia mencatat bagian penting apa yang Ia lihat dan dengarkan. Baik urutan kejadian dan perkataan yang terucap. Memang hanya bagian yang penting saja, namun Ia pastikan itu adalah sebuah keseluruhan.     

keesokan harinya, Alfa dan Gabriella mendapatkan kabar bahwa Alex telah tiada di tangan kedua sahabatnya, yang juga masuk ke dunia penelitian. Hal ini sanagt membuat Alfa dan Gabriella terpukul berat. Mereka harus ikhlas.     

"Baru saja Ayah bilang tidak akan menyerat Alfa dalam dunia penelitian lagi sampai akhir hayat Ayah. Nyatanya, belum ada sehari Ayah berbicara demikian, Ayah sudah pergi meninggalkan Alfa, Mamah, dan Sheila sendirian di dunia ini. Atau Ayah sebenarnya sudah mengetahuj hal ini ya? Makanya, Yah semalam memeluk erat tubuh Alfa hingga kita menangis bersama?" Gumam Alfa yang berdiri di samping tubuh Ayahnya yang sudah tak bernyawa.     

Dilihatlah, Gabriella yang juga hancur dengan memeluk Alex di hadapan Alfa. Gabriella menangis dan tak mampu berucap sekalipun dengan Alfa. Gabriella selalu mengajak bicara Alex untuk yang menjadi terkahir kalinya sebelum akhirnya mereka benar-benar sudah tidak melihatnya lagi.     

Baik Alfa dan Gabriella sudah membicarakan hal ini kepada Sheila. Namun, keduanya harus berbohong dengan mengucapkan bahwa Alex tiada sebab kecelakaan mobil dengan sebuah truk.     

Sheila yang mendengar kabar tersebut menangis dan memutuskan untuk pulang pada hari itu juga menggunakan pesawat. Sheila tak sendirian, Om dan Tantenyapun menemani Sheila untuk menemui Alex di rumah.     

Ada rasa menyesal Sheila telah meninggalkan mereka untuk pergi ke Bali. Namun, hebatnya lagi, Alfa mampu menenangkan hati Sheila yang terluka karena ini.     

Ayahnya ditemukan oleh seseorang yang menghubungi Alfa. Orang tersebut ternyata seorang perempuan bernama Bu Ratna.     

.     

.     

.     

"Sial! Gue udah gak kuat lagi!" Pekik Raffaela kepada dirinya sendiri.     

Tak butuh waktu lama, untuk Raffaela tersungkur di lantai dengan keadaan menangis dan hidung yang masih mengeluarkan darah segar. Iapun terpejam, pingsan, dan sekaligus tidur malam. Ia tak menyadari bahwa sekarang jam sudah menunjukan pukul 2 malam. Sebuah penglihatan yang sangat lama akibat dari sebuah foto di liontin pemberian Tuan Damien.     

Padahal, liontin tersebut awalnya adalah benda yang tidak diminati oleh Raffaela. Untungnya Ia tidak membuang liontin tersebut. Atau untungnya Raffaela tidak memberikan liontin tersebut ke orang lain.     

Namun, hari ini adalah hari yang membuat Raffaela mendapatkan banyak pelajaran dari apa yang sudah Ia lihat. Apapun itu, semuanya sudah Ia rekam dalam bentuk tulisan. Untuk membuatnya tetap mengingat kejadian ini selama proses mengembalikan ingatanya yang hilang dimasa lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.