DUPLICATE.

RENCANA YANG BELUM SELESAI



RENCANA YANG BELUM SELESAI

0Di malam hari, di jendela Raffaela yang masih saja terbuka, membuat seorang pengamat mampu mengamati keadaanya dengan sangat leluasa. Seorang pemuda yang juga menjadi suruhan dari Tuan Federick. Sebebarnya pemuda itu sangat malas bila Ia harus ditugaskan untuk mengamati Raffaela seperti sekarang.     
0

Lihatlah, Ia harus berdiri di tengah malam dan disebuah roof top yang tingginya setara dengan kamar apartemen milik Raffaela. Beruntungnya jalanan sangat sepi. Dan Ia sangat lekuasa dalam mencapai tujuanya.     

"Lapor, Ayah! Raffaela alias Si Alfa itu tersungkur di lantai. Sebelumnya, Ia terus memegang kepalanya dan menggelengkan kepalanya. Mungkin karena rasa sakit yang ditimbulkan. Oh iya, sebelumnya lagi, Raffaela menemukan sebuah foto di liontin miliknya." Ujar pemuda itu kepada Tuan Federick.     

"Wah, Ayah rasa Dean tidak akan mau mengamati Alfa sampai selarut ini!" Balas Tuan Federick kepada anaknya yang Ia perintahkan untuk mengamati Raffaela as Alfa.     

Ucaoan ini dilontarkan Tuan Federick bukan tanpa alasan. Awalnya, Dean menolakn perintah Tuan Federick untuk mengamati Alfa atau Raffaela di dalam apartemen miliknya. Nyatanya, apa yang dilontarkannya berbeda dengan apa yang Ia lakukan. Itulah Dean, awalnya menolak keinginan Ayahnya. Namun, pada akhirnya mau tak mau Ia harus melaksanakan perintah ayahnya.     

"Kalau bukan Ayah yang memerintahkan ini kepada ku, Aku juga tidak mau melaksanakannya." Elah Dean dengan mengungkapkan apa yang telah Ia lakukan.     

"Lagian, ini Dean lakukan juga untuk membuat Ayah terlepas dalam misi yang tidak jelas ini. Emangnya buat apa kita nolongin Si Alfa itu? Bukankah dia ketangkap gara-gara rencananya sendiri?" Jujur Dean kepada Tuan Federick.     

"Hush, bukankah kalian pernah bermain bersama? Mengapa sekarang kalian seperti seorang yang tak kenal satu sama lain?" Tanya Tuan Federick.     

"Itu waktu kita kecil, Ayah! Memang Dean pernah bermain bersama Alfa. Tapi, sekarang udah jarang. Lagian waktu Alfa Ayah sekap juga Dean sudah menyambutnya dan menyapanya dengan sangat baik!" Ujar Dean mengenai pertemuannya dengan Alfa setelah beberapa tahun. Tentunya pertemuan tersebut sangatlah baik, menurut Dean.     

"Hem, menyapa dengan sangat baik ya? Bagus sekali sapaan kamu itu! Memangnya Ayah tidak tahu apa yang kamu lakukan kepadanya? Jelaslah ayah tahu, Dean." Papar Tuan Federick mengenai sikap Dean terhadap Alfa di pertemuan mereka.     

[Pertemuan mereka ada pada bab/chapter "Teman Masa Kecil Alfa" di Volume ke 2]     

"Begini, untuk masalah mengapa Ayah masih membantu Alfa? Dan pertenyaanmu mengenai rencana Alfa yang gagal karena Ia telah di tangkap? Jawabanya hanya ada satu, Dean. Yaitu, karena misi yang Alfa rencanakan itu, memang belum selesai," Sambung Tuan Federick mengenai keaslian misi dari Alfa as Raffaela.     

"Rencana yang belum selesai? Memangnya apa?" Tanya Dean yang penasaran dengan ucapan yang Ayahnya lontarkan kepadanya ini.     

"Nanti kamu lihat saja, kalau Ayah obrolin sekarang, gak akan ada kejutanya untuk kamu. Bukanya kamu juga mau melihat bagaimana kemenangan ataupun kekalahan Alfa? Bukankah kamu mau melihat kehancuran Alfa? Namun, Ayah pastikan bahwa kamu tidak akan melihat kehancuranya lebih dari apa yang barusan kamu lihat!" Cetus Tuan Federick yang lebih membuat Dean merasa penasaran.     

"Baiklah, akan Dean lihat sejauh mana Alfa akam bertahan. Tapi, harapan Dean, Alfa akan hancur bersama dengan semua yang telah Ia rencanakan." Cetus Dean sepihak.     

Iapun dengan segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari roof top tersebut dan kembali ke rumahnya. Walaupun, dirumah Dean hanya akan bersama Mamahnya saja, tanpa adanya Tuan Federick yang lebih suka menikmati hiduonya di laboratorium. Beruntungnya, istrinya tercinta mampu memahami apa yang sedang suaminya lakukan ini.     

"Ya ya ya, Ayah tahu apa yang menjadi keinginan mu!" Ucap Tuan Federick begitu Dean melangkahkan kakinya.     

Tak ada balasan lagi dari Dean, apa yang dilontarkan Tuan Federick ini, akan memjadi penutup diantara percakapan Ayah dan anak pada malam ini.     

***     

Pagi harinya....     

Ditempat yang sama, yaitu di sebuah apartemen kembali terlihat sesosok pemuda yang masih tertidur dengan mata yang terpejam. Karena jendela apartemen tersebut yang terbuka sedari malam, mampu membuat cahaya matahari untuk memaksa masuk ke apartemen tersebut.     

Merasa tidurnya terusik dengan cahay yang mampu menembus pemandanganya, sehingga membuat mata pemuda tersebut terbuka. Hal ini karena cahaya matahari mengirimkan sinyal ke otak bahwa hari ini sudah pagi, dan saatnya pemuda itu menjalankan aktivitasnya.     

"Nggggggh. Oh shit!" Umpat Raffaela begitu Ia terbangun dari tidurnya. Dan ternyata, sakit dikepalanya masih juga tak kunjung mereda.     

Iapun memegang sesuatu yang ada di hidungnya karena merasa ada yang tidak nyaman. Setelah itu, Ia teringat bahwa semalam, Ia mengalami mimisan yang membuatnya mengeluarkan darah melalui hidung. Dan sekarang, darah itu telah kering.     

Bentukan Raffaela pun juga tak kalah mengenaskanya. Selain karena kurangnya jam tidur. Matanya pun sembab karena menitihkan air mata.     

"Sial, ngapain aja gue semalem anjir!" Umpatnya lagi.     

Iapun segera bangkit dan melihat jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi. Yah, setidaknya Ia sudah menghabiskan waktu 4 jam untuk beristirahat di malam harinya.     

Raffaela segera merabah dan merapikan meja yang semalam Ia gunakan untuk menulis.Secara sekilas, Raffaela membaca hasil rangkumanya mengenai bayangan yang semalam berterbangan di dalam pikiranya.     

"Wuuh, mantab juga gue nulis hal kejadian sebanyak ini. Padahal itu kejadian milik orang lain. Kalau gue nulis bisa nih jadi senovel!" Pujinya pada dirinya sendiri.     

Tentunya Raffaela tidak menyadari bahwa apa yang Ia lihat adalah hal yang terjdai pada dirinya di masa lalu. Beginilah keuntungan dari Cloning Deluxie— kumpulan pembuat formula demi menguasai lingkungan sekitarnya. Dengan begini, £D berharap semua akan tunduk oada perintahnya. Sesuai dengan apa yang telah Ia lakukan kepada Alfa.     

"Eh, btw kan Alfa dapat kekuatan karena paksaan dari Ayahnya. Ngomong-ngomong kalau gue dapat kekuatan ini dari siapa? Apakah Bos yang memberikanya juga dengan secara paksa ke gue?" Halu Raffaela.     

Bukankah sudah jelas sebenarnya Ialah yang dipaksa oleh ayahnya?     

"Dahlah, dari pada kepala gue pusing lagi. Mending gue bikin sarapam terus mandi buat latihan sama Tuan Gege! Sekaligus gue bakalan nemuin tu cewe lagi buat ngasihin ini ke dia." Ujar Raffaela kemudian memasukan buku itu ke dalam tas yang akan Ia bawa di pelatihanya bersama Tuan Gege.     

Rutinitas Raffaela di pagi hari terhitung selalu sama. Yaitu, membuat sarapan kemudian menonton tv dengan channel kartun kesayanganya. Hingga jam menunjukan pukul 7 pagi, kemudian Ia akan mandi dan berangkat pukul 7.30 untuk datang tepat waktu di pelatihan Tuan Ge.     

Memang Alfa, ralat, Raffaela selalu datang tepat waktu. Kalaupun jalanna macet dan mengharuskan Ia telat. Ia tak akan segan mencari jalam alternatif kemudian menggunakan kekuatan kecepatanya itu. Sampailah Ia dengan sangat singkat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.