DUPLICATE.

BISIKAN BAGASKARA



BISIKAN BAGASKARA

0Disebuah ruangan yang terlihat menawan, terlihatlah Bagaskara yang sudah tertidur dengan pulas. Ia langsung tertidur begitu mendapat makanan yang sudah di campurkan obat tidur oleh Tuan Federick. Kini, Tuan Federick langsung melancarkan aksinya.     
0

"Apa yang telah kau lakukan Gipson? Apakah formula itu juga mengubah sifat seorang ayah dari dirimu?" Ucap Tuan Gipson miris begitu melihat Bagaskara seperti ini. Ia tak menyangka, ternyata anak-anak dari mereka—Gipson dan Alexander— yang mendapatkan efeknya.     

Tuan Federick melangkah menjauhi Bagaskara untuk mengambil suntikan bius untuk tidak menimbulkan rasa sakit ketika Ia melancarkan aksinya. Setelah suntikan bius lokal itu berada ditanganya, Ia langsung saja menyuntikanya di bagian tengkuk leher Bagaskara. Dengan bagini Ia langsung mengambil sebuah pisau bedah yang berukuran kecil. Tanpa berpikir panjang, Tuan Federick dengan segera membedah secara kecil dibagian tengkuk leher Bagaskara untuk mengambil Chip yang ada di tubuh Bagaskara.     

Sebenarnya Tuan Federik merasa kurang sopan karena Ia mengambil chip itu tanpa persetujuan dari Bagaskara. Tuan Federick mengerti keberadaan chip itu ketika dirinya memberikan suntikan black formula kepada Bagaskara. Saat sebelum Bagaskara sadar dari halusinasinya, Tuan Federick sempat menyentuh tengkuk leher Bagaskara dan merasakan ada sesuatu yang mengganjal.     

Setelah dibedah, Tuan Gederick langsung mengambil chip itu, beruntungnya chip itu hanya berada di permukaan, tidak begitu tertanam lebih dalam di kulit Bagaskara.     

"Besok akan saya sampaikan ke Bagasakara.Tapi sepertinya Bagaskara sudah mengetahui hal ini." Ucap Tuan Federick berjanji akan menceritakan tindakanya ini kepada Bagaskara pada esok harinya.     

"Maafkan kami, Bagaskara!" Ucapan lirih keluar dari mulut Tuan Federick setelah berhasil mengeluarkan chip dari tubuh Bagaskara.     

***     

Pagi Hari-nya, Alfa tetap melajukan mobilnya menuju ke rumah Tata. Ia sebenarnya tak tahu apa yang akan di lakukanya ketika sudah bertemu denganya. Tapi, Sheila mengingatkan Alfa untuk menjemput Tata seperti biasanya walaupun Tata tidak memintanya.     

Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan gerbang rumah Tata, dan ternyata Tata juga kebetulan sedang membuka gerbangnya. Tata terkaget, masih bisakah Alfa menjemputnya setelah kejadian semalam? Setidaknya itulah yang ada dipikiran Tata.     

"Ni anak, bisa-bisanya masih ke rumah gue setelah kejadian semalem," Batin Tata yang tak menyangka akan terjadi kejadian seperti ini.     

"Kak Tata, kebetulan sekali Kak Tata membuka gerbang," Ucap Sheila ramah karena Ia tidak mengetahui konflik antara Tata dan Alfa.     

"Gak usah, Sheil. Gue udah pesen ojol buat berangkat ke sekolah." Bohong Tata untuk memberikan sebuah alasan.     

"Yah, dibatalkan aja, Kak. Mumpung belum sampai." Ucap Sheila dengan polosnya.     

"Kasihan abang ojolnya dong Sheil. Udah capek mau bergerak untuk datang kesini." Ucap Tata berusaha mempertahankan argumenya.     

Melihat raut Tata yang tak pernah mengarah ke Alfa, dengan segera Ia paham bahwa Tata kini sedang berbohong kepada dirinya dan Sheila.     

"Masuk aja, Ta! Gue tahu lo bohong!" Ucap Alfa yang pada akhirnya bersuara, membuat Tata diam ditempat.     

"Si-siapa bilang gue bohong?" Ucap Tata dengan gelagapan, Ia bingung harus bagaimana dan bersikap seperti apa.     

"Mana tunjukin buktinya kalau lu udah pesen ojol?" Tantang Alfa kepada Tata.     

Sekali lagi Tata dibuat tidak bisa berkutik dengan ucapan Alfa. Tata terdiam, sedangkan Alfa dan Sheila sudah menatapnya dan menunggu buktinya.     

Tin Tin,     

Suara klakson terdengar membuat Tata kaget dan segera menengok ke sumber suara. Betapa leganya Ia begitu melihat Dika datang bersama motor miliknya.     

"Untung benget Dika datang. Thanks Dik, lo jadi penyelamat gue pagi ini." Batin Tata bernapas lega.     

"I-itu ojol gue!" Ucap Tata begitu melihat Dika berhenti didekat mereka.     

"Yuh, Ta. Berangkat!" Sapa Dika kepada Tata.     

Mendengar ucapan Dika, Tata kemudian tersenyum dan berpamitan kepada Alfa dan Sheila.     

"Sheila, Gue pergi dulu ya berangkat sama Dika. Maaf ya Sheil, ngerepotin." Ucap Tata kepada Sheila kemudian kepada Alfa.     

"Sorry ya, Fa." Ucap Tata dengan nada yang sedikit rendah kepada Alfa.     

Setelah berkata demikian, Tata dengan segera menaiki motor Dika, Dikapun melajukan motornya setelah Ia menyapa Sheila dan juga Alfa sebagai formalitas.     

"Abang marahan lagi sama Kak Tata ya, Bang?" Tanya Sheila yang menyadari bahwa atmosfer.     

"Begitulah," Jawab Alfa pasrah.     

"Marahan mulu perasaan," Ucap Sheila.     

"His, gapapa lah, masalah Abang. Ntar juga baikan sendiri. Yuklah berangkat!" Ucap Alfa.     

Disisi lain....     

"Huaaaa, thanks Dik, lu udah nelametin hidup gue pagi ini. Sumpah gak kebagang kalau lo gak dateng. Yang pertama gue ketahuan bohobg, terus gue bakalah berangkat barenga sama Alfa, terus-terus gue bakalan mati canggung selama di perjalanan. Gila gak tuh!" Ucap Tata panjang lebar memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi.     

"Hehehe, gue soalnya keinget, masa lo mau di jemput sama Alfa. Kalaupun enggak berarti lo naik ojol dong." Jawab Dika.     

"Gue niatnya memang mau naik ojol, tapi begitu buka gerbang gue udah lihat Alfa dan Sheila di depan gerbang." Ucap Tata menjelaskan.     

"Oalah, pantesan." Jawab Dika sekenanya.     

***     

Setelah Tata dan Dika sampai di kelas, tak lama kemudian, Alfa juga berada di belakang mereka. Alhasil, Tata yang canggung akhirnya memilih untuk duduk disebelah Alfa. Entahlah apa yang ada dipikiran Tata, ini untuk membuatnya merasa nyaman atau justru Tata lari dari masalahnya terhadap Alfa. Yang pasti Ia tidak ingin membebani pikiranya lagi untuk hari ini, sudah cukup Ia menangis dan overthingking semalaman. Hari ini sebisa mungkin Ia menepis dahulu masalah diantara mereka.     

"Bagas, gue minra tolong sama lo. Bisa gak untuk sementara lo duduk disebelah Alfa dulu." Pinta Tata kepada Bagaskara.     

Alfa yang berdiri tepat di belakang Tata, hanya bisa terdiam mendengar permintaan Tata kepada Bagaskara.     

Bagas melirik Alfa di belakang Tata, dengan segera Alfa menganggukan kepala tanda menyetujui perkataan Tata untuk Bagaskara.     

"Oke, deh. Tapi kalau bisa sehari ini aja ya, Kalau bisa lagi sampai jam istirahat. Soalnya gue gak terbiasa lihat lo semenjauh ini dari Alfa." Ucap Bagas diluar pikiran Tata.     

Ucapan itu justru membuat Tata lebih malu lagi, dan menyadarkanya bahwa Tata sudah terlalu dekat dengan Alfa. Tapi bagaimana bisa dirinya bersalah atas hal 'pengkhianat' yang berada di pikiran Alfa? Setidaknya Itu yang dipikirkan Tata.     

"Gue gak tahu sampai kapan," Ucap Tata lemas.     

Dika hanya melihat percakapan antara Tata dengan Dika.     

Setelah mendengar ucapan itu, Bagaskara mendekati Tata dan berbisik kepadanya,     

"Gue kenal Alfa dengan baik, apapun yang ada di pikiran lo tentang Alfa, itu semua salah. Alfa gak mungkin bisa membenci bahkan marah terlalu lama dengan sahabatnya sendiri." Bisik Bagaskara kepada Tata tepat di samping telinga Tata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.