DUPLICATE.

EKSEKUSI MATI SEORANG PENGKHIANAT



EKSEKUSI MATI SEORANG PENGKHIANAT

0Tap     
0

Tap     

Tap     

Suara langkah kaki seorang pemuda menggema di sepanjang lorong yang Ia lewati. Pemuda itu teramat tampan dengan menggunakan jas hitam dengan dalaman kemeja putih. Tak lupa, jam tangan yang berwarna hitam melingkar rapih di tangan kiri pemuda itu, menambah kesan begitu elegan di tubuhnya.     

Tujuan pemuda itu adalah memasuki sebuah ruangan yang merupakan ruangan pimpinan organisasi ilegal miliknya. Ruangan itu terletak di paling ujung lorong yang sedang Ia tempuh. Ruangan tersebut merupakan salah satu ruangan yang sangat terjaga, tak semua pekerja di markas tersebut dapat memasuki ruangan itu tanpa persetujuan dari pimpinanya.     

Pemuda itu terus berjalan dengan sangat gagah menuju ujung lorong itu. Sampai pada akhirnya pemuda tersebut berdiri tepat di hadapan pintu berukuran besar. Pintu itu kira-kira sebesar 3 kali lipat dari ukuran tubuh pemuda tersebut.     

Setelah berada tepat dihapan ruangan yang Ia tuju, pemuda tersebut dengan segera memajukan wajahnya mendekati alat pendeteksi wajah yang berada di samping pintu itu. Tak lupa, pemuda tersebut juga membuka matanya untuk mengizinkan alat pendeteksi itu mendeteksi kornea matanya. Sebegitu ketatnya ruangan tersebut untuk dimasuki seseorang.     

Criing cring. kling     

"Raffaela, want to entry the room," Ucap alat pendeteksi itu dari dalam ruangan. Memberitahukan kepada Sang Tuan, siapa yang akan masuk keruanganya dan menemuinya dengan segera.     

Mendengar siapa yang hendak memasuki ruangan, tanpa basa-basi pemimpin itu segera membuka pintu untuknya.     

"Buka pintu!" Ucap Sang Tuan dengan segera pintu yang lebar itu terbuka dengan segera.     

Setelah pintu itu terbuka lebar, pemuda bernama Raffaela-pun memasuki ruangan yang mengantarkanya di hadapan pimpinan organisasi ini.     

"Yoo, Raffaela!" Sapa pimpinan itu dengan menyatukan jari-jari tanganya di atas meja.     

Senyuman licik terukir dibalik topeng yang Ia kenakan, topeng yang selalu menutupi identitas asli wajahnya. Ia memang sengaja menutupi identitasnya untuk kepentingan pribadinya. Tak heran, banyak juga pekerja di sana tidak pernah melihat wajah asli dari pimpinan tersebut. Kecuali, Leo—sebuah kloningan yang menjadi tangan kanan pimpinan tersebut.     

"Bos!" Sapa Pemuda itu bernama Raffaela kepada sang Tuan dengan berdiri menatap sang Tuan.     

"Ada apa bos? Kenapa memanggil saya untuk menghadap bos?" Tanya Raffaela dengan ekspresi wajah yang biasa saja.     

"Yoo, Raffaela! Saya memanggil kamu karena kamu akan menerima sebuah perintah. Perintah itu yaitu, mengeksekusi bawahan Saya yang telah berkhianat kepada Saya! Bawahan Saya itu bernama Refalda!" Ujar Pimpinan itu kepada Raffaela—bawahan £D yang baru saja resmi beberapa hari yang lalu.     

Seperti yang kita tahu sebelumnya, di markas ini tidak hanya sebuah kloningan saja yang menjadi bawahan dari £D. Manusia yang haus akan kekuatan dan di iming-imingi dengan kekuatan-pun rela bergabung kepada £D dan menerima untuk selalu mengabdi kepada £D.     

"Siap, Bos!" Jawab Raffaela dengan entengnya. Toh, Ia pun akan menerima semua perintah Sang Tuan kepadanya. Bisa dibilang kalau Raffaela merupakan bawahan paling setia selama beberapa hari kemarin. Terhitung sejak sebulan yang lalu saat Ia resmi bekerja di Cloning Deluxie yang di rekrut langsung oleh £D.     

Tak dapat dipungkiri, sedikit demi sedikit kegelapan yang ada di tubuh pemuda itu kian memuncul ke permukaan. Entah bagaimana Ia bisa berada di lingkungan seperti ini, yang jelas pemuda itu tidak mengetahui kehidupan masa lalunya yang seperti apa.     

Awalnya pemuda itu tertidur, sesaat setelah Ia terbangun, Ia telah berada di dalam markas ini. Kata orang, Ia merupakan salah satu bawahan £D yang sangat kejam. Ia telah membunuh banyak nyawa yang telah berkhianat kepada pimpinanya yaitu £D. Karena hal ini, Ia pun ditakuti banyak orang. Namun, pemuda itu sama sekali tidak mengingat bagaimana kehidupanya yang telah Ia lalui!     

Pemuda itu juga tak mengerti, dimana keluarganya dan siapa saja yang menjadi temanya. Yang jelas, Raffaela tinggal di sebuah apartement mewah yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya.     

Setelah mendapatkan perintah sedemikian rupa, pemuda itu—Raffaela kembali meninggalkan £D yang masih menatapnya dengan senyuman. Sorot mata £D menggambarkan betapa liciknya sifat yang menjadi kebangganya itu.     

Tap     

Tap     

Tap     

Pemuda itu pun kembali menyusuri lorong yang remang-remang. Kini, saatnya memasuki ruang bawah tanah untuk mengeksekusi seorang bernama Refalda dengan segera. Setelah itu, Ia akan pergi untuk bersenang-senang.     

Sebenarnya Raffaela sendiri tidak mengenal siapa itu Refalda. Padahal, Refalda adalah seseorang yang sudah lama mengabdi kepada Cloning Deluxie. Namun, tak ada bayangan yang Raffaela pikirkan mengenai orang tersebut.     

CTAZZZ!     

"AAAKH, Tolong ampuni Saya!" Ujar seseorang yang sedang berteriak dari bawah sana.     

Raffaela-pun menghiraukan teriakn tersebut. Ia hanya perlu menutup telinganya untuk tidak terpengaruh dengan ucapan yang dilontarkan.     

CTAZZZ!     

"Saya Mohon, akh!" Ucap orang itu kian terdengar dengan jelas.     

Suara itu kembali lagi terdengar dan memasuki gendang telinga milik Raffaela, semakin Raffaela mendekati ruang bawah tanah, suara itu semakin kian terdengar dengan jelas.     

CTAZZZ!     

"Saya tidak bermaksud mengkhianati Tuan! Percayalah!" Semakin kesini, ucapan yang terlontar dari mulutnya semakin terdengar dengan volume yang lirih. Bisa dilihat, Ia pun telah kehabisan tenaga hanya untuk menahan rasa panas yang menjalar di setiap bagian tubuhnya.     

Sekarang, setelah Raffaela sampai di tempat eksekusi, sudah ada beberapa kloningan yang meyambutnya dengan sangat rasa hormat. Mereka menghentikan aktivitasnya begitu melihat keberadaan Raffaela yang telah berdiri di ujung tangga.     

Melihat hal tersebut membuat Raffaela kembali berpikir. Apakah semua yang dikatakan orang-orang disini mengenai identitasnya adalah sebuah kebenaran? Bahwa Raffaela memiliki sisi yang sangat gelap di markas tersebut. Sampai-sampai tak ada satupun kloningan disana yang berani mengusik ketenangan Raffaela.     

"Tolong ampuni Saya! Saya tidak bermaksud untuk berkhianat!" Ujar lelaki itu lagi. Ternyata suara-suara yang di dengar Raffaela saat hendak menuju kesini adalah suara yang berasal dari Refalda yang hendak di eksekusi mati.     

Dilihatnya, Refalda telah mengeluarkan darah segar, yang Raffaela yakini bahwa pria malang itu sebelumnya telah disiksa oleh petugas ruang eksekusi ini.     

Tak tega sebenarnya bagi Alfa untuk membuatnya mati dan meninggalkan muka bumi ini. Namun, Ia juga tak menyukai bila ada seseorang yang berani berkhianat kepada dirinya sendiri. Toh apa gunanaya untuk kita mengasihani orang-orang yang tidak pernah berpikir tentang diri kita? Mereka hanya membuka rahasia demi mendapatkan apa yang mereka inginkan semata.     

"Saya sudah mendapatkan perintah untuk segera mengeksekusi pria ini dengan cepat." Ujar Raffaela memberitahukan apa tujuanya untuk datang ke ruang eksekusi pada malam ini.     

"Tidak, tidak! Saya mohon ampuni Saya! Apapun hukumanya Saya siap bertanggung jawab, Ta-tapi tolong biarkan Saya hidup sekali lagi! Saya tidak ingin membuat keluarga Saya kecewa pada Saya!" Ujar Refalda yang tak gentar untuk tetap meminta belas kasihan, setidaknya kepada Raffaela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.