DUPLICATE.

BERTEMU PRIA ANEH!



BERTEMU PRIA ANEH!

0Mendengar pria paruh baya itu mengucapkan pertanyaanya, membuat Raffaela mengerutkan dahinya.     
0

"Memangnya kita pernah bertemu?" Batinya dalam diam sembari mengingat-ingat kejadian masa lalu yang mungkin bisa terlintas di benaknya.     

Tapi sayangnya tidak, justru Ia semakin tidak menemukan apa-apa tatkala Ia mencoba membongkarnya.     

"Anda siapa? Pernahkah kita bertemu sebelumnya?" Tanya Raffaela dengan sopan kepada pria tersebut. Iapun melupakan kenyataan bahwa pria tersebut sebelumnya telah membuatnya merasa kesal.     

"Oh maafkan, mungkin Saya salah orang!" Jawab pria paruh baya itu dengan kembali menunjukan senyuman yang terukir di bibirnya.     

"Huuuh, bikin gue pusing aja ni Pak Tua!" Batin Raffaela lagi.     

"Hm, baiklah!" Jawab Raffaela singkat menanggapi pernyataan Pria tersebut.     

Mereka berdua melupakan keberadaan Daren yang sekarang sudah pergi melayani orang lain. Jika seperti ini, Raffaela akan menuangkan minumanya untuk dirinya sediri. Ia pun lebih memilih untuk diam daripada harus berbicara kepada Pak Tuan itu yang akan membuatnya semakin kesal.     

Raffaela kemudian meneguk minumanya yang sebelumnya dihentikan oleh pria paruh baya itu. Tapi, Raffaela pada akhirnya merasakan rasa tidak nyaman ketika pria paruh baya itu mengamatinya tanpa henti. Beberapa kali Raffaela melirik kearah pria itu. Tapi, Pria itu tak gentar untuk menatapnya secara terus menerus. Sampai akhirnya Raffaela bertanya kepadanya.     

"Maaf, Tuan. Kenapa Anda selalu melihat ke arah Saya? Apakah ada yang aneh kepada diri Saya?" Ujar Raffaela memberanikan diri untuk bertanya.     

Pria tersebut justru tertawa mendengarnya.     

"Apa-apaan sih ni Pak Tua, bukanya menjawab pertanyaan yang gue lontarkan. Eh, malah ketawa gak jelas gini!" Batin Raffaela kembali dibuat kesal. Ia terdiam menunggu pria tersebut berhenti tertawa.     

"Apakah kamu masih sekolah?" Tanya Pria paruh baya itu pada akhirnya membuka suara.     

Mendengar ada yang menanyakan statusnya membuat Raffaela kembali berpikir,     

"Benar, juga! Seharusnya seusia gue ini masih sekolah! Lah, kenapa gue ada disini sekarang?" Batin Raffaela bertanya dan melupakan tujuanya datang kesini.     

"Tapikan gue udah punya banyak uang karena kerja di bawah Cloning Deluxie, ngapain juga gue sekolah? Tapi, apakah gue di masa lalu juga sekolah?" Lanjutnya masih hanyut dengan pikiranya sendiri.     

"Entahlah, Saya melupakan apa yang pernah Saya alami di masa lalu. Termasuk apakah Saya sekolah atau tidak," Jawab Raffaela jujur pada akhirnya.     

Lelaki itu hanya menganggukan kepala ketika mendengar perkataan Raffaela.     

"Pantas saja dia tidak mengenaliku!" Gumam pria paruh baya itu dengan menundukan kepalanya. Raffaela mendengar bahwa pria tersebut bergumam, tapi Ia tak mendengar apa yang dibicarakanya.     

"Apakah Anda berbicara dengan Saya?" Tanya Raffaela yang mendengar pria itu bergumam.     

"Oh tidak, hanya gumamam tidak penting!" Jawab pria itu.     

"Lalu, apa yang sedang kau kerjakan akhir-akhir ini?" Sambung pria itu bertanya.     

"Hanya melakukan pekerjaan yang sangat menyebalkan. Bahkan, Saya tidak menyukai pekerjaan itu!" Jawab Raffaela berkeluh kesah lagi.     

"Mengapa tidak keluar saja?" Ucap Pria itu yang ada benarnya juga.     

Jawaban yang akan dilontarkan Raffaela terpotong tatkala ada seorang bartender yang bertanya kepada pria paruh baya itu.     

"Mau minum apa, Pak?" Tanya bartender kepada pria itu yang duduk di sebelah Raffaela.     

"Minum kopi saja, ada?" Tanya Pria tersebut kepada bartender.     

"Ada, Pak. Bar kami untungnya menyiapkam kopi juga." Jawab Bartender itu.     

"Baiklah, kopi hitam panas satu!" Pesan pria itu, dengan segera bartender itu meninggalkan mereka berdua untuk menyiapkan pesanan.     

"Bagaimana nak?" Tanya pria itu meminta jawaban atas pertanyaanya yang sempat terputus tadi.     

"Bagaimana ya, Saya sendiri tidak mengerti mengapa Saya tidak keluar dari pekerjaan itu. Saya rasa, jika Saya mempertahankan pekerjaan itu, seluruh ingatan Saya akan kembali lagi! Maka dari itu, sebisa mungkin Saya harus bertahan dan mengabdi kepada mereka!" Jawab Raffaela dengan membongkar alasanya.     

Entah apa yang dipikirkan Raffaela, tapi Ia sangat tenang menjawab semua oertanyaan pria ini. Mengapa? Bukankan biasanya Raffaela cenderung tertutup dengan orang yang tak Ia kenali? Tapi, mengapa semua jawaban jujurnya Ia lontarkan dihadapan pria ini? Apakah benar yang dikatakan pria ini bahwa sebelumnya mereka pernah bertemu?     

Tak lama kemudian bartender itu memberikan kopi hitam panas kepada pria paruh baya itu, Ia pun langsung menyambar kopi itu untuk Ia teguk beberapa tegukan. Kemudian Ia kembali menatap ke arah depan, sudah ada beberapa kata dan kalimat yang akan Ia sampaikan kepada pemuda ini sebelum Ia pergi meninggalkanya.     

"Nak, kalau boleh Saya sarankan kepada kamu, Carilah apapun hal yang bisa membuat ingatanmu kembali, sebelum kau sendiri menyesali atas apa yang kau kerjakan hari ini!" Pesan Pria paruh baya itu tanpa memandang ke arah Raffaela, sedangkan Raffaela sendiri masih mencermati kata-kata yang keluar dari mulut pria itu!     

Tak lama kemudian pria itu berdiri dari tempat duduknya. Bisa dipastikan bahwa pria itu akan pergi meninggalkan Raffaela dengan kebingunganya atas apa yang baru saja dilontarkan pria itu.     

"Maaf, Tuan. Bolehkah Saya mengetahui siapa nama Tuan?" Tanya Raffaela memberanikan diri. Untuk pertama kalinya Raffaela penasaran dengan siapa Ia berbicara, padahal orang tersebut tidak Ia kenali sebelumnya.     

"Panggil saja Saya, Tuan Federick!" Jawab pria paruh baya itu dan hendak melangkah pergi, namun terhenti.     

"Oh iya satu lagi, Saya rasa kau memang masih sekolah, Nak! Jadi tolong hentikan meminum bir di tempat seperti ini dan segera letakan minuman yang ada di tanganmu. Lekas itu, bersegeralah pulang untuk beristirahat!" Ujar Pria tersebut seperti orang tua dari Raffaela yang begitu cerewet jika melihat anaknya sedang melakukan hal yang tidak pantas.     

Pria tersebut berujar sedemikian rupa tanpa melihat ke arah Raffaela, setelah semua ujaran itu keluar dari mulut pria itu. Ia pun langsung melangkah pergi dan meninggalkan bar ini.     

Cliiiing, Pintu itu kembali terdengar tatkala pria itu melangkah keluar.     

Setelah melihat pria yang bersama dengan Raffaela melenggang pergi, Daren pun menghampiri Raffaela lagi dan hendak bertanya mengenai pria itu.     

"Siapa dia?" Tanya Daren yang sudah berada tepat di hadapan Raffaela.     

"Hanya pria tua yang mengaku pernah bertemu sama gue! Tapi gue sama sekali gak mengingatnya, bahkan gue gak kenal sama dia!" Jawab Raffaela yang tidak ingin membahasnya.     

"Daren, berikan aku minuman lagi! Mungkin ini akan menjadi minuman bir terenak yang akan menjadi minuman terakhir gue!" Perintah Raffaela dengan memberi kode kepada Daren.     

Dengan tanpa menunggu waktu lama, Daren kemudian menuangkan minuman itu lebih banyak dari sebelunnya yaitu setengah dari ukuran gelas yang di ganggam oleh Raffaela.     

"Mengapa lebih banyak, Daren?" Tanya Raffaela kepada Daren.     

Daren menutup matanya dengan berucap,     

"Biarlah minuman ini menjadi minuman bir terkahir yang kau teguk, seperti apa yang kau ucapkan sebelumnya!" Ujar Daren tanpa dengan panggilan lo dan gue.     

"Huum, baiklah!" Ujar Raffaela kemudian segera meneguk bir itu! Huh, apa ini? Rasanya justru berubah lebih masam dari yang sebelumnya.     

Sembari menetralkan sisa rasa bir dimulut Raffaela, Iapun berucap kepada Daren,     

"Daren, kemungkinan gue gak akan kesini lagi untuk waktu yang lama!" Ujar Raffaela mantab untuk menemukan apa yang menjadi jawaban dari hilangnya ingatan dia. Dan perkataan itu sudah di rasakan oleh Daren sebelumnya.     

"Pria itu benar-benar merubah Raffaela dalam sekalo pertemuan," Batin Daren.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.