DUPLICATE.

KEBERADAAN ALFA



KEBERADAAN ALFA

0Alfa yang sedang terduduk di ranjangnya pun menatap pria paruh baya itu dengan tatapan yang tajam. Salah satu tangan Alfa terantai pada ujung ranjang itu. Ia juga mengenal dengan betul siapa pria itu. Namun, memang pria itu tak cukup akrab dengan Alfa.     
0

"Cih, apa yang akan kau lakukan padaku hari ini, Tuan Federick?" Tanya Alfa menunjukan wajah datarnya.     

"Aku tak akan berniat untuk menelitimu, Alfa. Seperti yang aku katakan sebelumnya. Aku hanya ingin menawarkanmu untuk bergabung dengan Kami! Alfaeyza Alexander!" Ucap Tuan Federick kepada Alfa. Mendengar ucapan itu membuat Alfa menarik napasnya.     

"Tuan Federick, dari kemarin kau selalu membicarakan tentang kerja sama itu. Kalau boleh aku kasih saran, sebaiknya kau beri aku makanan saja. Aku sudah menahan lapar sejak tadi." Ucap Alfa kelewat santai. Tuan Federickpun tersenyum melihat tingkah anak dari temanya ini.     

"Green, tolong ambilkan makanan untuk anak ini!" Ucap Federick kepada salah satu asistenya bernama Green. Dengan segera Green pergi meninggalkan mereka.     

"Dan untuk mu, Alfa. Saya minta maaf karena Deny memperlakukanmu dengan kasar." Lanjut Federick meminta maaf kepada Alfa.     

"Sudahlah, Tuan Federick. Simpan saja permintaan maafmu itu. Hal itu tak akan membuat tubuhku kembali seperti semula. Setelah suruhanmu itu mencabuku dikala aku terkapar oleh biusan listrik yang dibuat Om Gipson." Ucap Alfa mengingat kejadian yang lalu. Memang benar, sekarang punggung Alfa terdapat bekas cambukan. Hal itu terjadi karena suruhan Federick bernama Deny.     

Apakah kalian berpikir mengapa Alfa tak pergi saja dari tempat itu? Atau bukankah Alfa juga bisa menyembuhkan lukanya sendiri karena kekuatan itu? Pemikiran yang bagus. Tentu saja jawabanya adalah, ruangan itu merupakan ruangan yang dapat meredam kekuatan Alfa. Bisa dikatakan bahwa kekuatan yang dimiliki Alfa tidak akan mempan bila dirinya berada di ruangan itu. Sudah jelas bukan?     

Setelah menunggu beberapa menit, Green kembali dengan membawakan sepiring makanan lengkap dengan buah dan minuman. Cukup mewah bukan? Karena hal tersebut tak akan membuat Tuan Federick jatuh miskin. Green segera menaruh makanan itu dimeja sebelah ranjang Alfa.     

"Halo Nona Green, aku penasaran. Kenapa kau mau bekerja sama dengan pak tua ini? Kau masih mudah Nona Green, kau masih bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang kau lakukan ini, Nona Green!" Sapa Alfa sekaligus memberikan pertanyaan yang mengganjal di pikiranya kepada Green.     

"Karena saya memang akan mengabdikan diri saya untuk bekerja di bidang penelitian. Sekaligus mendukung visi perusahaan ini untuk menciptakan masa depan yang baik tanpa penggunaan bahan yang membahayakan." Jawab Green dengan sejujurnya.     

"Bagus sekali Nona Green, jawaban yang cerdas!" Puji Alfa mendengar jawaban yang dilontarkan Green.     

"Alfa Alfa. Kau sama saja dengan sikap Alex yang selalu bersikap santai dalam menyikapi kejadian yang dialaminya." Federick yang sedari tadi melihat percakapan antara Alfa dan Green hanya tersenyum. Dirinya sekarang benar-bebar melihat Alex dalam diri Alfa.     

"Tuan Federick, bisakah kau melepaskan Aku? Aku bosan harus berada disini terus!" Keluh Alfa seraya memohon seperti anak kecil.     

"Aku akan membebaskanmu setelah kau mau bekerja sama denganku, Alfa! Dan makanlah makananmu sebelum Dean datang untuk menghukumu. Kau tahu aku tak bisa mencegah keinginya untuk menyiksamu bukan?" Ucap Federick memperingatkan. Dean adalah anak dari Federick. Alfa dan Dean pertama kali bertemu saat usia mereka 5 tahun. Namun, mereka memang tak cukup akrab untuk menjadi teman.     

"Ya ya, Tuan Federick. Aku tahu, tapi aku peringatkan kepadamu untuk tak selalu memanjakan anakmu itu!" Ucap Alfa memberikan saran yang tepat.     

"Akan aku pikirkan saranmu itu, Alfa. Beristirahatlah!" Ucap Federick kemudian pergi meninggalkan Alfa sendirian di dalam ruangan itu. Tak lupa Federick kembali menutup pintu besi itu.     

***     

KRIIIIIIIIING     

"Oi Fa, gue pulang dulu ye." Pamit Dika kepada Alpha dan Sheila.     

"Gue juga, Fa." Timpal Bagas kemudian pergi meninggalkan Tata dan Alpha yang masih di dalam Kelas. Dikapun juga ikut pergi meninggalkan mereka.     

"Yuh, Fa. Buruan!" Ajak Tata kepada Alpha. Alphapun menganggukan kepalanya dan menggendong tasnya di pundak kananya, sedangkan tali yang kiri Ia biarkan kebawah.     

"Fa, emangnya lo kemana aja saat lo gak masuk sekolah?" Tanya Tata yang masih penasaran dengan kegiatan Alpha. Mendengar pertanyaan yang sama, Alpha juga masih kebingungan untuk menjawabnya.     

"Ehm, sorry, Ta. Kemarin kepala gue sempat kejedot. Terus pusiiiiiiing banget. Jadinya lupa." Ucap Alpha bohong. Tentu saja Tata tak mempercayai ucapan Alpha. Tata kemudian memajukan mulutnya dan cemberut.     

"Boong banget. Yaudah deh, mungkin lo gak mau ngasih kebenaranya. Gue hargai privasi lo." Ucap Tata yang akhirnya mengalah.     

"Seriusan, Ta. Emangnya Gue pernah bilang apa ke lo sebelum gue pergi?" Tanya Alpha sekaligus ingin mencari informasi apa saja yang telah Tata ketahui tentang Alfa.     

"Seriusan lo lupa?" Tanya Tata memastikan. Alphapun langsung menganggukan kepalanya.     

"Ehm, seingat gue, Lo pingin nyelametin Bagas dari ayah angkatnya. Terus kata lo gara-gara formula apa itu, gue gak tahu. Dan kata lo juga, nyelametin Bagas bisa jadi dengan taruhan nyawa lo sendiri. Gitu." Jelas Tata singkat.     

"Oalah, Sheila tahu gak tentang ini?" Tanya Alpha.     

"Sheila gak tahu, tapi dia sering nyariin lo dan nanyain keberadaan lo dimana. Dia juga nanya ke gue, kenapa kok lo gak pamitan langsung atau nge message si Sheila." Ucap Tata     

"Oke deh, thanks ya. Udah gak ngomongin ini ke Sheila," Ucap Alpha. Tata hanya menganggu tersenyum     

Mereka berjalan menyusuri koridor dan pergi menuju ke kelas Sheila. Biasanya Sheila yang akan menghampiri Alfa jika dirinya meminta sesuatu ke Alfa. Namun, entah kenapa hari ini dirinya tak kunjung ke kelas Tata dan Alfa.     

Sesampainya di pertigaan menuju ke kelasnya Sheila. Ternyata Sheila sedang bersama dengan Leo. Tata meminta untuk Alpha berhenti dan membiarkan Sheila menyelesaikan pembicaraanya dulu dengan Leo. Alhasil, Tata dan Alpha menunggu diparkiran sembari menunggu kedatangan Sheila. Setelah sampai di parkiran, Tata mengirimkan pesan untuk menginformasikan kepada Sheila bahwa Tata dan Alpha menunggunya di parkiran.     

Untuk informasi, Sheila dan Tata tadi pagi berangkat menggunakan mobil milik Alfa yang berada dirumah. Sedangkan Alpha pergi bersama Bagas. Kemudian untuk uang dan seisi dompet termasuk identitas yang Alfa miliki, ternyata berada di dalam jok motor yang Ia kendarai bersama Alpha saat hendak pergi ke PPO Grinonium.     

"Abang!" Panggil Sheila yang sudah datang setelah beberapa menit.     

"Sheila, Lo kan minta apapun sama abang, kan?" Ucap Alpha dengan berusaha memilah kata-kata yang hendak dikeluarkanya.     

"Iyup. kenapa, Bang?" Tanya Sheila.     

"Abang ada syaratnya dong!" Jelas Alpha.     

"Apa tuu?" Tanya Sheila yang tak sabaran. Tata pun dibuat bingung dengan perkataan Alpha.     

"Kamu yang akan mengemudi mobilnya sampai kembali ke rumah." Jelas Alpha, sesaat setelah Ia sadar belum bisa mengendarai mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.