DUPLICATE.

SEDIKIT MEMBAIK



SEDIKIT MEMBAIK

0Setelah melepas rindu dengan sang Mamah. Mereka kemudian melaksanakan makan malam bersama. Banyak hal yang mereka bicarakanmulai dari sekolah dan aduan Sheila karena Alfa pergi meninggalkanya. Mereka adalah orang yang baik, sehingga Bibi ditawarkan juga untuk ikut makan bersama mereka.     
0

Awalnya Bibi menolak karena malu, tapi berkat paksaan dari Gabriella, Bibi sekarang juga menikmati makanan buatanya dan mendengarkan cerita. Tak hanya Sheila, Alfa dan Gabriella yang bercerita. Bibi juga ikut menceritakan bagaimana saat prosesi pernikahan dari anaknya yang kemarin baru saja menikah.     

"Oh iya Sheil. Tadi yang ambil coklat lo, itu gue. Hehehe." Ucap Alfa dengan cengengesan tanpa menunjukan wajah berdosanya. Sheila dengan seketika menatap Alfa.     

"Tuhkan Abang! Tadi katanya gak makan. Abang bohong! cih." Ucap Sheila yang mulai kesal kembali dwngan tingkah sang Abang yang seperti ini.     

"Ya mon maap, ntar gue ganti deh! lebih dari satu. Mau berapa? tiga? lima? sepuluh deh, beli semua yang banyak, ntar abang yang biarin." Ucap Alfa kelewat enteng. Ia kemudian memperhatikan wajah Sheila yang tertunduk kebawah. Tentu saja dengan senyuman yang mengembang di wajah Alfa.     

"Bukan masalah diganti atau tidak. Tapi itu coklat pemberian dari kak leo." Gumam Sheila pelan. Namun, suara itu dapat terdengar oleh Alfa. Sontak Alfapun semakin mengembangkan senyuman diwajahnya.     

"Oh, dari pacarnya toh. Pantes saja tadi nyariin sampe mukanya cemberut gitu." Ucap Alfa disengaja dengan keras sehingga Gabriella dan Bibi tertawa. Sedangkan Sheila melempar Alfa menggunakan sendok yang ada ditanganya.     

"Aw, sakit. Sheila." Rintih Alfa saat sendok alumunium itu mendarat mengenai tubuhnya.     

"Abang, Brisik!" Rengek Sheila karena malu mendengar ucapan yang keluar dari mulut Alfa. Sheilapun mengambil sendoknya yang baru.     

Setelah melaksanakan makan malam, tak butuh waktu lama untuk makanan tersebut habis tak tersisa. Beruntung Alfa menyimpan sepiring makanan untuk Alpha di kamar. Segera Alfa membawa makanan itu menuju kamarnya.     

Kini, Sheila dan Gabriellapun sedang menikmati acara tv di ruang keluarga. Sheila adalah anak yang benar-benar sangat lengket kepada Gabriella. Lihatlah sekarang! Ia menidurkan kepalanya dipangkuan Gabriella. Gabriellapun masih menganggap Sheila seperti anak kecil. Tangan Gabriella juga menyisir rambut Sheila ke arah belakang, persis saat usia Sheila masih kecil.     

"Alpha, nih makanan buat lo. Gue bawain makanan nih, tadi gue nyimpen buat lo sebelum kami makan." Ucap Alfa dengan memberikan makanan dan minuman untuk Alfa.     

"Terima kasih, Tuan." Alphapun menerima makanan dan minuman itu setelah Alfa mendekat kepadanya.     

"Pha, di balkon samping aja kuy. Kita nongkrong disana aja." Ajak Alfa untuk pergi menyantap makanan di balkon kamar Alfa.     

"Lo duluan ya, gue ngambil dompet sama hp dulu." Lanjut Alfa memperintahkan Alpha.     

"Baik, Tuan." Alpha kemudian pergi ke balkon tersebut mendahuli Alfa yang tengah mencari dompet dan hp di seragam Alfa.     

Setelah mendapatkan barang yang Ia cari. Alfa kemudian menyusul Alpha menuju balkon. Alpha menikmati makan malamnya dan melihat takjub pada bintang. Sedangkan Alfa memainkan ponselnya dan mengirimkan pesan ke Tata.     

Alfa(ma*t), Nama notifikasi di hp Tata.     

Alfa(ma*t) : Woy, Ta!     

Belum ada balasan karena Tata sedang offline. Kemudian Alfa mengecek saldo di rekeningnya melalui aplikasi yang terinstal di hp miliknya. Betapa terkejudnya Alfa melihat saldonya berkurang drastis.     

"Anjir, duit gue ternyata menipis." Batin Alfa kemudian melirik ke arah Alpha yang tengah menyantap makananya dengan nikmat.     

"Woy, Pha. Lo kemarin pergi gak sama Sheila?" Tanya Alfa memecahkan keheningan. Alphapun menoleh ke Alfa.     

"Pergi, Tuan. Kalau gak salah itu namanya Mall. Saya, Tata, sama Sheila, Tuan." jawab Alpha.     

"Ngapain aja lo ke Mall?" Tanya Alfa lagi dengan penasaran.     

"Kami kesana main-main, terus ada aturan kalau yang kalah di coret pake bedak, Tuan. Kemudian kami makan. Kami makanya ikan, pokoknya yang laut-laut gitu, Tuan. Terus, kemarin saya pesenya kepiting. Saya saranin ke Tuan jangan makan kepiting, Tuan. Soalnya keras, gigi saya kemarin hampir copot, Tuan. Hanya karena makan kepiting." Jelas Alpha seperti layaknya anak kecil yang baru melihat itu semua.     

Jawaban dari Alpha mampu membuat Alfa tertawa karena ngebayangin gimana ekspresi Alpha saat ke mall itu.     

"Kenapa Tuan ketawa? ada yang lucu kah? atau saya melakukan kesalahan, Tuan?" Tanya Alpha menghadap Alfa.     

"Tidak, tidak. Emangnya lo seneng pergi ke Mall itu sama mereka?" Tanya Alfa lagi.     

"Seneng, Tuan. Saya tertawa terus, apalagi saat kami bermain di area permainan. beh, itu seru banget, Tuan. Kalau Tuan belum pernah kesana, Coba Tuan. Tuan bakal ketagihan." Ucap Alpha lagi memperingatkan.     

"Oh, jadi lo ketagihan?" Tanya Alfa lagi sekaligus memastikan. Alphapun mengangguk karena mulutnya penuh dengan nasi.     

"Oke deh, besok kapan-kapan gue ajak lo kesana." Ucap Alfa. Alfa sudah tak memikirkan isi saldo di rekeningnya. Ia sudah melupakanya.     

"Serius, Tuan?" Alfapun mengangguk menjawab pertanyaan itu. Ia ikut merasa senang jika Alphapun senang. Sesimple itu.     

"Terima kasih, Tuan." Ucap Alpha girang.     

Keheningan kembali melanda, tiba-tiba saja hp Alfa bergetar dan muncul notifikasi Bahw Tata menjawab pesan yang dikirimkan Alfa.     

Tata : Gimana?     

Alfa(ma*t) : Besok gue jemput.     

Tata : Gak usah, makasih.     

Alfa(ma*t) : Gak butuh penolakan!     

Tata : Cih, ntar lupa kayak tadi. Lagian juga lo siapa sih? Tipuan lo gak mempan di gue! Sadari diri!     

Alfa(ma*t) : Sadis amat mulutnye, gue capit baru tahu rasa lo!     

Tata : Coba kalau bisa.     

Alfa(ma*t) : Mau di capit atau dicium?     

Tata : Anjay, najis banget gue dicium ama lo. Pasti tu mulut bau comberan.     

Alfa(ma*t) : Dih, jan salah mulut gue bau bunga katsuri.     

Tata : Anjay, ngakak gue. Tanggung jawab!     

Alfa(ma*t) : Emang gue hamilin lo?     

"Wait, wait, wait. Kok kata-katanya frontal bener kek Alfa. Atau si penipu itu cuma njebak gue supaya gue percaya? pokoknya gue gak boleh percaya dulu." Batin Tata saat dirinya berada di kamar pribadinya. Ia kemudian melanjutkan obrolanya dengan Alfa dan berusaha menghentikanya.     

Tata : Dih. Gak usah sok kenal. Inget lo bukan Alfa.     

Alfa(ma*t) : Serah lu deh, ni anak dibilangin masih aja ngeyel juga.     

Tata : Bodo!     

Alfa(ma*t) : Pokoknya besok gue jemput lo, TITIK. (*Read)     

Tata hanya mengeread pesan terakhir dari Alfa. Dia kemudian melemparkan tubuhnya ke kasur dan membaca ulang chatnya dengan Alfa.     

"Ini Alfa beneran gak sih? Kalau bukan bahasanya udah frontal bener kek beneran Alfa." Ucap Tata pada dirinya sendiri.     

"Pokoknya sebelum gue ngerti tu anak siapa. Gue harus ngambek dulu besok!" Lanjut Tata yang kekeuh pada pendirianya untuk marah sama Alfa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.