DUPLICATE.

SEBUAH PESAN DARI £D



SEBUAH PESAN DARI £D

0Di sebuah ruangan tepatnya di ruang makan kediaman Gabriella, Alfa, dan Sheila. Mereka tengah melaksanakan makan malam dengan beberapa makanan yang telah di buat oleh Gabriella. Mereka merasakan keheningan karena sebuah informasi yang dikatakan Gabriella terhadap Alfa dan Sheila. Informasi yang sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh Gabriella.     
0

"Mamah serius dengan ucapan Mamah barusan?" Tanya Alfa yang kaget mendengar sebuah pernyataan yang keluar dari mulut Gabriella.     

"Mamah serius, dan sebelum Mamah pergi. Mamah sudah merekrut pembantu baru yang akan menemani kalian dan memasak buat kalian." Ucap Gabriella yang melakukan perekrutan ini dengan sangat mendadak.     

"Namanya Bi Una. Besok Bibi akan datang bersamaan dengan keberangkatan Mamah. Sehingga saat kalian pulang sekolah, kemungkinan besar Bi Una sudah ada disini." Sambung Gabriella menjelaskan tentang keberadaan pembantu barunya dirumah.     

"Tapi kenapa dadakan sekali?" Tanya Sheila dengan wajah yang menahan tangisnya. Dengan jujur Ia belum menghabiskan banyak waktu bersama Gabriella selama Gabriella ada di rumah.     

Bagaimana tidak? Gabriella baru saja datang kerumah, bahkan kurang dari satu bulan. Tetapi, tiba-tiba saja Ia memberi kabar bahwa Ia harus pergi ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya yang sedang berada di pertengahan krisis. Sehingga mau tidak mau Gabriella sendiri yang harus turun tangan dengan perusahaanya ini.     

"Mau bagaimana lagi? Mamah sebenarnya juga masih ingin menghabiskan waktu bersama kalian, tapi jika Mamah tidak turun tangan secara langsung. Bisa-bisa perusahaan yang ditinggal Papah kalian akan bangkrut, Sheil." Jawab Gabriella.     

"Besok Alfa antar ke bandara ya, Mah." Pinta Alfa kepada Gabriella.     

"Tidak perlu, Sayang. Kalian besok masih harus bersekolah. Mamah bisa sendiri kok, nanti Mamah tinggal pesan aja car online untuk nganterin Mamah sampai ke bandara. Mamah hanya berpesan kepada kalian. Kalian harus saling menyanyangi, Terutama kamu, Alfa. Lindungi Sheila, jaga dia, jangan sampai Sheila kenapa-napa." Pesan Gabriella.     

"Tentu, Mah. Alfa pastiin Sheila gak akan kenapa-napa karena Alfa akan selalu lindungi Sheila." Jawab Alfa.     

"Ah, Mamah. Masa beneran besok perginya sih, huhuhu." Ucap Sheila yang sudah tak kuasa menahan tangisanya.     

"Ih anak Mamah nangis, sini-sini peyuuuuk. Mamah janji sama kamu, Sheila. Nanti kalau perusahaan Papah di sana sudah membaik, barulah Mamah dengan segera datang lagi kesini untuk waktu yang lebih lama. Maka dari itu kalian harus baik-baik disini." Pesan Gabriella lagi dengan memeluk dan mengelus kepala Sheila dengan lembut. Bagi Gabriella, Sheila merupakan anaknya yang masih sangat kecil, atau mungkin akan terus terlihat seperti anak kecil di mata Gabriella.     

"Mamah juga harus hati-hati disana ya, Mah." Balas Sheila yang menenggelamkan kepalanya di atas paha Gabriella.     

Alfa yang melihat hal tersebut hanya tersenyum dan bersyukur mempunyai keluarga yang sangat harmonis. Walaupun tidak ada kehadiran Sang Papah diantara mereka.     

Setelah mereka melaksanakan makan malam, Sheila dan Alfa membantu Gabriella untuk mengemasi barang bawaanya yang akan Ia bawa ke luar negeri.     

Setelah itu, mereka—Alfa dan Sheila—meminta izin kepada Gabriella untuk belajar dan mengajari Sheila. Gabriella pun mengizinkannya dengan senang hati.     

Setelah mendapatkan izin, Alfa dan Sheila pergi menuju kamar Alfa.     

"Woi, kok lu beli jajanya maruk banget sih? Ngabisin duit gue aja!" Ucap Alfa begitu melihat semua jajanan yang Sheila beli tadi siang dibawa semua masuk ke dalam kamar Alfa untuk menemaninya belajar bersama Alfa.     

"Kan lu sendiri yang mengiyakan kalau gue gak akan tanggung jawab karena lebih dari perjanjian yang kita miliki." Ucap Sheila membela diri.     

"Aelah, seharusnya gue sadar dari tadi kalau lu memang suka ngehabisin duit gue!" Ucap Alfa.     

"Iya gapapalah sekali-kali," Ucap Sheila.     

"Sekali-kali gimananya? Lu yang keseringan habisin duit gue!" Ralat Alfa mengenai ucapan Sheila.     

"Hehehe, udah kak. Mending ajarin Sheila langsung. Besok kak, Sheila besok ujian." Jawab Sheila.     

"Iya udah, buru, bagianbmananya yang gak paham?" Tanya Alfa.     

"Ini kak, bagian ini. Larutan elektrolit sama non elektrolit." Ucap Sheila.     

"Gini, Larutan itu campuran homogen antara pelarut dengan zat terlarut. Pelarut itu komponen yang dapat melarutkan zat, dengan komposisi yang lebih besar dari pada zat terlarut, paham?" Ucap Alfa.     

"Pelarut harus lebih besar dari zat terlarut. Oke, paham." Ulang Sheila.     

"Nah, perbedaanya larutan elektrolit sama non elektrolit itu, Kalau elektrolit bisa menghantarkan listrik, sedangkan non elektrolit tidak. Gampanganya yang non itukan tidak berarti non elektrolit tidak menghantarkan listrik. Paham lagi?" Tanya Alfa yang menjelaskan secara pelan kepada Sheila agar mudah dimengerti.     

"Paham dong kak." Ucap Sheila dengan senyuman.     

"Oke lanjutin dulu, nanti kalau gak paham lagi tanya sama Abang." Ucap Alfa kepada Sheila.     

"Okei Abangku sayang," Ucap Sheila dengan menggoda Alfa.     

"Idih, kalau ada maunya aja gue di puji-puji." Cecoh Alfa, Sheilapun hanya terkekeh mendengar perkataan yang keluar dari mulu Alfa.     

***     

"Halo, Tata/Dika. Saya hanya menginformasikan kepada kamu, bahwa besok malam, kamu harus ikut dengan saya dan berada di pihak saya. Jika kalian menolak untuk datang besok malam. Jangan harap keselamatan kepada keluarga kalian! Paham? Dan saya berharap kalian sudah menemukan kekuatan yang ada dalam diri kalian masing-masing.     

.     

.     

£D"     

Sebuah pesan yang berisi sedemikian rupa di kirimkan dari £D kepada Tata dan Dika. Merekapun menerima pesan tersebut diwaktu yang bersamaan.     

"Mampus gue!" Pekik Dika setelah membaca pesan dari £D tersebut.     

"Apa yang harus gue lakuin?" Ucap Tata setelah melihat isi pesan tersebut.     

Dengan segera Tata menelpon Dika untuk menanyakan apakah Ia mendapat pesan yang sama.     

"Halo, Dik?" Ucap Tata mengawali percakapan mereka melalui telepon.     

"Iya, Ta? Kenape?" Tanya Dika mengenai maksud tujuan Tata menelponya.     

"Lu dapet kiriman pesan dari £D nggak? Gue dapet, anjir!" Ucap Tata dengan nada yang tak karuan.     

"Iya, gue dapet, kurang lebih isinya untuk besok malam berpihak kepada £D kan?" Jawab Dika mengenai pertanyaa. yang dilontarkan Alfa.     

"Iya, bener banget. Gila gue gak siap." Jawab Tata.     

"Gue harus gimana, dong?" Tanya Tata lagi.     

"Apalagi gue! Gue juga kagak mau jadi antek-anteknya Si £D itu. Kenal aja kagak! Main pihak-pihakan segala! Udah itu musuhnya temen kita sendiri lagi! Gqk jelas emang tu anak." Gerutu Dika di seberang telepon.     

"Hooh bener banget, habis tu pakai ancam-ancam segala! Bikin jijik aja!" Tandas Tata.     

"Besok berarti lo ikut merek, Dik?" Tanya Tata.     

"Mau gak mau juga sih, Ta. Belum lagj yang jadi korban keluarga gue sendiri." Ucap Dika yang ada benarnya juga.     

"Besok lu bareng gue ya, Dik. Masa gue kayak orang bego cuma buat pihak ke mereka doang!" Ucap Tata.     

"Oke-oke lu santai aja, Ta." Jawab Dika.     

"Thanks ya, Dik!" Ucap Tata.     

"Yoi," Jawab Dika bersamaan dengan berakhirnya telepon tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.