DUPLICATE.

KALIMAT GAPAPA DARI TATA



KALIMAT GAPAPA DARI TATA

0"Leo, apakah kau sudah memberikan pesan kepada Tata dan Dika sesuai dengan perintah yang aku sampaikan?" Tanya £D kembali memastikan.     
0

"Sudah, Tuan. Saya juga memastikan bahwa mereka sudah membaca pesan yang saya kirim." Jawab Leo.     

"Kau juga memastikan bahwa mereka akan pergi ketempat yang benar?" Tanya £D lagi.     

"Sudah, Tuan. Saya sudah mengirimkan alamat ke mereka untuk datang pada malam hari ini." Jawab Leo yang bisa membuat D tertawa.     

"Baiklah, kau memang kepercayaanku. Selanjutnya, pastikan juga kepada Alfa untuk melewati jalanan itu sendirian." Pesan terakhir £D terhadap rencananya nanti malam.     

"Siap, Tuan. Akan saya jalankan rencana untuk membuat Alfa melewati jalanan tersebut." Ucap Leo yang mendapatkan tepukan kecil di bahunya oleh £D.     

Setelah menepuk bahu Leo, £D akhirnya pergi meningglkan Leo sendirian disana.     

"Baiklah, aku pergi dulu karena ada sesuatu urusan." Pamit £D kepada Leo.     

"Baik, Tuan." Jawab Leo dengan hangat.     

***     

Di kantin, Bagaskara dan Dika masih belum beranjak dari meja mereka. Padahal bel masuk sudah berbunyi dari 3 detik yang lalu.Mereka juga lebih senang menunggu dan datang terakhir ketika semua siswa sudah berbaris di halaman. Tapi apa nyatanya? Masih banyak pula siswa yang tetap berada di kantin seperti sekarang.     

"Bagaskara~~" Sebuah panggilan yang menyebut namanya membuat Bagaskara begidik ngeri. Bagaskara tahu siapa yang baru saja memekikan namanya tersebut.     

Srek Grep.     

Kini, orang yang baru saja memanggil nama Bagas, sudah duduk di samping Bagaskara dan menyenderkan kepalanya di samping Bagaskara. Perempuan itu tak malu dengan keberadaan Dika di antara mereka berdua. Sedangkan para siswi yang menggemari Bagaskara, sudah menatap sinis kepada gadis di samping Bagas tersebut.     

"Apaan sih, Dis? Itu dilihatin banyak orang! Gak malu apa sama Dika yang ngelihatin kita?" Tanya Bagaskara keoada Gladis di sampingnya.     

Mendengar nama Dika terucap dari mulut Bagas secara terang-terangan, membuat yang punya nama segera memalingkan pandanganya dari menatap Gladis dan Bagaskara menuju ke aeah lain.     

"Oh, gapapa dong. Kitakan akan segera jadi pacar!" Ucap Gladis yang kembali menghalu.     

"Ck, udah lah! Kita udah masuk ini. Dan harus segera ke lapangan!" Ingat Bagaskara yang sekarang lebih memilih berbaris ke halaman. Dengan segera Bagaskara pergi meninggalkan Gladis dan Dika.     

Tanpa menunggu waktu lama, Dika akhirnya menghampiri Bagaskara meninggalkan Gladis yang sudah mengerutkan bibirnya ke depan.     

"Huh, gue yak akan nyerah untuk bikin lu jadi sahabat gue lagi! Dan gue pastiin kita bisa berhubungan lebih dari yang namanya sahabat!" Ucap Gladis pelan sembari menatap kepergian Bagaskara.     

***     

"Nih, Fa! Bantuin gue buat bawain ini semua ke aula lagi." Ucap Tata dengan memberikan beberapa kotak kardus kepada Alfa untuk segera mereka bawa ke Aula sebelum para siswa menyelesaikan apel pagi.     

"Weh, santai kali, Ta. Kalem. Masih ada waktu juga, gak usah terburu-buru napa!" Ucap Alfa yang melihat Tata seperti terburu-buru.     

"Iya-iya gue tahu! Haaaaa huuuu." Ucap Tata kemudian diikuti pengaturan napas yang Ia lakukan untuk menenangkan pikiranya.     

"Yuh, bawa!" Ajak Tata kepada Alfa untuk segera memasuki ruang Aula. Alfa pun mengangguk dan tersenyum singkat kepada Tata.     

"Kita lewat belakang aja ya, Fa. Jangan lewat lapangan utama karena anak-anak lagi pada apel." Jelas Tata.     

"Oke,"     

Selama diperjalanan menuju ke ruang Aula Tata selalu saja memikirkan bagaimana bnya terutama nasibnya bersama Alfa. Akankah mereka mampu melanjutkan kisah persahabatan diantara mereka? Atau justru hubungan itu akan berubah menjadi musuh besar? Tapi Tata yakin, cepat atau lambat Alfa juga akan mengetahuinya bahwa Tata dan Dika telah menjadi anggota seseorang yang tengah menngincarnya.     

"Gue yakin gak ya bakalan bisa lawan Alfa dan jadi anggota £D?" Batin Tata ketika melihat Alfa yang sudah menjadi sahabatnya ternyata Ia memilih untuk kenjadi musuh Alfa.     

"Terus, apakah nanti Alfa bakalan maafin gue? Atau justru dia bakalan benci banget sama gue?" Tanya Tata dalam batinya.     

"Yaaah, gue harap sih gue masih bisa terus sama Alfa." Batin Tata lagi.     

"Oit, Ta!" Ucapan Alfa tiba-tiba saja mengagetkan Tata seketika.     

"Eh iya? Gimana?" Tanya Tata ketika sadar namanya di panggil oleh Alfa.     

"Ngapain si lu, bengong aja?" Tanya Alfa kembali.     

"Gapapa, yaudah yuk masuk, terus tinggal taroh kardus ini diatas meja." Jelas Tata kepada Alfa.     

Alfa yang kebingungan dengan tingkah aneh dari Tata sejak kemarin pun hanya Ia pendam. Alfa kini lebih sering memperhatikan Tata yang tengah menyusun kardus tersebut dan dengan cepat selesai.     

Hanya ada mereka berdua di aula ini, Tata sebenarnya risih jika harus di perhatikan terus oleh Alfa dengan terang-terangan.     

"Apa sih, Fa?" Tanya Tata yang berani membuka suaranya.     

"Haha, gapapalah! Gue heran aja, otak lu itu isinya apa aja sih? Kok sampe bikin lo jadi lebih pendiem dari Tata yang gue kenal!" Ucap Alfa mengeluarkan pendapatnya yang sedari tadi Ia pikirkan.     

"Ah! Perasaan lo aja kali." Ucap Tata.     

Terjadi keheningan seketika diantara mereka, dan Alfa lebih memilih untuk berdiri mendekati jendela yang ada di aula tersebut, untuk memandang ke arah luar jendela.     

"Ehm, Fa." Panggil Tata.     

"Apa?" Jawab Alfa dengan pandangan yang masih mengarah ke luar jendela.     

"Kan lu pernah, tu ngomong sama gue kalau lu bakalan nyelametin Bagaskara walaupun nyawa lo yang jadi taruhanya." Lanjut Tata.     

Kalimat yang di lontarkan Tata barusan mampu membuat Alfa kaget dengan kalimat itu. Mengapa tiba-tiba Tata mengungkit perkara itu. Bahkan Alfa menyesal telah memberitahukan itu kepada Tata. Sebab, seharusnya Alfa tidak memberikan beban pikiran kepada Tata yang termasuk sahabatnya sendiri.     

"Hmm, lalu?" Tanya Alfa.     

"Hehe, gak sih, gapapa." Ucap Tata dengan kembali mengucap "gapapa", kalimat itulah yang semakin membuat Alfa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi terhadap Tata.     

"Seriusan lo?" Tanya Alfa memastikan.     

"Yoi," Jawab Tata dengan memberikan senyuman kepada Alfa.     

Setelah mengucapkan kata tersebut, para siswa yang mendapat giliran pertama untuk memilih Calon Ketua OSIS sebagai Pemimpin sekolah merekapun sudah memasuki Aula.     

Sebelum mereka masuk, beberapa pengurus OSIS yang lain juga datang lebih awal dari pada para siswa yang lain. Akhirnya, Alfa mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut mengenai keadaan Tata.     

"Sejauh yang gue tahu, makna di balik kata 'Gapapa' yang keluar dari cewe dengan tingkah yang aneh merupakan tanda bahwa mereka sebenarnya tidak merasa baik-baik saja." Batin Alfa.     

Seketika Alfa memiliki sebuah ide yang terlintas di dalam benaknya. Ia segera menatap Tata dengan sebuah senyuman misterius. Tata yang merasa di tatap oleh Alfa dnegan segera menatapnya pula. Dan benar saja, Alfa tak mengalihkan pandanganya kepada Tata membuat Tata merasakan sbuh ancaman.     

"Gawat nih, pasti."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.