DUPLICATE.

RENCANA BAGASKARA



RENCANA BAGASKARA

0Setelah mendengar ucapan itu, Bagaskara mendekati Tata dan berbisik kepadanya,     
0

"Gue kenal Alfa dengan baik, apapun yang ada di pikiran lo tentang Alfa, itu semua salah. Alfa gak mungkin bisa membenci bahkan marah terlalu lama dengan sahabatnya sendiri." Bisik Bagaskara kepada Tata tepat di samping telinga Tata.     

Tata terdiam. Namun, Ia merasakan kehangatan di dalam hatinya. Entah mengapa demikian, mungkin saja Tata berpikir bahwa Alfa dengan segera berbaikan kepadanya. Namun, hal tersebut masih saja membuatnya merasa bersalah.     

Bagaskara kini telah memindahkan tasnya dan menaruhnya di bangku sebelah Alfa. Tata kemudian duduk dibangku Bagaskara sebelumnya, Alfapun memandangi Tata setelah berdiri tepat disamping Tata. Tata yang merasa dipandangpun berusaha mempertahankan pandanganya untuk mengarah ke depan. Hingga pada akhirnya Alfa berjalan dan duduk dibangkunya.     

"Ada masalah apa sih lo sama Tata?" Tanya Bagaskara yang kepo dengan keadaan mereka. Alfa yang tadinya menghadap ke depan langsung mengalihkan pandanganya dan menatap ke arah Bagaskara.     

"Semalem, saat gue pulang dari lab-nya Tuan Federick. Ada komplotan dari Clonning Deluxie yang hendak nangkep gue. Parahnya lagi, Tata sama Dika juga bergabung dengan Clonning Deluxie dan ditugaskan untuk nangkep gue!" Jelas Alfa dengan jujur untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Bagaskara.     

"Demi apa? Gue kira masalah diantara kalian sepele. Ternyata bertele, alias susah diselesaiin." Ucap Bagaskara yang kaget dengan jawaban Alfa. Mendengarnya saja membuatnya pusing, apa lagi jika hal tersebut terjadi kepada Bagaskara. Apakah Ia akan se tenang Alfa dalam menyikapinya?     

"Gue gak habis pikir jika kejadian itu gue yang alamin. Apakah gue bakalan setenang ni anak?" Batin Bagaskara merasakan keadaan Alfa.     

"Yah, tapi mau gimana lagi? Masa gue menjauhin Tata sama Dika? Secara, mereka adalah sahabat gue!" Ucap Alfa yang tampak kebingungan.     

"Gue juga bingung, tapi masa lo bakalan maafin mereka secara langsung. Masalahnya, mereka udah ngedukung musuh lo." Ucap Bagaskara dengan beberapa pikiranya.     

"Tapi, gue gak yakin itu ulah mereka berdua, gue lebih yakin bahwa mereka di 'tuntut' untuk nangkep gue. Atau dengan kata lain, mereka diancam," Ucap Alfa melontarkan apa yang ada di dalam pikiranya.     

"Bisa jadi, sih," Ucap Bagaskara berusaha berpikir hal apa yang akan dilakukanya untuk membantu Alfa.     

"Gini aja deh! Lo ikut gue pas istirahat ke roof top. Oke?" Ucap Bagaskara.     

"Ngapain?" Tanya Alfa.     

"Adalah, yang penting lo ikut gue aja dulu!" Ucap Bagaskara memperintahkan Alfa untuk mempercayainya.     

"Leher lo kenapa di bungkus?" Tanya Alfa yang menyadari leher Bagaskara di perban.     

"Tuan Federick ngambil chip yang ada di leher gue." Jawab Bagaskara singkat.     

"Chip apaan?" Tanya Alfa balik.     

"Chip pengintai waktu bokap gue masih hidup, ternyata dia mengetahui kalau gue ketemu sama lo di hari sebelum lo lakuin aksi lo." Jawab Bagaskara lagi.     

"Udahlah, lupakan aja. Sekarang ini lo yang sedang ngalamin masalah. Oke!" Ucap Bagaskara pada akhirnya.     

***     

Bel istirahat berbunyi, Tata dengan Dika terlebih dahulu menuju ke kantin tanpa melihat ke arah Alfa dan Bagaskara.     

Pemandangan itu tidak membuat Bagaskara merasa dikucilkan mereka. Justru pemandangan ini membuahkan kesempatan yang bagus bagi dirinya. Kini, Bagaskara menuliskan dua buah surat yang ditujukan kepada Tata dan Dika, dua buah surat dengan bahasa yang sama dan dengan tulisan yang di modif dari tulisan asli Bagaskara.     

Alfa yang penasaran hendak melihat apa yang sedang ditulis Bagas, namun dengan cepat Bagas segera menutupinya. Alhasil, Alfa tidak dapat membacanya.     

Setelah selesai menuliskan surat tersebut, Bagaskara langsung menaruhnya di laci Tata dan Dika. Kemudian dengan segera Bagas mengajak Alfa pergi menuju roof top.     

Alfa akhirnya mengikuti langkah kaki Bagaskara tanpa merasakan adanya sesuatu yang akan menimpanya mengenai rencana Bagaskara. Setibanya di roof top, Bagas mempersilahkan untuk Alfa berjalan mendahuluinya. Tak ada kecurigaan yang terlihat, Alfa juga cukup tenang berjalan di depan Bagaskara, hingga,     

BUUUGH,     

Bagaskara memukul tengkuk leher Alfa dengan menggunakan sedikit kekuatanya. Akibatnya, kini Alfa tergeletak pingsan. Alfa awalnya tidak menyadari bahwa Bagaskara akan melayangkan pukulan hebat terhadap dirinya.     

Setelah menyadari bahwa Alfa pingsan dalam sekejap, Bagaskara kemudian memindahkan Alfa di gudang sekolah bagian belakang. Tempat tersebut selalu sepi dari lalu lalang para siswa maupun guru dan staf karyawan jika tidak ada keperluan.     

Disisi lain...     

Tata dan Dika menduduki kursi mereka di dalam kelas setelah membeli beberapa camilan di kantin, Mereka kemudian menemukan surat yang sebelumnya di tulis oleh Bagaskara.     

"Gue udah bikin Alfa tak sadarkan diri, Gue bakalan bawa Alfa ke gudang belakang sekolah. Gue tahu, lo adalah musuh Alfa jadinya gue percayakan Alfa kepada kalian untuk kalian siksa!" Tulis Bagasakara di dalam surat tersebut.     

"Lo dapat surat ini gak?" Tanya Tata yang pertama kali menemukan surat tersebut di lacinya.     

"Eng--eh iya, Gue dapet. Bentar gue buka, sama apa enggak." Ucap Dika yang menemukan surat di lacinya setelah Ia merogoh lacinya.     

"Sama isi suratnya, Siapa yang nulis surat kayak gini?" Tanya Dika yang sudah membaca isi pesanya.     

"Gue kagak tahulah!" Jawab Tata dengan sedikit berpikir.     

Tanpa membutuhkan waktu lama, Bagaskara datang menghampiri Tata dan Dika sebagai orang yang sedang mencari keberadaan Alfa.     

"Eh, Dik, Ta. Sorry gue mau tanya kalian lihat Alfa gak? Soalnya dari tadi gue nyari dia gak pernah ketemu, padahal gue sama dia tadi ke kantin." Tanya Bagaskara kepada Tata dan Dika.     

"Gak tahu gue, cabut paling," Jawab Dika yang seketika mendapat tatapan kebingungan dari Tata. Mengerti di tatap, Dika memberikan isyarat kepada Tata untuk tetap diam.     

"Oalah, yaudah deh, thanks ya!" Ucap Bagaskara dengan santai.     

Setelah Bagaskara mengucapkan kalimat tersebut, Gladis datang ke kelas Bagas dan mengajaknya pergi menuju kantin. Hal ini digunakan Tata dan Dika untuk segera berlari menuju gudang belakang sekolah. Sesampainya di sana Dika langsung mendorong pintu gudang tersebut.     

Blak,     

Suara pintu terbuka lebar akibat dari Dika yang mendorong pintu itu dengan keras, padahal pintu tersebut tidak dikunci. Setelah terbuka, Terlihatlah Alfa yang terbaring pingsan di dalam gudang tersebut, Tata dan Dika saling berpandangan menggambarkan apa yang akan mereka lakukan.     

"Bawa ke UKS aja, Dik." Ucap Tata kepada Dika pada akhirnya.     

Mendengar hal itu, Dika menganggukan kepalanya dan segera membopong Alfa menuju UKS.     

Bagaskara yang melihat mereka dari kejauhan bersama Gladis hanya membenarkan apa yang dipikirkan Bagaskara.     

"Kenapa lo gak nolong si Alfa?" Tanya Gladis membuka suara ketika melihat Bagaskara hanya menonton Alfa, Tata, dan Dika dari kejauhan.     

"Buat apa? Orang gue yang ngerencanaiin ini semua." Jawab Bagaskara singkat kemudian pergi meninggalkan Gladis yang masih menatap ke arah tiga orang lainya.     

"Eh, mau kemana? Tunggu dong!" Teriak Gladis ketika menyadari Bagaskara telah pergi mendahuluinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.