DUPLICATE.

BAD DREAM



BAD DREAM

0"Kenapa lo gak nolong si Alfa?" Tanya Gladis membuka suara ketika terheran melihat Bagaskara hanya menonton Alfa, Tata, dan Dika dari kejauhan.     
0

"Buat apa? Orang gue yang ngerencanaiin ini semua." Jawab Bagaskara singkat kemudian pergi meninggalkan Gladis yang masih menatap ke arah tiga orang lainya.     

"Eh, mau kemana? Tunggu dong!" Teriak Gladis ketika menyadari Bagaskara telah pergi mendahuluinya.     

"Bagaskara!" Panggil Gladis yang berusaha menyamai langkah Bagasakara dengan sedikit berlari.     

Setelah menyamai langkah Bagaskara, Gladis langsung menyenderkan tubuhnya di lengan Bagaskara. Gadis itu selalu manja ketika berhadapan dengan Bagaskara. Padahal, Gladis termasuk orang yang tidak suka dipandang sama cowo.     

Melihat perlakuan Gladis yang seperti ini membuat Bagaskara langsung menarik napasnya berat tanpa membuat Galdis menjauh darinya.     

"Lo bisa gak sih gak usah nempel-nempel sama gue? Risih guenya, mana dilihatin sama orang-orang." Tanya Bagaskara kepada Gladis.     

"Hehehe, gak bisa. Gak usah nanggepin orang-orang yang melihat kita. Mereka iri. Lagian Gue sama lo tu udah kayak kertas yang di kasih lem buat perekat, jadinya kita gak bisa lepas." Ucap Gladis dengan berusaha sok puitis.     

"Bisalah! Tinggal di robek aja tu kertas. Selesaikan?" Jawab Bagaskara dengan acuh tak acuh menyela ucapan Gladis. Setelah mengucapkan hal tersebut, Bagaskara sedikit melirik Gladis yang sudah mengerucutkan bibirnya.     

"Bisa gak sih lo gak usah njawab tentang itu!" Ucap Gladis sebal.     

"Emang gue salah?" Tangkas Bagaskara lagi.     

"Enggak sih, tapi.... Hish, lupakan aja lah, gak penting juga! Pokoknya mau bagaimana pun juga lo bakalan tetep ditakdirkan buat jadi pasangan hidup gue." Ucap Gladis dengan halunya. Dan itu mutlak, menurut Gladis. Hahaha!     

Bagaskara hanya terdiam ketika mendengar ucapan halu yang selalu saja keluar dari mulut Gladis. Entah sejak kapan Gadis itu mulai berani mengucapkan hal seperti ini. Atau mungkinkah Gladis berani berucap seperti ini sebelum Ia pergi ke New York? Atau salah satu dari teman sepermainanya yang menghasutnya untuk mengungkapkan perasaanua kepadanya? Siapa yang tahu!     

Setelah berjalan beberapa menit, mereka kemudian memasuki area kantin karena waktu istirahat kurang 5 menit. Bagaskara memesankan makanan untuk dirinya dan juga Gladis. Kemungkinan mereka akan sedikit mempercepat makanya.     

Walaupun Bagaskara selalu risih dengan keberadaan Gladis di sisinya. Tapi, Ia tidak menutup kenyataan bahwa Gladis adalah wanita berpengaruh dari masa lalunya.     

***     

Di ruang yang dominan dengan warna putih, atau kita bisa sebut ruang UKS sedang memiliki pengunjung sebanyak tiga siswa. Siapa lagi kalau bukan Alfa, Tata, dan Dika.     

Bel baru saja berbunyi, tetapi Tata dan Dika masih setia untuk menemani Alfa yang sedang tidak sadarkan diri. Beberapa kali Tata memberikan minyak untuk didekatkan di hidung Alfa. Tapi, sampai saat ini Alfa masih tak kunjung sadar.     

"Dik, lo boleh duluan ke kelas aja. Biar gue yang nemenin Alfa sampai sadar." Ucap Tata yang memperbolehkan Dika untuk kembali ke kelas.     

"Oke, deh. Gue titip Alfa ya Ta." Ucap Dika yang kemudian di jawab anggukan kepala oleh Tata.     

"Gue duluan ya," Lanjutnya Dika yang kemudian pergi meninggalkan Tata berdua dengan Alfa.     

"Oke, Dik." Jawab Tata sebelum Dika pergi dari ruangan itu.     

Keheningan di ruang UKS-pun melanda. Entah mengapa mata Tata sangat berat untuk dibuka, Ia juga sudah beberapa kali menguap untuk menyesuaikan suhu di tubuhnya. Alhasil, Tata kemudian ketiduran di samping ranjang Alfa, kepalanya Ia sandarkan di bankar tempat tidur Alfa.     

.     

.     

.     

Saat asyik memiliki mimpi bermasin bersama Alfa, Dika, Sheila, dan Bagaskara. Tiba-tiba saja, dalam mimpi tersebut, Tata bertemu dengan seseorang yang mengenakan topeng untuk menutupi wajah asli sang pelaku.     

Dalam mimpi tersebut, Tata dibawa secara paksa oleh orang tersebut. Namun, diantara Alfa, Dika, Sheila dan Bagaskara tidak ada yang menyadari bahwa Tata sedang di culik oleh seseorang. Tata tidak bisa berteriak, mulutnya bungkam padahal tidak ada yang membungkamnya, tubuhnya tidak bisa bergerak padahal tidak ada yang memegangnya.     

Seseorang yang tadi menculiknya justru pergi meninggalkan Tata sendirian di tengah ruangan yang sebelumnya Ia yakin bahwa ruangan tersebut sangat ramai dengan pengunjung. Mengapa semuanya sepi dan gelap secara mendadak.     

Jantung Tata berdetak lebih kencang, hal ini berbanding terbalik dengan napasnya yang kian susah untuk menghirup oksigen di sekitarnya. Semakin Tata berusaha untuk mengambil oksigen, semakin pula suhu di ruangan gelap itu memanas. Tata tak bisa melakukan hal lain selain menitihkan air mata. Ia menangis di dalam ruangan yang tak dikenalnya. Rasa sakit, sesak, sendirian, bahkan kecewa, Ia rasakan secara bersamaan. Ia berpikir, jika keadaan tersebut terjadi apa adanya di kehidupan nyata, Ia tak segan untuk memilih mati.     

.     

.     

.     

"Tata!" Ucap Alfa yang berusaha membangunkan Tata ketika Tata memberikan efek yang mencurigakan di kehidupan nyatanya.     

Entah bagaimana panggilan Alfa mempu membangunkan Tata dari mimpi buruknya. Tata seketika menatap Alfa dan menghapus air mata yang entah mengapa keluar dari pelupuk matanya. Tata kini sepenihnya tersadar, Ia canggung berhadapan kembali dengan Alfa untuk saat ini.     

"Lo mimpi apaan? sampe nangis kek gitu?" Tanya Alfa berusaha melupakan kejadian sialan yang menimpanya kemarin.     

"Bukan apa-apa. Lo udah sadar? Biar gue panggilin Mbak perawat buat njaga lo!" Ucap Tata berusaha untuk menghindar dari Alfa.     

Grep,     

Tangan Alfa berusaha meraih tangan Tata guna menahanya untuk tidak membiarkan Tata meninggalkanya. Dengan keadaan begini, Tata menghentikan langkahnya. Namun, Ia tidak berani mengalihkan pandangan untuk menatap Alfa.     

"Gue mau lo tetep disini aja sama gue." Ucap Alfa membuka suara.     

Mendengar ucapan Alfa membuat Tata bungkam, Ia kembali duduk tanpa membuka suara.     

"Sudah berapa lama lo jadi pasukan Clonning Deluxie?" Tanya Alfa membuka obrolan. Alfa berusaha untuk tetap tenang dan menganggap Tata adalah sahabatnya tanpa mengalami permusuhan.     

"Hah? Eh," Desis Tata kaget mendengar pertanyaan dari Alfa.     

"Ba-baru beberapa hari yang lalu, sebelum kita main ke rumah lo." Jawab Tata yang juga berusaha dengan tenang seperti apa yang Alfa katakan.     

"Oalah, Ternyata baru join toh. Gue kira udah lama." Ucap Alfa yang sudah terbawa sifat santainya. Ia juga lebih menerima kejadian ini daripada harus kehilangan kedua sahabatnya.     

Tata bernapas lega ketika melihat Alfa yang kembali ke sifat santainya. Tata melihat Alfa melipat kedua tanganya keatas dan menaruh kepalanya di atas lipatan tanganya. Melihat hal tersebut, Tata tersenyum tipis.     

"Anjir sakit banget pukulanya si Bagas itu!" Ucap Alfa merasakan nyeri di bagian lehernya. Tatkala kedua tanganya menyentuh lehernya.     

"Bagas?" Tanya Tata yang mendengar nama Bagas disebutkan.     

"Iya, Dia yang tadi mukul gue!" Jawab Alfa singkat dan jujur. Tata yang mendengar ucapam Alfa langsung melongo dibuatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.