DUPLICATE.

HOT NEWS



HOT NEWS

0"Memang benar, bahwa masa lalu akan menentukan bagaimana kita menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Rasa kecewa, pengorbanan dan kehilangan pada hari ini merupakan pilihan yang kita buat untuk menghadapi masalah yang lebih besar. Dan aku hanya membutuhkan kepercayaan yang diberikan orang lain kepadaku, untuk ku melakukanya."     
0

~Alfaeya Alexander.     

"Selamat pagi pemirsa, Kami melaporkan bahwa telah terjadi kebakaran yang melanda Pusat Pembuatan Obat atau PPO di gedung Grinonium pada hari Kamis, 06 Januari 20XX. Tepat pada pukul 10 P.M. Pada laporan yang kami terima, Kejadian ini telah menewaskan puluhan profesor terkenal, salah satunya Profesor Gipson yang berada di dalam gedung tersebut. Kebakaran yang melanda Grinonium mengakibatkan kerugian yang teramat besar sekitar puluhan miliaran rupiah. Dari pihak kepolisian, untuk sementara menduga bahwa kebakaran ini diakibatkan adanya kerusakan listrik dan mengenai bahan-bahan yang mudah terbakar di ruang formula, hal ini diperkuat dengan kesaksian para pengunjung yang mendengar tanda kebakaran karena efek kerusakan listrik yang kecil, sebelum terjadinya kebakaran." Ucap Wartawan dalam acara TV tersebut.     

Ting ting ting.     

Suara yang ditimbulkan dari pengadukan teh yang dibuat Bagaskara. Kini, Bagaskara sedang mempersiapkan sarapan untuknya dipagi hari. Sudah lebih dari tiga hari ini dirinya disambut dengan berbagai berita yang membicarakan tentang kebakaran di Grinonium. Banyak para perusahaan yang membatu Grinonium untuk masa perbaikan. Namun, tak jarang pula ada beberapa perusahaan yang sudi membeli Grinonium untuk menggantikan posisi sebagai Laboratorium terkenal di kota itu.     

Kriiiiing Kriiiing kriiiing     

Suara telepon berbunyi di tengah kesibukan Bagas membuat sarapan. Dirinya dengan lesu menghampiri telepon itu, kemudian mengangkatnya.     

"Halo, dengan siapa? adakah yang bisa saya bantu?" Jawab Bagaskara dengan sopan.     

"Benarkah ini dengan Tuan Bagaskara, anak dari Profesor Gipson, pewaris Grinonium?" Ucap seseorang yang berada di seberang telepon tersebut. Ada kejanggalan dalam ucapan pembukanya.     

"Benar, ini dengan siapa ya?" Ucap Bagaskara dengan sudah menebak apa yang akan menjadi tujuan untuk pembahasan dari orang itu.     

"Begini Tuan, perkenalkan saya Desi dari perusahaan Doisert Healty bermaksud ingin menemui Tuan." Ucap Desi sembari menyampaikan maksudnya.     

"Menemui saya? untuk perihal apa?" Tanya Bagaskara dengan pura-pura tak mengerti apa maksud Desi.     

"Jadi begini, Tuan. Perusahaan kami bermaksud membicarakan perihal PPO Grinonium. Karena perusahaan kami menawarkan untuk membeli...." Ucap orang itu seraya dipotong oleh Bagas     

"Permisi, mohon maaf saya sedang sibuk dan masih banyak pekerjaan yang harus saya lakukan. Atas tawaran yang perusahaan anda tawarkan, saya ucapkan terima kasih." Ucap Bagaskara memotong sembari mengakhiri perbincangan tersebut.     

Sudah yang ke lima kali termasuk perusahaan itu yang menawarkan diri untuk membeli Pusat Pembuatan Obat di Grinonium, harga yang ditawarkan juga terbilang fantastik sebenarnya, sekitar ratusan miliar rupiah yang setara dengan popularitas dari PPO Grinonium. Namun, Bagaskara benar-benar tak sudi bila Grinonium jatuh ketangan perusahaan lain. Walaupun Bagaskara tak begitu menyukai Gipson, tetapi dirinya pernah mendengar ucapan Gispon yang berbunyi,     

"Walaupun banyak perusahaan yang akan membayar Grinonium, tetapi aku tak sudi semua usahaku untuk membangun Grinonium dibayar dengan uang." Ucap Gipson kala itu saat berbincang dengan profesor yang lain. Maka dari itu, Bagaskara tetap menghargai keputusan yang Gipson buat.     

Tiba-tiba saja dilihatnya Alpha yang berada di Dapur setelah Bagas menutup telepon itu. Untuk informasi, setelah kejadian di Grinonium. Alpha menginap di rumah Bagaskara karena keinginan Bagaskara, sekaligus Bagas ingin mengetahui siapa Alpha dan mengapa dirinya sama persis dengan Alfa. Tak banyak informasi yang diberikan oleh Alpha dirinya hanya menjawab bahwa Ia diciptakan untuk melindungi Alfa.     

"Tuan, apakah sudah ada informasi mengenai keberadaan Tuan Alfa?" Tanya Alpha kepada Bagas yang menghampirinya     

"Sial, bisa-bisanya gue lupa kalau Alfa yang asli hilang! Yah, apa boleh buat mukanya Alpha sama persis dengan Alfa, jadi gak kerasa. Sebenarnya, Gue masih gak rela aja kalau sampai Alfa benar-benar mati tapi gak ditangan gue." Batin Bagaskara.     

"Belum, gue belum tahu informasi dari keberadaan Alfa sekarang, dan juga jangan panggil gue dengan sebutan 'tuan' cukup panggil gue Bagas! Udah keberapa kali ini, gue peringatin lu terus? hah?!" Jawab Bagaskara seraya memperingatin Alpha     

"Ba-baik, Tuan" Ucap Alpha. Mendengar hal tersebut membuat Bagas hanya mengambil napas berat.     

Bagaspun sudah tak peduli denganya, Ia pun segera mengambil sarapan dan minuman yang yang telah dibuatnya untuk kemudian Ia bawa ke depan tv di ruang keluarga. Alphapun juga mengikuti kemana Bagaskara pergi, dengan membawa sarapanya serta duduk disamping Bagas menikmati berita yang membicarakan tentang Grinonium     

"Oh, iya Pha. Besok Lo ikut gue ke sekolah! Dan lo wajib menggantikan posisi Alfa karena wajah lo mirip dengan Alfa." Jelas Bagaskara     

"Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan masalah seragam yang akan saya kenakan, Tuan?" tanya Alpha     

"Masalah seragam, itu urusan gue," Ucap Bagaskara.     

"Satu hal lagi, hari ini hari terakhirnya lo panggil gue tuan! Gue perjelas gue bukan tuan lo! dan gue gak akan mau kalau besok temen-temen mempertanyakan kenapa kok lo panggil gue tuan. Paham?" Jelas Bagaskara menahan rasa kesalnya     

"Baik, Tuan." jawab Alpha untuk yang kesekian kalinya.     

***     

"Woilaaaaah, habis dari mana aja lu? Kenapa baru nongol! Ajegile, bolos gak ngajak-ngajak" Ucap Dika selepas melihat kedatangan Alpha bersama Bagas. Dika menghampiri keberadaan Alpha dan menepuk bahunya.     

Melihat hal tersebut membuat Bagas mendahului Alpha menuju tempat duduknya karena dia merasa tak ada urusan dengan Dika.     

Alpha yang tiba-tiba diajak bicara dengan Dikapun hanya menunjukan senyuman kikuknya. Dia tidak tahu respon apa yang harus dirinya berikan kepada Dika.     

"Hm Hm?" ucap Dika meminta jawaban Alpha dengan menyenggolnya untuk menyadarkanya.     

"Eem, saya tidak dari mana-mana," Jawab Alpha dengan nada yang amat sangat sopan. Berbeda dengan Alfa biasanya     

"E,eleeeeh, kesambet lo? Gak biasanya omongan lo dengan sopanya masuk ke gendang telinga gue! Biasanya juga frontal." Ucap Dika yang sekarang menatap Alpha dengan aneh. Namun, ada kebahagiaan tersendiri untuknya menertawakan sikap Alfa.     

"Anjay, yaudah gih, ketempat duduk lo sana!" Ucap Dika dengan terkekeh     

Alphapun mendahului Dika dan menuju ke tempat duduk Alfa. Sempat dirinya kebingungan dimana letak bangku Alfa. Beruntung, Tata memanggilnya saat dirinya hendak duduk di sembarangan bangku.     

Setelah Alpha duduk disebelah Tata. Dia langsung duduk dengan tangan terlipat rapi menghadap ke papan tulis. Seketika dirinya di senggol dengan siku Tata untuk menyadarkanya dan menyuruhnya menghadap ke dirinya.     

"Alfa, gimana urusan lo? Udah kelar kan? Lo tahu gak kalau Sheila itu sering ngalamun gara-gara lo gak pamit sama dia. Mukanya juga sering lesu, entah deh. Dia juga jarang cerita sama gue, paling-paling dia cuma nanya lo perginya kemana kok sampai gak ngabarin Sheila. Eh, sorry-sorry, balik ke topik! Gimana urusan lo? Udah selesai?" Tanya Tata, dirinya benar-benar kepo kegiatan apa saja yang Alfa habiskan selama dirinya pergi dan izin dari sekolah.     

"U-udah selesai kok, terima kasih," Ucap Alpha dengan senyuman kikuk menghiasi wajahnya. Melihat respon Alfa yang gak biasanya membuat Tata langsung menatap Alpha dengan penuh curiga. Alphapun kebingungan, senyuman kikuk di wajah Alpha berganti dengan meringis (menunjukan gigih yang rapi). Semakin Tata mendekatkan wajahnya menatap Alpha dengan lekat, maka semakin lebar pula Alpha menunjukan gigi rapihnya.     

"Siapa lo? Lo bukan Alfa!" Ucap Tata penuh dengan selidik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.