DUPLICATE.

KESERUAN ALPHA



KESERUAN ALPHA

0"Itu doang? Oke Kak!" Jawab Sheila dengan meremehkan persyaratan dari Alpha. Dirinya tidak tahu saja jika sebenarnya Alpha bukan Alfa yang sudah bisa mengemudikan mobil. Tata terkekeh mendengar syarat yang diberikan untuk Sheila.     
0

"Lu duduk depan aja, Ta. Biar gue yang dibelakang. Dan Lo, Sheil, Abang ngikut aja kemana kamu mau pergi." Jelas Alpha. Tata hanya mengangguk tanda setuju.     

"Wah beneran nih, bang?" Tanya Sheila memastikan. Alpha hanya menganggukan kepalanya. Senyuman juga mengembang di wajahnya.     

"Mudah sekali saya dalam menyembunyikan kekurangan saya." Batin Alpha. Alpha memang tidak mengerti cara mengemudi, Alpha juga tidak mengerti rute jalanan di Kota ini, Dan juga Alpha tidak mengerti tempat-tempat yang dapat dikunjungi.     

"Sepertinya saya harus belajar mengemudi dengan tuan Bagas nanti." Batin Alpha lagi.     

Sheila melajukan mobilnya memecah kemacetan di kota itu. Didalam mobil, Sheila mendengarkan lagu favoritnya berjudul Dynamited~BTS. Tapi Sheila lebih banyak memutar lagu barat karena Tata tak begitu menyukai lagu korea apalagi untuk menyanyikanya. Alpha hanya terdiam, Dirinya masih takjub akan keindahan Kota besar itu. Sesekali Tata dan Sheila melirik Alpha melalui kaca tengah mobil. Terlihatlah wajah Alpha yang terlihat memiliki mood yang baik.     

Pada saat lemutar lagu itu mendengarkan lagu Umbrella dari Rihana. Tata dan Sheilapun bernyanyi layaknya mereka sedang konser.     

"Uh yeah, Sheila." Teriak Tata meminta Sheila untuk bernyanyi.     

"You have my heart." Mulai Sheila     

"Waow." Pungkas Tata     

"We'll never be worlds apart. May be in magazines. But you'll still be my star." Lanjut Sheila dalam bernyanyi.     

"Baby, 'cause in the dark. You can't see shiny cars. And that's when you need me there. With you i'll always share." Tatalun tak mau kalah untuk menunjukan suara emasnya.     

"Because... When the sun shine, we shine together. Told you i'll be here forever. Said i'll always be your friend. Took an oath and I'm stick it out till the end. Now that it's raining more than ever. Know that we still have each other. You can stand under my umbrella. You can stand under my umbrella. Ella ella eh eh     

..." Nyanyi Tata dan Sheila bebarengan saat lagu tersebut memasuki reffren.     

Alpha cukup menikmati suara merdu Tata dan Sheila yang sedikit Mezzo-Sopran. Alpha hanya ikut menark tanpa mengikuti untuk nyanyi. Namun, keseluruhan Alpha juga ikut menikmati lagu itu dengan bahagia.     

Keseruan dalam perjalanan terus berlangsung hingga mereka sampai ke tempat yang Sheila tuju. Tempat pertama yang Sheila kunjungi yaitu mall, karena Ia berpikir semuanya akan Ia dapatkan. Mulai dari game, food, dan tentunya fashion. Setelah memasuki mall tersebut, mereka langsung memasuki area timezone untuk mencoba beberapa permainan sekaligus mengabadikan moment untuk foto di photoboth.     

Tingkah Alpha? Dia benar-benar merasa wow saat berada di area tersebut. Dia juga sesekali menunjukan ketidaktahuanya dalam bermain game tersebut, sebelum melihat orang lain memainkanya. Tata dan Sheila awalnya kebingungan, tapi mereka juga tak lama untuk memgambil pusing tentang keanehan Alpha.     

"Ayuk, kita harus foto!" Ucap Sheila dengan semangat sembari menarik tangan Tata dan Alpha. Mereka kemudian memasuki room photoboth dan memulainya.     

3     

2     

1     

Cekrek!     

Dapat dilihat layar dalam room photoboth menunjukan gambar mereka.     

"Yang ini ulangi ya, abang harusnya ada di tengah!" Ucap Sheila sembari memindahkan posisi Alpha untuk berada diantara Tata dan Sheila karena posisi Alpha yang sebelumnya berada di pinggir.     

3     

2     

1     

Cekrek!     

"Waaah lucu!" Ucap Tata begitu melihat foto pertama mereka yang menggambarkan Tata dan Sheila melihat ke arah Alpha. Sedangkan Alpha memasang wajah kaget yang sebenarnya dirinya juga benar-benar kaget akibat dari sinar flash di photoboth itu.     

Setelah puas dengan hasil foto mereka. Mereka langsung menuju area permainan basket ball. Mereka bermain secara bergantian, dengan berusaha untuk memiliki score tinggi dari bola yang dapat dimasukan. Mereka cukup lama bermain di permainan itu, tak lupa ada hukuman untuk orang yang memiliki score rendah, yaitu mukanya dicoret menggunakan bedak bayi tanpa boleh menghapusnya hingga pulang ke rumah. Merekapun menyetujui hukuman itu.     

***     

Kini, Jam menunjukan pukul 2 siang. Bagaskara yang berada dalam perjalanan menuju meeting itu harus terjebak macet di bawah teriknya matahari. Beruntung Bagas menggunakan mobil dan menyalakan ac-nya secara full. Ditengaj kemacetan itu, Bagas menelpon Manager dari PPO Grinonium untuk menanyakan dimana tempat mereka melangsungkan pertemuan.     

"Dimana ruangan yang akan kita gunakan untuk meeting?" Tanya Bagaskara kepada manager di PPO Grinonium saat Bagas masih terjebak macet di jalanan.     

"Kita hanya akan meeting di kafe milik kakek Chandra, Tuan. Karena nanti kakek Chandra juga menghadiri pertemuan ini." Jelas Manager itu     

"Aduh, kenapa kakek juga ikut!" Batin Bagas setelah mendengar pernyataan dari Managernya.     

"Baiklah, kirimkan alamatnya ke nomor saya!" Pinta Bagaskara kepada Managernya itu.     

"Baik, Tuan. Saya akan segera mengirimkanya." Ucap Manager itu. Seketika itu, Bagas menutup ponselnya dan segera Ia mendapat notifikasi dari Dara, Manager PPO di Grinonoum.     

Jalanan yang tadinya macet, kini mulai longgar dan dimanfaatkan Bagas untuk menambah kecepatan mobilnya. Dirinya hanya perlu mengikuti rute yang terdapat dalam layar ponsel miliknya. Sebelum berangkat menuju cafe tersebut. Bagaskara sudah mengganti seragamnya menjadi jas yang Ia kenakan saat ini.     

10 menit kemudian, Bagaskara sampai di cafe tersebut. Dirinya disambut oleh Manager Dara dan seorang lelaki yang membawakan payung untuk mempayungi Bagaskara. Sebenarnya bagas cukul risih dengan perlakuan pekerja di PPO terhadapnya.     

Sesampainya di depan ruang meeting. Bagas segera memasuki ruangan tersebut. Seketika itu pula seluruh orang yang menghadiri meeting tersebut berdiri dan menunggu untuk Bagas mempersilahkan untuk duduk kembali. Bagaspun menyuruh mereka untuk duduk kembali dengan melontarkan senyuman hangat yang akan menambahkan ketampananya.     

"Baik. Kita mulai ya meeting kita pada hari ini. Sebelumnya, Perkenalkan nama saya Bagaskara, saya adalah anak dari profesor Gipson. saya selaku pewaris dari Pusat Pembuatan Obat di Grinonium. Sebelumnya saya telah menerima tawaran yang saudara-saudara berikan kepada perusahaan kami, terkait bantuan untuk segera merenovasi PPO di Grinonium. Saya sangat berterima kasih kepada saudara atas bantuan tersebut." Ucap Bagaskara setelah dirinya duduk kemudian memulai meeting pada siang hari itu.     

"Sesuai perjanjian yang kita sepakati. Setelah renovasi di Grinonium itu selesai. Kami akan melakukan pembukaan yang baru untuk merayakan perbaikam di PPO Grinonium. Kami juga akan menyebutkan perusahaan anda sebagai salah satu sponsor dari perbaikan itu, sekaligus kita akan bekerja sama untuk menciptakan satu formula yang baik untuk lingkungan." Lanjut Bagaskara menjelaskan perjanjian tersebut.     

Dalam pertemuan tersebut, diisi oleh lima perusahaan besar yang perpilih sekaligus perusahaan PPO Grinonium beserta Kakek Chandra selaku penanggung jawab di PPO Grinonium, mengingat Bagaskara yang masih membutuhkan pengawasan.     

Mendengar penjelasan dari Bagas yang cukup jelas, sekaligus perjanjian dan keuntungan yang tertulis dalam proporsal membuat pertemuan itu berjalan dengan singkat. Setelah dirasa selesai, Chandra kemudian mengajak Bagaskara untuk pergi meninggalkan mereka yang tengah asyik menikmati sajian kopi dan berkeliling di cafe tersebut.     

"Bagas, kau masih tahu keinginan Ayahmu, bukan? Kakek bisa juga meneliti gen yang ada di dalam tubuh Alfa. Dan kakek berharap kepada kamu untuk selalu mengawasi Alfa. Paham?" Ucap Chandra to the point.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.