DUPLICATE.

KEPULANGAN



KEPULANGAN

0Bel pulangpun berbunyi, Tata hari ini pulang nebeng dengan Dika sedangkan Bagaskara sudah melenggang pulang terlebih dahulu, karena akhir-akhir ini Bagas sibuk mengurus Grinonium untuk masa perbaikan. Belum lagi jika si Chandra yang menelponya untuk segera datang di tempat pertemuan, benar-benar merasa malas untuk Bagaskara.     
0

"Kak Tata, Kak Tata gak nebeng sama Bang Alfa?" Tanya Sheila kepada Tata setelah melihatnya menaiki motor milik Dika.     

"Enggak dulu Sheil, gue ada urusan sama Dika." Bohong Tata. Alpha hanya terdiam. Sekilas Tata melirik ke Alpha yang tengah mengalihkan pandangan terhadapnya.     

"Kami pergi dulu ya Sheil." Ucap Tata kepada Sheila tanpa pamit ke Alpha.     

"Duluan ya, Fa." Ucap Dika menyapa Alpha. Alphapun membalasnya dengan menganggukan kepala.     

"Hati-hati ya kak." Ucap Sheila kepada Tata dan Dika. Dengab segera Dika melajukan motornya dan meninggalkan Alpha dan Sheila di parkiran.     

Setelah mereka pergi, Alpha dan Sheila segera pulang ke rumah. Tanpa adanya agenda tambahan. Mungkin mereka terlalu capek menghadapi masalah pada hari ini. Didalam mobil juga Alpha dan Sheila saling terdiam dan larut dalam pikiran mereka masing-masing hingga sampai ke rumah.     

Sesampainya di rumah, Sheila langsung menuju dapur dan mengambil coklat miliknya, tapi Sheila cemberut karena coklat miliknya tidak ada di lemari es.     

"Kemana coklat yang seharusnya ada di dalam lemari es?" Batin Sheila.     

Coklat itu adalah pemberian dari Leo, entahlah kenapa Leo memberinya coklat. Karena kemarin Leo bilang coklat itu sebagai tanda terima kasih karena Sheila sudah mencuci hoodienya. Apakah itu benar?     

"Bibi, bibi tahu gak kemana coklat Sheila yang ada di kulkas?" Tanya Sheila kepada Bibinya yang tengah mempersiapkan makanan untuk makan malam di dapur. Bibi selalu tidak memasakan makan siang karena tahu bahwa Sheila dan Alfa selalu pulang sore serta makan di sekolah.     

"Saya tidak tahu, nyonya." Jawab bibi itu dengan memandang Sheila sementara.     

"Abaaaang, tahu coklat Sheila gak?" Ucap Sheila sedikit berteriak karena posisi Alpha yang lumayan jauh darinya.     

"Abang gak tahu Sheil." Jawab Alpha, Alphapun sebenarnya gak tahu dimana coklat Sheila. Melihatnya saja Alpha belum pernah.     

Alfa yang mendengar di dalam kamar hanya terdiam dan sedikit tersenyum senang. Mungkin nanti dirinya akan mengaku.     

Sheila hanya menunjukan ekspresi kekesalanya, dan berusaha mengihklaskanya, walaupun itu coklat pertama pemberian dari kakak kelasnya. Segera Ia masuk ke kamar dan mengganti seragamnya. Alphapun memasuki kamarnya dan di sambut banyak makanan yang berserakan di depan tv.     

"Apakah Tuan yang mengambil coklat Sheila?" Tanya Alpha. Alfapun mengangguk dan tak membantah. Membiarkan Alpha yang menatapnya dengan wajah yang sedikit kaget.     

"Nanti gue yang tanggung jawab. santai aja." Jawab Alfa, kemudian Alpha segera menggabti pakaianya. Sedangkan Alfa melanjutkan permainan play stationya.     

"Weh, Pha. kanepa muka lo kusut amat? Capek banget ya jadi gue?" Tanya Alfa kepada Alpha yang terlalu kelelahan. Alpha hany terduduk di pinggi kasur size milik Alfa. Ia kemudian menidurkan tubuhnya dan menatap langit-langit atap kamar Alfa.     

"Si Tata marah, Tuan. Saya tak tahu tadi harus bagaimana." Jawab Alpha dengan jujur, pandanganya masih menatap ke langit-langit atap.     

Mendengar hal tersebut membuat Alfa tertawa, Alfa tetap masih setia dan berfokus dengan permainanya.     

"Haha, Tata marah?" Ucap Alfa. Alphapun berdehem dengan lesu.     

"Sama lo? Atau sama gue? hahahaha." Lanjut Alfa yang masih tak menyangkan bahwa Tata bisa marah juga.     

"Saya kurang tahu, Tuan. Tapi sepertinya Tata paham jika saya bukan Tuan yang asli. Soalnya tadi Tata bicara kepada saya mengenai itu." Jelas Alpha dengan beberapa diselingi napas beratnya.     

"Terus lo jawab apa?" Tanya Alfa penasaran dengan cerita Alpha.     

"Saya hanya meminta maaf. karena saya juga tidak bisa membantah ucapanya, Tuan. Apakah saya salah?" Ucap Alpha menengok ke arah Alfa.     

"Weh, lo gak salah. Tenang aja. Mungkin Tata memang udah ngerti sikap dan sifat gue yang sebenarnya. Yaudah deh, Pha. Tugas lo udah selesai. Besok gue yang berangkat sekolah aja. Gue saranin sama lo jangan sampai ketahuan sama orang rumah ya, terutama bibi. Gue masih bingung harus naruh lo dimana?" Jelas Alfa yang tetap masih setia sama permainanya.     

"Baik, Tuan. Saya akan bersembunyi. Perlukah saya kembali ke asal saya saja, Tuan?" Ucap Alpha.     

"Nanti aja deh, Pah. Gue pingin lo juga bisa menikmati keindahan di Kota ini, bukan hanya di dalam ruangan yang membosankan." Ucap Alfa.     

"Oh, iya. Gue juga minta maaf hehehe. Soalnya semalam gue gak bener-bener sakit. Tapi cerita gue itu fakta. Gue bisa gunain kekuatan gue setelah kabur dari ruangan itu. Ya, gue kemudian buru-buru buat nyembuhin luka di tubuh gue sendiri. Sorry ya." Alfapun meminta maaf atas kelakuanya yang menipu Alpha.     

"Iya, Tuan. Sebenarnya saya juga iri terhadap orang-orang murni. Mereka dengan mudahnya mengekspresikan emosinya kepada yang lain. Sedangkan saya hanya bisa menahanya." Jelas Alpha.     

"Lo tahu gak kalau lo barusan menyatakan emosi yang lo rasa?" Tanya Alfa.     

"Benarkah, Tuan?" Ucap Alpha.     

"Yoi, karena lo punya rasa iri, punya rasa bersalah. Maka dari itu, itu semua yang lo rasa adalah sebuah emosi." Jelas Alfa kepada Alpha.     

Alpha hanya terdiam mendengar ucapan Alfa.     

"Lo tenang aja. Gue usahain keluarga gue dan temen-temen gue segera tahu siapa lo. Biar lo juga bisa hidup bebas kayak gue, Pha." Ucap Alfa yang seketika membuat alpha tersenyum.     

"Benarkah, Tuan?" Tanya Alpha memastikan.     

"Yoi." Jawab Alfa singkat. Ia memang baru mengenal Alpha. Tapi sikap Alpha ternyata lebih baik daripada dirinya. Sehingga Alpha dapat dengan mudah bergaul denganya.     

"Alfaaa, Sheilaaaa." Tiba-tiba Alfa mendengar Teriakan seorang wanita yang terdengar dari bawah.     

"Lo disini dulu ya, Pha. Istirahat gih kalau lo capek." Ucap Alfa. Kemudian setelah mendengar suara tersebut Alfa bergegas turun karena tahu siapa pemilik suara itu.     

"Mamah?" Ucap Alfa dan Sheila berbarenagn. Kemudian Sheila dengan girangnya berlari untuk memeluk Gabriella.     

"Halo sayang." Ucap Gabriella seraya membalas pelukan Sheila.     

"Mamah kok gak bilang kalau mau pulang?" Ucap Alfa.     

"Tadi biar Alfa jemput Mamah di Bandara." Lanjut Alfa yang sekarang sudah berada di dekat Gabriela. Dengan segera Alfa memeluk Gabriella dari belakang dan mencium pipinya. Gabriella pun membalas ciuman pipi Alfa juga.     

"Gapapa, Mamah pingin ngasih kejutan ke kalian aja." Ucapnya.     

"Oh iya, Fa. Gimana sama urusan kamu?" Tanya Gabriella.     

"Jadi Mamah tahu kemana abang selama ini ninggalin Sheila?" Mendengar ucapan dari Gabriella membuat Sheila juga memberikan pertanyaan.     

" Tahu dong, Mamah kemarin minta tolong sama Abang supaya abang bisa nemuin klien Mamah di Luar kota, Sheila." Ucap Gabriella dengan bohong. Tapi dengan Gampangnya Sheila percaya sama omongan Gabriella. Sedangkan Alfa tersenyum lega.     

"Sudah, Mah. Sudah beres semuanya." Jawab Alfa menjawab pertanyaan dari Gabriella.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.