DUPLICATE.

CLONING DELUXIE



CLONING DELUXIE

0"Cloning Deluxie? Saya tak pernah mendengarnya, siapa mereka? Lalu apa hubunganya dengan saya? Kata Anda mereka mengincar saya!" Tanya Alfa kepada Tuan federick.     
0

"Mereka adalah salah satu pencipta berbagai manusia yang sudah tak dibutuhkan dikalangan masyarakat. Dalam bahasa kasaranya adalah mereka yang telah 'dibuang'. Namun, tak jarang dari mereka juga mengambil paksa orang-orang yang berada di jalanan. Orang-orang itu dihasut untuk diiming-imingkan dengan kekuatan yang tidak dimiliki manusia normal. Cloning Delixie memang sudah terkenal di kalangan penelitian dan masyarakat sekitar dengan label, pancipta manusia super," Jelas Tuan Federick panjang lebar.     

"Kamu tenang saja, Alfa. Saya yakin mereka tidak langsung menyakiti atau meneliti Alpha. Karena mereka akan menjalankan misi mereka setelah seminggu penangkapan. Mereka tidak berpikir gegabah seperti yang Gipson lakukan." Lanjut Tuan Federick membuat Alfa sedikit tenang. Setidaknya Ia masih memiliki waktu untuk berusaha menyelamatkan Alpha.     

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan tawaran yang saya berikan apakah kamu sudah memikirkanya? Dan lagi, kenapa kamu masih pakai seragam?" Tanya Tuan Federick.     

Alfapun teringat bahwa saat ini masih jam kegiatan belajar mengajar. Jam menunjukan pukul 12.00 Setidaknya masih ada dua pelajaran terakhir pada pukul 13.00 sebelum mereka mengakhiri kegiatan tersebut.     

"Saya lupa, Tuan Federick. Saya pamit terlebih dahulu, terima kasih atas info yang diberikan, Tuan." Ucap Alfa dengan segera melenggang pergi dari hadapan Tuan Federick.     

"Kalau kamu minat dengan apa yang aku tawarkan, aku tetap akan menerimanya, Alfa!" Ucap Tuan Federick dengan sedikit berteriak.     

Alfa dengan segera melajukan mobilnya, Ia tak langsung memasuki parkiran sekolah karena gerbang telah tertutup rapat. Alhasil, Alfa memakirkan mobilnya dibelakang sekolah.     

Setelah selesai dengan urusan mobil yang digunakan Alfa. Iapun dengan segera memanjat tembok belakang sekolah untuk memasuki halaman sekolah. Ada beberapa adek kelas yang melihat tingkah Alfa karena ini masih jam istirahat siang. Merekapun mengalihkan pandanganya dan tak berani menatap ke arah Alfa. Alfa juga bodo amat dengan itu.     

Kini, tujuan Alfa adalah kantin. Siapa sih yang gak demen ke kantin? Aroma masakan kantin Bunda selalu menjadi yang terfavorit. Mie ayam dengan kuah yang begitu kental memanjakan sang perasa. Es teh, es jeruk, dengan es batu dan embun air yang mengalir kebawah dari diding-dinding gelas. Beeeeh, segar sekali jika dinikmati pada siang hari yang terik seperti ini.     

Sesampainya Alfa di kantin, Ia mencari keberadaan dimana para sahabatnya menyantap makanan mereka. Pandangan Alfa mengitari pelosok kantin demin menemukan mereka. Tapi, Alfa tak menemukan keberadaan sahabatnya itu.     

Alfa kini memesan Mie ayam dengan es teh yang telah ada di genggamanya. Langkah kakinya pergi menuju taman (bukan taman murni, hanya sebatas tempat duduk di bawah pohon yang rindang) yang ada di sekolah tersebut. Alfa yakin, mereka pasti tengah menyantap makanan itu disana. Setelah sampai ketempat yang Alfa tuju, Iapun mendapatkan mereka tengah asyik bercanda ria di bawah teduhan pohon rindang.     

"Hayooo, guys," Sapa Alfa kepada mereka. Sontak merekapun menoleh ke Alfa.     

"Eh, lo denger gak? kek ada yang suara yang terdengar deh!" Ucap Dika kepada Tata dan Bagas, disana juga ada Rika—Temen sekelas mereka yang akrab dengan Tata.     

"Eh, iya. Gue juga denger, samar-samar sih suaranya." Sambung Tata.     

"Setan kali!" Sahut Bagas dengan sedikit acuh.     

"Anjir, Setan." Umpat Alfa mendengar perkataan Bagas.     

"Oh iya, gue denger-denger pohon ini juga udah lama banget." Sambung Rika tak mau kalah.     

"Heh, serah lu pada dah. Gue mah gak peduli!" Ucap Alfa pasrah dan segera duduk diantara Dika dan Tata.     

"Ih, kok gue ada yang nyenggol ya?" Ucap Dika dramatis banget, membuat Tata menahan tawanya.     

"Eh, iiiyaaa hahaha." Tawa Tata tak bisa di tahan.     

"Apasih lu pada, gak jelas banget."     

"Ye, lunya aja yang gak jelas! Udah ngilang berhari-hari juga masih tetep aja kabur dari sekolah." Caci Dika kepada Alfa.     

"Ya, jawabanya simple karena gue ada urusan." Ucap Alfa dengan tetap menyantap makanannya. Ia dengan lahap menghabiskan mienya karena waktu istirahat tersisa 5 menit.     

"Idih, sok sibuk banget. Padahal ngewarnet kan lu?" Takas Dika lagi.     

"Tahu aje lu!" Jawab Alfa dengan mengiyakan perkataan Dika. Dengan begini, Dika tak akan lagi mengomel kepadanya.     

"Tuh kan! Gak ngajak-ngajak lagi!" Cibir Dika.     

Tata, Rika, dan Bagaspun hanya mendengarkan percakapan dua manusia yang tak terlalu berguna ini. Mereka menyantap snack dan makanan yang mereka beli sebelum bel berbunyi untuk dua mata pelajaran terakhir.     

KRIIIIIIIING     

"Selamat siang, Anak-anak," Ucap Pak Reno kepada para siswa.     

"Selamat siang, Pak...." Balas seluruh siswa dengan kompak.     

"Saya disini hanya menginformasikan bahwa besok kita akan mengadakan beberapa kegiatan sebagai tahapan Pemilihan Ketua Osis untuk periode yang baru ini. Karena kelas XII juga sudah seharusnya dibebaskan dari kepengurusan di Organisasi," Jelas Pak Reno.     

Yap, ini juga yang menjadi alasan Tata tidak ada di dalam kelas. Alfa hanya duduk sendirian dan tengah sibuk mencorat-coret bukunya.     

"Karena adanya kegiatan itu, pada dua jam terakhir ini kita manfaatkan untuk membersihkan kelas. Setelah itu, kita langsung berkemas pulang. Saya harap, saat melaksanakan kebersihan, kalian dapat menjaga kondisi terutama di sekitar ruang guru karena sedang menjalankan rapat penting. Paham?" Tanya Pak Reno.     

"Paham, Pak." Jawab para siswa dengan singkat.     

"Baiklah kalau begitu untuk ketua kelas saya mohon kerja samanya guna mengkoordinasi teman-temanmu."     

"Siap, Pak." Jawab ketua kelas di kelas itu.     

"Terima kasih. Kalau begitu Saya cukupkan dan lanjutkan agenda kebersihan sekarang." Ucap Pak Reno dengan segera pergi meninggalkan kelas.     

"ADA YANG BAWA GITAR?" Teriak Dika dengan penuh semangat.     

"Gue bawa!" Timpal seorang laki-laki yang ada di kelas tersebut.     

"Woy, sebelum lu pada enak-enak. Kita cepetan bersihin kelasnya dulu!" Kini giliran ketua kelas menjalankan amanahnya.     

"Ah elah gak seru!" Ucap siswa laki-laki di kelas itu.     

"Buruan! Semangat-semangat." Ucap Ketua kelas itu.     

"Yoo buruan kelarin yooo. Yang cewe-cewe nyapu, ntar yang cowo perwakilan 2 anak ngepel. Sisanya kita nyanyi di luar hahaha." Ucap Dika dengan penuh semangat karena ini adalah jam yang paking Ia tunggu, yaitu jam kosong.     

Mereka mengambil sebuah kertas berisikan nama-nama sekelas untuk mereka undi. Karena terlalu banyak siswa tidak akan efektif, sehingga mereka berkomitmen siapapun nama yang terpilih wajib dengan ikhlas untuk menjalankan kebersihan pada hari ini.     

"Yang cewe, Sinta."     

"Dea,"     

"Salsa."     

"Kalau untuk yang Cowo, Fazi, sama..." Ucap ketua kelas itu menggantung.     

"Semoga bukan gue!" Batin Dika berharap dengan sangat.     

"Dika."     

"Anjir, baru juga ngomel di hati malah dapet." Umpatnya membuat seluruh kelas tertawa. Pasalnya memang nama-nama diataslah yang terambil dari undian kertas itu.     

"Kesepakatan, Dik." Ucap ketua kelas itu memperingatkan Dika untuk melaksanakanya dengan ikhlas.     

"Iye, gue tahu. Yaudah yang cewe buruan nyapunya, biar kitanya cepet selesai." Ucap Dika.     

Mereka yang tidak mendapatkan jatah kebersihan, langsung duduk berjejer di koridor depan kelas. Kini, gitar sudah berada di tangan Alfa dan konserpun segera di laksanakan.     

"Nyanyi apa nih?" Tanya Alfa dan bersiap menjadi gitaris dadakan.     

"Memikirkanmu - Seventeen aja!" Ucap Bagaskara.     

Tanpa menunggu lama, Alfa segera memetikan senar gitar. Para siswapun langsung bernyanyi.     

" Tuhan ku lagi sendiri...Memikirkan dia...Slalu tentang dirinya...Tuhan ini jeritan jiwaku...Jeritan tentang hatiku...Semua keluh kesahku...(Semua keluh kesahku)..." Nyanyi beberapa siswa yang hapal awalanya. Saat memasuki reffren barulah, seluruh siswa bernyanyi dengan penuh penghayatan dan memposisikan dirinya dengan pengalaman tentang cinta.     

Siswa Galau Check...     

"Resah hati ini tanpanya...Memikirkan dia...Slalu tentang dia yang memberikan...Indahnya cinta...Untuk ku miliki...Menggenggam indahnya dunia...Sampai waktu menghentikan semua." Merekapun dengan enjoy menyanyikan lagu-lagu sampai bel pulang.     

Alfa yang berfokus dengan gitarnyapun tak merasa jika ada seseorang yang telah mengamatinya dari kejauhan.     

"Mengapa Alfa masih disekitar sekolah? Bukankah Ia sudah tertangkap?" Ucap Orang itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.